Sebuah peluru melesat tepat disamping bahunya, meninggalkan goresan luka memanjang. Cairan pekat mulai berlomba-lomba mengalir dari garis itu, turun sepanjang lengannya membasahi kemeja longgarnya. Merah berjejak pada bahan kain itu.
Jaehyun mendesis, menahan perih yang berpusat tak hanya di bahu. Beberapa luka baru yang tersebar pada tubuhnya mengacaukan fokusnya, membuat sambaran petir yang seharusnya mengenai sasaran malah meleset jauh dari sosok penuh perban. Menghantam tembok aura sihir keunguan dengan keras, menimbulkan getaran kuat.
"Apa hanya segini kekuatanmu Jeffrey?" Pemuda itu bertanya dengan nada mengejek. Asap tipis mengepul dari ujung moncong senapannya, bukti bahwa ia baru saja melepas timah panas dari senjata itu.
Kontras dengan perih yang indranya rasakan, tawa Jaehyun mengalun seolah membalas ejekan pemuda itu.
"Kau terlalu bermanja dengan pipa besimu itu, Sungchan," ujarnya seraya mengepalkan tangannya. Kilatan cahaya pucat menerangi arena, Percik listrik mulai mengerumuni tangannya.
Pemuda yang dipanggil Sungchan itu menggeram kesal, lantas mengokang senapan laras panjangnya. Kumpulan aura sihir berwarna orannye terang memenuhi lubang peluru, melesak kedalam selongsong.
Satu letupan kembali terdengar, disusul dengan desingan peluru yang melesat. Beruntung Jaehyun sempat menghindar, ia melesat ke puncak kubah. Energi listrik terkumpul pada kepalan tangan yang ia ancungkan keatas, tak lama kemudian kilatan menyatu. Jaehyun memusatkan seluruh energinya untuk memaksimalkan kekuatan listrik. Kilatan berwarna putih kebiruan menyambar disekitarnya, bersiap menanti momentum tepat untuk melepaskan serangan. Gemuruh saling bersahutan layaknya badai sedang berlangsung. Pendengarannya menangkap suara pelatuk ditarik, lantas ia melempar seluruh energi listrik yang terkumpul pada tangannya setelah memastikan bidikannya tidak meleset.
Petir menyambar tanah yang dipijak Sungchan, menghantarkan getaran kuat hingga batas pelindung, disusul dengan cahaya yang begitu membutakan. Ledakan cahaya memenuhi seisi arena, membuat para penonton menjerit dan menyembunyikan diri dari serangan cahaya tersebut. Pembatas seolah tak berguna, sebab cahaya menembus aura sihir yang menjadi bahan pembuatnya. Gemuruh kembali bersahutan, seolah sedang terjadi simulasi badai di dalam tanah lapang itu. Debu dari tanah tandus di dalam arena bertebangan imbas dari getaran luar biasa tadi, bahkan beberapa lembaran jimat sampai terlepas dari barrier keunguan yang membatasi antara penonton dan petarung.
Jaehyun kini berdiri diatas tanah tempat ia pertama kali menginjakkan kakinya pada ronde pertarungan ini. Kepulan debu membatasi jarak pandangnya, memaksa dirinya untuk meningkatkan kepekaan indranya. Perih yang ia rasakan sebelumnya semakin menjalar. Butiran debu memperburuk kondisi luka pada lengan dan bahunya. Darah yang mengering meninggalkan rasa lengket pada anggota geraknya. Tubuhnya seolah remuk, lelah sebab telah menguras energi dan aura sihir secara berlebihan demi melawan sosok penuh balutan perban itu.
Kembali ia dengar suara pelatuk ditarik. Dengan cepat Jaehyun membuat larik petir pada tangannya, panjang layaknya sebuah pecut. Cahaya pucat berkilatan disekitarnya, menjadi penerang sementara baginya. Sebuah peluru meluncur dari arah barat, berdesing kencang menuju lokasi Jaehyun berdiri. Suara khas pecutan menyusul, terdengar keras gemanya dalam ruangan hening itu. Serangan dan balasan yang berlangsung dengan sengit dan cepat.
Debu perlahan turun, visi kembali menjernih. Para penonton melongok ke arah arena, penasaran akan hasil dari pertarungan semi final ini. Perlahan seruan terkejut dan ketidakpercayaan mengudara dalam koloseum itu, bersamaan dengan pemandangan yang semakin jelas.
Ujung pecut listrik Jaehyun, masih memercikkan kilat listrik kini melilit satu kaki Sungchan. Aliran listrik tertahan oleh perban yang entah terbuat dari apa, menghalangi sengatan dari sihir yang Jaehyun gunakan. Hanya perlu sedikit hentakan untuk merobohkan Sungchan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Bunny [JaeDo]
FantasiaJAEDO | BXB | NCT | FANTASY | AU Doyoung tidak lagi memiliki pilihan selain tinggal di akademi setelah melewati beberapa kejadian yang hampir merenggut nyawanya. Awalnya ia mengira akan menjalani keseharian yang membosankan sendiri dengan tenang. Na...