Seorang perempuan yang memiliki rambut panjang sebahu segera mengikat rambutnya. Hari ini, ia diharuskan mencari salah satu dosen yang terkenal sulit ditemui untuk membuat jadwal ulang kelasnya. Perempuan itu sendiri sebenarnya tidak mau melakukan hal-hal yang merepotkan seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, di kelasnya hanya ia dan satu temannya yang menjadi perwakilan mahasiswa. Mengingat temannya yang pasti tidak mau berurusan dengan dosen galak itu, membuatnya mau tak mau harus siap tempur mencari di mana sang dosen berada.
"Tenanglah El-Sandas, kau tinggal mencari pria aneh itu lalu memohon untuk memintanya menjadwal ulang. Setelah itu kau bisa pulang," ujar El-Sandas menyemangati diri sendiri.
Perempuan itu bernama El-Sandas, ia melangkahkan kakinya mantap memasuki ruangan dosen berada, mulutnya tak henti-hentinya berkomat-kamit berharap pria yang ingin ditemuinya sudah berada di tempat. Sebelum benar-benar masuk, El-Sandas mengembuskan napas untuk menenangkan dirinya.
Pintu terbuka sempurna, di balik meja yang menjadi singgasana di ruangan ini telah diduduki oleh seorang laki-laki bertubuh tegap dengan kacamata yang bertengger di kepalanya. Bagian tengah kacamata itu hampir saja melorot memenuhi hidung depan. Memikirkannya saja membuat El-Sandas geli, jika saja pria di depannya ini bukanlah dosen di mata kuliahnya, El-Sandas akan tertawa sepuasnya.
"Selamat siang, Sir," ucap El-Sandas sebelum melangkah masuk.
Mata pria yang fokus pada laptop di depannya hanya melirik El-Sandas sekilas, lalu kembali pada kegiatan semula.
El-Sandas berdiri kikuk, pikiran untuk menertawai dosen ini dikuburnya dalam-dalam.
"Mana berani aku menertawai dosen gila ini," batin El-Sandas.
"Eum, Sir, ada yang ingin saya bicarakan," tutur El-Sandas lembut, ia berusaha menekan amarahnya. Jika ia meledak-ledak sekarang, satu kelasnya tidak akan mendapat jadwal dari dosen ini. El-Sandas mengembuskan napas pelan.
"Kukira pengelihatanmu buruk sampai tidak bisa melihat saya sedang sibuk," balas pria itu ketus.
El-Sandas menggigit lidahnya, sumpah serapah telah berada di ujung tenggorokan siap untuk dilontarkan, tapi lagi-lagi El-Sandas harus menelannya.
"Maaf, tapi ini penting untuk kelas saya, Sir." El-Sandas tidak menyerah untuk membujuk dosennya yang memang terkenal sangat menyebalkan. Selain susah ditemui, dosen ini juga memiliki mulut yang sangat pedas.
Pria itu menghentikan acara fokus laptop di depannya, ia menatap El-Sandas sengit seolah El-Sandas telah mengganggu tidur siangnya.
"Apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan sopan santun? Bagaimana bisa kau memaksa seseorang yang sibuk untuk melayanimu?" ujar dosen itu.
"Bukan begitu, Sir. Ini ten—" Belum selesai El-Sandas bicara, pria itu lebih dulu memotongnya.
"Keluar dari ruangan saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
EL-SANDAS
FantastikMerasa putus asa menjadi perwakilan mahasiswa, El-Sandas mengucapkan sesuatu dengan penuh harap. Sesuatu yang akhirnya mengubah keadaan dan dirinya sendiri. Berada di ruang dan waktu yang berbeda dengan bumi, El-Sandas masuk ke dunia yang bernama An...