Beberapa tas yang tampak berisi tersusun berjejer di balik kursi. Mungkin sudah ada tiga tas. Satu untuk koper besar dan dua ransel. Bukan hal yan langkah, tapi benar, tas memang ber-volume. Mingi meletakan beberapa barangnya di dalam sana.
Tidak begitu rapi seperti pacarnya- mantannya dulu membantunya mengemasi barang. Mingi rindu saat itu, banyak kejadian yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan ucapan. Hanya bisa dituangkan dalam kata rindu.
Oh ayolah Song, tubuhmu sudah seperti tiang dan kurus kini semakin kurus. Jangan membuat sebagian orang memandangmu seperti sebatang lidi. Lupakan masa lalumu, buka lembaran baru.
"Hhhh..."
Helaan napas panjang keluar mengisi sunyinya ruang utama apartemen. Mingi duduk disana, menangkup wajahnya menenggelamkan semua wajahnya. Memang berat menjalani hidup, tidak bisa memungkiri itu.
Dirinya akan rindu semua keluh-kesah serta senang dan sedih, mau pun semua kejadian di kota ini. Rindu akan hal kecil membuatnya berat meninggalkannya. Takut tidak bisa kembali merasakan sejuknya, kesenangan, kesedihan, kebahagiaan disini. Takut juga tidak bisa mengingat kembali kenangan yang telah lalu.
"Ck! Ngomong apaan sih gue?!" Decak kesal Mingi
Biarkan pintu pembuka apartemen ini menjadi kenangan utama disini. Biarkan sofa abu-abu yang tak begitu empuk menjadi saksi lembaran lalu. Biarkan dapur menjadi saksi kemesraan mereka di pagi serta malam hari. Biarkan sudut dinding seperti cctv menjadi saksi bisu mereka berdua. Biarkan juga semua benda serta sudut terkecil di dalamnya menjadi saksi bisu. Biarkan.
"Oke, tinggal beberapa barang lagi habis itu udah,"
Mingi berjalan masuk kembali ke kamarmya.
Mulai dari dapur, ruang tamu, kamar, benda-benda disepanjang meja juga sudah ia bereskan.
Tidak ia ambil semua, hanya menyimpannya di dalam lemari agar tidak terlalu kotor nantinya.
Kepo nggak Mingi mau kemana?
Ke dunia intinya.
"Baju gue ambil semua dah. Tidak baik memberi makan rayap,"
Hingga pada akhirnya sudah beres semua, Mingi berdiri disebelahnya ada satu ransel yang baru saja terisi.
Pandangannya teredarkan mulai dari sisi kiri. Nampak sejuk, balkon kamarnya sumber utamanya. Kemudian teralih di meja kamarnya, samping lemarinya, kasur, nakas, dan nakas panjang satu lagi.
Warna kamarnya membuatnya tenang, seakan bisa melepas sejenak letih di pundaknya. Empuknya kasur juga membantunya melepas lelah.
Tak mau tertinggal pesawat, Mingi bergegas meninggalkan kamarnya dan menutup pintu kamar setelah berjalan mengunci balkon.
Menggenggam paspor dan dua tas disampingnya. Memastikan kembali rasa rindu untuk terkahir kalinya memijakkan kaki disini, Mingi tersenyum.
"Sampai jumpa kenangan,"
Mingi meninggalkan apartemen yang sudah 8 tahun ia tempati bersama kenangan indah dan sedih.
Dia mau pulang mengunjungi ibunya di Surabaya, sekalian berkunjung di rumah saudaranya.
Untung saja semalam dia sudah berpamitan dengan teman satu tongkrongannya, termasuk para pawangnya.
Sedih harus berpisah dengan sahabatnya walau pengen ngakak lihat ekspresinya.
"Terima kasih,"
Langkah besar Mingi memasuki bandara duduk sebentar bermain hpnya.
"Elah, memori gue mau penuh. Kelebihan dosa kali nih hp," gerutunya
KAMU SEDANG MEMBACA
hilang?✔
FanfictionJangan di BACA. Udah dibilangin loh ya😌 penuh ke anehan, tuangan imajinasi author. .. "Apa? Lo bilang apa?! Hah?! Mop??" . "Lo tau kan kalau lo dilahirin buat dimatiin?" . "Maaf udah ngehilangin sesuatu yang berharga" .. ~.~.~.~.~ B × B ATEEZ + B...