Chapter 9.0

382 38 8
                                    

Temaram cahaya lilin menjadi pembimbing langkahnya menuju salah satu ruangan yang sudah ia hafal dengan baik. Gema dentuman sepatunya dengan lantai marmer memenuhi lorong, menemani perjalanannya pada tengah malam ini.

Tangannya segera mengetuk pintu yang dipenuhi ukiran dengan ritme tak sabaran. Tak butuh lama sebelum pintu dibuka, menampilkan sosok perempuan yang menatapnya dengan tajam. Jaehyun langsung menerobos masuk, mengabaikan tatapan dari kakaknya.

Beberapa perabot mahal tercecer, banyak bagian yang hilang dan rusak. Interior ruangan itu kini kacau, seolah baru saja dijarah oleh segerombolan orang. Hanya menyisakan lemari buku dan ranjang yang tampak baik-baik saja.

Ia membawa dirinya ke kasur dimana sosok lain sedang berbaring lemah di balik selimut tebal. Helai kelamnya berantakan, sama halnya dengan pakaian sosok itu.

"Hampir sepanjang sore ia kumat. Ramuan dari Tuan Lee sudah hampir tidak berefek lagi," ujar kakaknya.

"Kenapa kau tak mencoba melakukannya sendiri?" Dengusnya. Ia meneliti kondisi sosok itu, wajah tampanya tampak pucat.

"Kalau Krystal bisa kusuruh tidur pasti sudah kulakukan, Jaehyun,"

"Itu bukan hal yang sulit bagi seorang Jung sepertimu kan kak?"

Hembusan napas frustasi ia dapatkan sebagai jawaban. Kakaknya turut duduk disampingnya, menatap wajah pucat itu.

"Sayangnya tidak semua Jung memiliki kontrol sehebat dirimu Jae,"

"Sudahlah, lebih cepat kau perbaiki aliran aura akan lebih baik. 'Perang dingin' kalian masih berlangsung bukan?"

Jaehyun hanya memutar kedua matanya malas. Untuk satu dan lain hal kakaknya benar.

Tangan dingin itu ia raih, menggenggam erat seiring munculnya aura biru terang miliknya. Mengambang rendah, membentuk sebuah pola mantra yang bergerak mengelilingi tangan sosok itu. Merambat naik hingga lengannya, menerangi dengan cahaya lembut dalam ruangan gelap ini. Sihirnya sedang bekerja, terbukti dari simbol dan lambang yang turut bersinar pada tembok.

Sosok itu turut memberikan reaksi; cahaya aura kehijauan bersinar dari letak jantungnya, bergerak mengikuti aliran darah. Tampak beberapa bagian yang bersinar kelabu, membuat jejak aura sihirnya terlihat putus-putus. Cahaya kebiruan dari Jaehyun segera merambat menuju titik-titik kelabu tersebut, mengisi dengan aura sihir milik si pemuda sebelum biru itu berubah menjadi hijau.

Pemuda tampan itu tampak begitu fokus sampai memejamkan kedua matanya, dengan bibir yang merapalkan mantra. Cahaya kebiruannya semakin terang saat seluruh tubuh yang terbaring itu sudah terlapisi dengan sihir.

Ada ledakan cahaya yang menyilaukan pandangan, membuat kakaknya menutupi wajah. Lalu secara berangsur ruangan kembali menjadi gelap. Aura sihir milik Jaehyun perlahan memudar.

Jaehyun membuka kedua matanya setelah beberapa saat. Aura itu sudah hilang, bersamaan dengan terbukanya mata sosok itu. Dua manik cerah yang diturunkan kepadanya menatap ke arah Jaehyun dengan bingung.

"Yoon Oh? Itukah dirimu?" Suara itu serak, berusaha mengeluarkan kata demi kata dengan susah payah.

Jaehyun menggangguk, tersenyum dengan terpaksa menatapnya.

"Kapan kau datang?" Sebuah senyum lemah terbit pada wajahnya yang kini sudah lebih berwarna.

"Baru saja aku tiba, Ayah,"

Kekehan mengalun dari celah mulut sang ayah.

"Kau memang tanggap Yoon Oh, senang sekali melihatmu baik-baik saja,"

"Tentu Ayah,"

Pria paruh baya itu menaikkan sebelah alisnya, lantas menyeringai.

"Singkat sekali jawabanmu, Yoon Oh. Tak seperti biasanya,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Once Upon a Bunny [JaeDo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang