Chapter 8.1

185 32 11
                                    

0o0

"Kau tertarik pada kalung itu?"

Doyoung menoleh pada sumber suara. Sedikit terkejut namun senyuman sopan masih sanggup ia tampilkan.

"Agak tertarik. Apa kegunaannya Tuan Lee?"

Terdengar kekehan pelan sebelum Sangyeon menjawab.

"Sesuatu yang berhubungan dengan waktu, seperti saat ini,"

Atensi Doyoung kini terarah pada sekitarnya. Semuanya tampak normal, kecuali fakta bahwa dua temannya terdiam dalam posisi aneh, seolah tubuh sedang diberhentikan sejenak. Pemuda itu menoleh pada pemilik toko, menatap dengan bingung.

"Seperti yang kau lihat, Dongyoung," ia melangkah maju, mengikis jarak diantara mereka, "kalung ini memiliki hubungan dengan waktu,"

"Apa kau bisa menghentikannya?"

"Menghentikan apa?"

Sebuah seringai tercipta pada wajah Sangyeon.

"berikan aku detailnya, Dongyoung,"

Kini jarak keduanya tak kurang dari selangkah

Sebelah tangan Doyoung menahan tubuh pemuda Lee agar berhenti. Fokusnya terbelah, sama persis seperti saat ketua Regu Tiga memanggilnya pertama kali. Dari sudut benaknya terdengar suara asing, pelan dan keras bersamaan.

"Tolong hentikan semua ini, Tuan Lee," kembali ia meminta, kali ini tanpa menatap wajah Sangyeon. Ditengah rasa pening ia berusaha melawan anomali dalam pikirannya, enggan membiarkan apapun itu dalam benaknya menguasai dirinya.

Kedua tangannya bergerak untuk meremat helai gelapnya demi menahan kesakitan yang ia rasakan.

Keheningan menggantung begitu lama, semakin menghapus kontrol dirinya dari sesuatu itu.

"Hentikan apa Doyoung?"

Kepalanya seolah dihantam benda tak kasat mata, memperparah pusing yang mendera.

"Kim Doyoung," suara baritone yang ia kenali menyapa telinga. Hantaman terasa lagi, lebih keras.

Namun tak lama kemudian isi kepalanya menjadi lebih tenang, seolah pusing yang menyerangnya tadi tak pernah ada.

"Doyoung?"

Pemuda Lee di hadapannya berdecak kesal pada sosok lain yang muncul disana

"Hentikan semua ini, apapun itu," Doyoung berkata, ia berbalik menghadap sosok yang sedari tadi berbicara.

Kosong. Ia tak mendapati siapapun dibelakangnya.

Doyoung kembali menatap ke depan, akan tetapi sebelum wajahnya menghadap Sangyeon dengan benar, sekitarnya mulai berputar dan memburam.

Sakit kepala itu kembali lagi, lebih intens hingga rasanya kepala Doyoung akan meledak. Kesadarannya mulai menipis.

Sebelum ia benar-benar menyerah pada kegelapan, Doyoung masih sempat mendengar perkataan Sangyeon

"Ingatlah Kim, apapun yang diberikan untukmu tidak sepenuhnya menjadi milikmu,"

0o0

Apeni?

Once Upon a Bunny [JaeDo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang