Prolog

1.3K 130 35
                                    

Matahari makin naik, membiaskan cahaya hangat melalui sela-sela dedaunan. Burung-burung bercicit dengan bahagia pada dahan pohon yang tumbuh rindang. Suasana yang cukup nyaman pada pagi hari di dalam hutan ini.

Namun gemerisik kasar terdengar di bawah sana, seiring dengan munculnya seorang pemuda yang sedang berlari. Kondisinya kacau, dengan raut ketakutan yang jelas tercetak pada wajah manisnya. Napasnya tersengal, peluh berlomba menuruni dahinya. Sesekali ia melirik ke belakang, mengharapkan apa yang sedari tadi mengejarnya pergi dan meninggalkannya. Ia memegang sebuah tas kecil dalam pelukannya

Tas itu tampak sedikit menggeliat tak nyaman sebelum sebelah telinga kelinci menyembul dari sisi yang terbuka. Hewan itu bergerak dari dalam tas.

"Sabar sedikit, kita harus pergi dulu dari sini," gumamnya sambil terengah-engah.

Geraman halus yang diselingi dengan deru napas berat membuatnya meningkatkan kecepatan. Indera pendengarannya menangkap suara itu berada didekatnya. Doyoung semakin panik, berusaha keras untuk menjauh secepat kakinya mampu. Kedua tangannya mempererat dekapannya, kelinci di dalamnya ikut merasa panik.

Sesaat ia bisa bernapas lega begitu ia tak lagi merasakan presensi sosok itu. Telinganya tetap awas, mendengarkan dengan seksama sekitarnya tanpa mengurangi kecepatan langkah kakinya.

Belum ada lima menit ia merasa aman, kakinya tersandung akar pohon. Membuatnya tersungkur dengan suara berdebam yang cukup keras. Ia meringis sambil mengusap badannya yang terhempas ke atas tanah keras. Tasnya terpelanting, jatuh diluar jangkauannya.

Badannya terasa sakit, namun ia lebih mementingkan kondisi tas lusuh itu. Sayangnya lokasi tas tersebut terlalu jauh untuk ia raih. Terlebih ketika ia sadar suara jatuhnya bisa terdengar ke seluruh penjuru hutan.

Ketakutannya kembali muncul begitu ia mendengar geraman rendah di belakangnya. Ditengah kepanikannya ia mencoba untuk bangkit hanya mendapati salah satu kakinya terjerat pada akar pohon itu. Merasakan kehadiran sosok itu mendekat, pemuda tersebut kalang kabut menarik kakinya sekuat tenaga. Hasilnya nihil, seolah ada beberapa tangan yang menahan kakinya. Malah kakinya terasa semakin sakit akibat jeratan tak kasat mata itu.

Masih dalam panik Doyoung mencoba untuk membuka segel mantra yang terpatri pada kakinya. Sialnya, ia lupa bahwa di dimensi ini sihirnya tak ada gunanya. Ia memilih untuk menarik paksa kakinya, namun tampaknya lingkaran segel itu semakin membesar, menarik dan menjerat kaki satunya pada akar pohon. Kini kedua kakinya tertahan, tak dapat digerakkan.

Geraman rendah itu semakin mendekat. Kini sosok itu telah menampilkan dirinya dari dalam bayang-bayang pohon. Membuat pemuda yang terjerat itu menelan ludah dengan takut.

Seekor anjing pemburu berbulu keperakan berdiri dengan angkuh di dekatnya. Netra keemasannya menatap Doyoung dengan tajam. Tampak seperti anjing biasa pada umumnya. Namun tubuhnya dikelilingi kabut pekat berwarna kehitaman.

Bukan pertanda yang baik.

Pandangannya fokus pada sebuah tas kecil yang tergeletak tak jauh darinya. Dengan langkah angkuh ia berjalan menuju tas tersebut. Tak dihiraukan olehnya bentakan ketakutan dari pemuda itu.

"Jangan sentuh dia!"

Anjing itu mendengus dengan nada meledek ke arah pemuda itu. Kembali ia menatap tas yang kini sedikit terbuka dihadapannya. Sebuah hidung kecil menyembul dari sisi yang terbuka, mengendusi udara sekitarnya dengan hati-hati. Anjing itu menyeringai, seolah tampak senang telah menemukan targetnya.

Sebuah geraman rendah membuat pemilik hidung itu kembali bersembunyi di balik tasnya. Dengan moncongnya yang besar anjing itu membuka tas tersebut. Tak butuh waktu lama untuknya meraih seekor kelinci putih, mengigit lembut pada tengkuknya. Mata anjing itu kini menatap Doyoung, masih dengan kelinci di mulutnya. Manik keemasan miliknya menyiratkan tatapan remeh. Namun tatapan itu tidak bertahan lama akibat rontaan dari kelinci pada mulutnya. Anjing itu mendengus kesal.

Doyoung menjerit sedetik kemudian ketika anjing itu mengeratkan gigitannya pada leher kelinci di mulutnya. Ia membungkukkan badan sambil meremas pelan tengkuknya. Kelincinya sedang kesakitan dan ikatan familiar membuat pemuda itu merasakan hal yang sama

"Jangan..." ucapnya terbata.

Napasnya tersendat dan sebuah pekikan kesakitan kembali terdengar. Bukan. Itu bukan suaranya. Badannya seolah dialiri gelombang kesakitan yang hebat, membuatnya semakin membungkukkan badannya. Kini gilirannya mengerang kesakitan. Dengan takut-takut ia mengangkat wajahnya hanya untuk mendapati kelinci itu kini bergantung lemas diantara gigi-gigi tajam milik anjing di hadapannya. Doyoung memandang horor netra merah kelincinya yang terbelalak, menatapnya balik.

'Sakit!'

dibalik wajahnya yang kian memucat, Doyoung melepas sumpah serapah pada segel mantra di bawahnya. Kedua tangannya turut terjerat, mengunci pergerakannya total. Dadanya terasa sesak-entah karena efek lingkaran mantra atau kondisi familiarnya yang kini semakin melemah. Setengah badannya yang terlihat seolah tenggelam pada akar itu tidak membantu, malah semakin memberikan rasa sakit yang bertubi-tubi pada tubuhnya.

Masih terengah, Doyoung sempat memandang ke arah anjing itu berdiri. Kabut hitam disekitarnya semakin banyak, perlahan memadat menjadi bayangan manusia. Kesadarannya menipis saat bayangan itu semakin memadat dan membentuk sosok pemuda.

Pandangannya mulai mengabur. Rasa sakit pada tenguk dan dadanya semakin menjadi-jadi. Dari posisinya yang telungkup dengan setengah badan tenggelam dalam jeratan segel mantra, Ia menyadari kehadiran sepasang sepatu pantofel tepat di hadapan wajahnya.

"Kita Bertemu lagi, Kelinci,"

Suara baritone menyapa pendengarannya sebelum ia menyerah, memejamkan kedua matanya.

0o0


Pojok Basa Basi Busuk Nol

Hello~
salken gue Nol

Welkam tu mai pirst buk
Prolog dlu gpp yo?

Gue udh pengen bgt bikin cerita JaeDo yg fantasi
Tpi gara" kehidupan gue di rl, gue keburu sibuk ngerjain tugas dan makalah yang numpuk. Padahal ide udh ada, dan udh bikin bbrp draft juga. Dan baru kesampean publish skg.

Si Malih malah curhat

Hikssrot

sebelumnya saia mau minta maap kalo ceritanya aneh dan masih ga jelas.

Saia masih pemula :')

Eniwei
Buat kalian yang udh baca

MAKASIII SEMOGA BETAH DAN SUKA HUEHUE

kritik dan saran sangat gue terima. Asal disampein dg sopan :D

Hope you enjoy!

Once Upon a Bunny [JaeDo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang