bon chap s ~ :: ~ Yeojong ^2

74 9 0
                                    

"YA AMPUNN!!!!! KALIAN, CEPET BANGUN!!!!"

Suara seseorang menggelar menyadarkan kedua empu yang masih nyaman dibalik selimut saling memeluk satu sama lain tak menyadari bahwa mentari telah melihatnya tanpa malu.

Jantung Jongho dan Yeosang berdebar, keduanya merasa jantungnya telah berlarian dan kembali ke asalnya.

Yeosang menatap sebal mamanya, kenapa tidak membangunkannya secara manusiawi? Kenapa harus pakek kekerasan non fisik?

Jangan lupakan tatapan tajam namun berarti dari mama Kang.

"Halo? Iya! Kita harus ketemu hari ini juga. Saya nggak mau lama-lama!"

Jongho menatap tanya dan takut Yeosang lewat tatapan matanya. Sementara Yeosang mengelus lengan Jongho, menandakan tidak ada apa-apa.

Berselang beberapa detik, mama Kang kembali masuk ke dalam kamar anaknya yang sebentar lagi akan menjadi suami anak orang.

Tatapan garangnya mengarah ke arahnya, dan tatapan lembutnya mengarah ke Jongho. Sebenarnya siapa sih anak Nyonya Kang?

"Mandi kalian! Jongho kamu mandi disini, Yeosang. Kamu kamar mandi luar, cepet!" Suruh mamanya.

Lihatlah, dia iri dengan Jongho. Tapi tak apa demi calon istrinya.

"Tapi Jongho sakit ma.."

"APA?!!"

Bruk!

Tepat saat mama Kang memekik, tubuh Jongho tumbang seperti kayu tipis diterpa angin.

Yeosang kalang kabut, dengan sigap langsung menggendong dan meletakan Jongho kembali di kasur.

Tatapan tajam mamanya pun tak ia perhatikan. Memilih untuk berjalan keluar mengambil handuk serta baskom berisi air es.

"Kamu ngapain Jongho semalam? Hah??"

"Nggak diapa-apain ma," jawab Yeosang

"Gak percaya! Buktinya Jongho ambruk kayak gitu. Pasti kamu kan pelakunya?" Tudingnya marah.

Enak aja calon menantu kesayangannya udah di grebek sama anaknya. Gak bisa dibiarin.

Kalau udah gini, mending Yeosang diem aja dari pada makin panjang, capek.

"Kalau mama nanya tuh di jawab! Kamu belum ngerasain air es ini lewat tenggorokan kan?" Dengan cepat Yeosang menggeleng

"Beneran nggak diapa-apain ma. Tanya Jongho sendiri nanti, lebih efisien, nggak dosa," final Yeosang.

Lelah dirinya menghadapi sang mama. Sekali ngomong gak selesai-selesai. Udah kayak nunggu arisan.

Ting Tong!

Suara bel terdengar sampai kamar, Nyonya Kang meminta Yeosang untuk membukanya.

Berselang waktu, Yeosang kembali dengan bunda Choi, bundanya kelak. Mereka berdua masuk ke kamar membawa raut wajah bunda Choi khawatir.

"Jongho kenapa?"

Begitu halus dan lembut suaranya, menenangkan. Pantas saja Yeosang terlena dengan suara Jongho.

"Tadi pingsan, nggak tau kenapa. Tanyakan sama calon menantumu itu," tunjuknya dengan dagu

Pandangan bunda Choi tertoleh ke samping, meminta penjelasan.

"Yeosang nggak ngapa-ngapain bunda. Beneran, bunda bisa tanya Jongho langsung nanti,"

"Bisa aja kan bermuka dua?" Yeosang kesal dengan mamanya. Maunya apa sih?

"Tapi mama nggak tau,"

"Tau,"

"Nggak tau!"

"Tau! Mama tau ya tau!"

Bertepatan dengan itu, Jongho terbangun dari pingsannya. Menyadarkan ketiga manusia yang saling berhadapan.

Tunggu, bundanya kenapa bisa disini?

Bunda Choi yang melihat Jongho terbangun langsung berjalan tergesa mengagetkan pemilik marga Kang.

"Ya ampun nak.. kamu kenapa kok pingsan? Kurang makan? Masuk angin? Mana yang sakit?"

Hangat memenuhi dada Jongho. Senyum manis lemasnya ditunjukan.

"Gapapa kok bun, bunda jangan khawatir, ada Kak Yeo yang jagain Jongho,"

Mungkin batin Yeosang sedang dirasuki gaya Wooyoung, "ohhh.. pacarku tersayang..." ucapnya dalam hati

Kedua pria yang sudah berumur namun ketampanannya seperti tak pernah luntur ikut masuk ke dalam kamar yang berisi Yeosang dan mama Kang saling berhadapan, Jongho terbaring dan bunda Choi duduk di sampingnya.

"Kenapa ini?"

~ Yeojong ~

Setelah mendengar penjelasan dari sang istri dan calon besannya, kedua lelaki yang sudah berumur kompak nenganggukkan kepala.

Yeosang jadi yakin pada sebuah kalimat di akhir buku yang tak sengaja ia baca, seorang ayah akan bertindak untuk anaknya.

Suasana menjadi hening seketika. Lima menit berlalu, tak ada sepatah kata pun terdengar. Rumah ini seperti lahan kosong dengan pohon di beberapa sisi menjadi temannya namun tak bicara padanya.

Kentara jelas raut wajah khawatir, sedih Bunda Choi. Sedih dan khawatir karena anaknya, Choi Jongho terlihat pucat.

"Khmm..."

Seluruh atensi berpusat kepada keduanya. Bahkan Jongho yang mau menutup matanya sontak membuka dengan lebar. Ayah Choi menatap seakan meminta persetujuan papa Kang, san diangguki oleh sang empu.

Sebelum sepata kata keluar, Ayah Choi menghela napas panjang, menatap kedua anaknya bergantian. Terpancar juga raut kesedihan, khawatir, marah menjadi satu. Yeosang pasrah untuk ini.

"Sejujurnya kami sangat kecewa pada kalian, kenapa bisa tidur seranjang? Berpelukan diatasnya? Apa itu pantas untuk kalian?"

"Saya tau jika kalian dijodohkan, tai bukan dengan cara seperti ini!!" Lambat laun nada ayah Choi meninggi

"Dan kami sepakat untuk mempercepat pernikahan kalian lima hari lagi. Tak ada bantahan atau penolakan!"

Setelah papa Kang memutuskan, sorak gembira dari mulut dua wanita di sampingnya terdengar nyaring.

"YESSSS!!! Akhirnya jadi besan!!"

"Iyaa... ya ampun seneng banget!"

Teriaknya lantang seakan hanya mereka berdua yang ada di dalamnya. Melompat-lompat seperti anal kecil yang terikat janji untuk di belikan permen serta susu. Mungkin ada keputusan yang salah dari kedua pria ini? Tapi mereka tak menyesalinya, orang kedua anaknya udah terikat dan sudah kenal lama. Sekarang yang menjadi penghibur keduanya adalah ekspresi riang istrinya. Terbayar sudah emosinya.

Kalian tau ekspresi Yeosang saat melihatnya?

Datar, namun tak sengaja melihat wajah Jongho, Yeosang tersenyum langsung. Mending menikmati senyum manis miliknya. Anak juga bisa kaya orang tuanya yang bermesraan.

Fiks! Setelah menikah, Yeosang akan manja-manjaan bersama Jongho. Hanya dengan Jongho seorang! Titik!






















































"Tunggu- lusa aja pernikahannya!"

"Boleh. Bunda juga mau nimang cucu!"



-End-

Untuk chapter ini aja, bukan se-buku.
Dan,
Maaf juga kemarin habis ulangan, ngga bisa up☺

hilang?✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang