bon chap s ~ :: ~ Yeojong

82 10 0
                                    

Seharusnya tiga bulan lagi pernikahan di selenggarakan, tapi atas dasar keputusan nyonya Kang, dengan terpaksa pernikahan di majukan dua minggu lagi.

Bahkan bunda choi sempat mengelak untuk memberikan penawaran waktu tapi dijawab dengan mentah oleh calon besan.

Bahkan Tuan Choi langsung pergi meninggalkan pekerjaannya walau pun sedang menjalankan meeting penting. Lebih utama istri dari pada bekerja untuknya.

Kenapa?

Flashback :

Kepulangan dari luar negeri menjadikan Jongho mendadak pusing, adaptasinya tidak begitu cepat untuk menyesuaikan lingkungan tidak seperti lainnya.

Yeosang selaku calon suaminya yang baik hati, tidak sombong, dermawan dan ganteng bak pangeran ini mau merawat Jongho, ayah Choi juga mengijinkannya hanya saja anaknya harus untuh saat dikembalikan.

Dari sampai ke tanah air, Yeosang dapat merasakan perubahan Jongho yang ditunjukan langsung padanya. Entah dia yang terlalu peka apa atau hanya perasaannya aja.

San kemarin sedikit khawatir dengan raut wajah Jongho yang terlihat kurang sehat, begitu juga Seonghwa selaku kakak tertua, tapi hanya dijawab gelengan dan senyum tipis Jongho.

"Gapapa kak, Jongho gapapa,"

Gapapa, kata itu sakral banget buat pacar terlebih buat uke.

Dan itu terbukti sekarang, Jongho yang gak kenapa-kenapa tuh salah banget. Justru kenapa-kenapa dianya sekarang.

Badan sedikit panas, kayaknya demam. Batuk, mata sayu, badan lemas, enggan berbicara. Udah fiks, Jongho sakit.

"Pusing?"

Gelengan pelan serta senyum tipis menjadi jawaban. Setelah itu hening.

Hanya berdeham itu pun terhitung tiga kali sudah. Matanya yang sedikit terpejam sesekali terbuka melihat ke arah luar jendela.

Diraihnya kepala Jongho dan diletakan di dadanya dengan pelan, sesekali di usap pelan agar Jongho kembali beristirahat.

Dua puluh menit sudah keduanya menempuh jarak untuk sampai di rumah Yeosang. Jongho hanya mengikuti tanpa menanyakan apa pun.

"Bisa sendiri?"

Dilihat langsung, Yeosang jadi merasa sedikit bersalah kenapa menanyakan pertanyaan aneh itu. Sudah jelas Jongho lemes.

Dituntunnya pelan masuk ke dalam rumah, memasuki kamar, melepaskan alas kakinya dan menyelimutinya.

Mata bulat lucu Jongho mengedar melihat seluruh penjuru ruangan. Bukan kamarnya. Nanti saja tanya Kak Yeosang.

Tampak menggemaskan jika tidak sakit.

Langkah jenjang Yeosang membawanya ke dapur meninggalkan kamar. Akan memasak bubur dan teh hangat.

Beruntung Yeosang pernah ikut memasak dengan Seonghwa, tapi berakhir dengan dia terduduk melihat Seonghwa memasak, mendengarkan ucapan yang jelas masuk akal olehnya.

Omong-omong soal Mingi sudah memberitahukan bahwa dirinya akan ke Surabaya. Dan Yunho setelah acara pertunangan Yeosang dan Jongho sudah pindah entah kemana.

Tidak bisa membayangkan hati Mingi yang terlalu bucin.

Mangkuk berisi bubur serta segelas teh hangat sudah siap di nampan, Yeosang mengulas senyum bangganya.

"Jongho, bangun dulu"

Mata terpejam Jongho membuka pelan. Jelas kalau dia sakit, mata merah menjadi sorotannya sekarang.

"Makan bubur,"

Jongho tak menolaknya, membiarkan suapan Yeosang terayun masuk ke dalam mulutnya.

Dia tidak pernah mau lagi membuat Yeosang marah, menyeramkan. Lebih menyeramkan dari pada hantu-hantu di film. Mingi saja sampai bergelung dengan selimut memeluk gulingnya.

Sedikit pahit dan hambar yang ia rasakan, tapi terpaksa merelakannya.

"Nih"

Tangannya terulur mengambil gelas dari tangan Yeosang dan meminumnya dalam diam.

"Tidur udah,"

"Nggak mandi kak?"

"Emang kamu mau mandi?" Jongho bingung sih, langit sore saja sudah menggelap. Airnya bisa saja dingin

"Mau. Nggak mau kecut Jongho,"

Yeosang terkekeh melihat tingkah Jongho. Dirinya sudah dengar dari calon mertuanya, bunda Choi kalau Jongho sering mandi sore nyerempet malam.

"Nanti pusing loh,"

"Nggak, lagian masih jam setengah tujuh, gapapa," elak Jongho

Jongho berlalu masuk ke dalam kamar mandi membawa handuk dan pakaiannya.

.
.

Sepuluh menit berlalu dengan lambat, pandangan Yeosang tersita beberapa kali ke ara kamar mandi, Jongho ada di dalam.

Entah apa yang dilakukannya sampai mandi selama ini. Yeosang kan nggak ngapa-ngapain, nggak nyeremin juga. Paling paling melototin kecoak?

Cklek

Rasa kalut dalam benak Yeosang memudar melihat Jongho keluar dengan handuk di lehernya.

"Sini keringin dulu," suruhnya menepuk sisi ranjang

Jongho lantas mendekatinya san meletakan kepalanya dilutut Yeosang, membiarkan sang pacar mengeringkan rambutnya.

Delapan menit berlalu, keduanya hening tanpa bicara sedikit pun. Hanya terdengar hair dryer serta helaan napas.

Yeosang menyuruh Jongho untuk bangun dan tidur di ranjang, dirinya menyimpan hair dryer. Serta ikut bergabung dengsn Jongho untuk tidur.

"Minum dulu obatnya"

"Iya kak"

Yeosang lega, Jongho tak begitu susah disuruh minum obat.

"Tidur ya sayang?" Jongho mengangguk menyamankan dirinya dalam pelukan Yeosang 

Kecupan ringan namun begitu lembut berarti hinggap di kepala Jongho, membuat sang empu tersenyum dalam tidurnya.









-Tbc-
--------
Sorry guys, habis ujian

hilang?✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang