~05~

22 12 27
                                    

Hi Chingu 🪷

Terima kasih sudah mampir di book ini
Jangan lupa tekan ⭐ sebelum baca, dan tinggalkan jejak di kolom komentar

Aku tunggu ya....
1.
2..
3...

Gomawo Chinguyaaa🪷

💖💖💖

Aera selesai membriefing Daehyeon tentang bagaimana mereka akan bersikap satu sama lain. Daehyeon mengangguk setuju dan mengerti, pasalnya itu sudah menjadi perilaku dan sikap awalnya. Jadi dia tidak akan merasa keberatan dan terbebani. Tepat saat mereka keluar dari mobil, mereka berdua adalah orang lain.

Wonwoo sudah menunggu Aera di depan gerbang, dia bersiap mengembalikan semua barang milik Aera yang berencana menginap di asramanya tiga hari yang lalu. Aera hanya mengambil tas kertas coklat itu dan berjalan menjauh tanpa senyum. Wonwoo tidak sendiri, ada Seungkwan dan Hansol di sisi kanan dan kirinya.

Sebagai teman yang baik, Seungkwan dan Hansol menepuk bahu Wonwoo dan menguatkan Wonwoo. Bahwa tidak ada batuan es yang tidak akan leleh. Wonwoo hanya menggeleng dengan perkataan sahabatnya. Wonwoo tersenyum, ini karena mereka tidak tau siapa Wonwoo dan Aera dikehidupan sebelumnya. Jadi Wonwoo memakluminya. Toh Aera sebenarnya tidak sedingin itu saat hanya ada Wonwoo dan Aera.

Aera memasuki kelas dan tentu saja, tidak ada wajah asing. Itu wajah semua orang yang dia kenali. Jeonghan, Jeongsuk, Naeun, dan Shuhua. Dia menghela nafas panjang, merasa sedikit muak dan bosan dengan drama pembelajaran ala cinta-cinta-an ini. Dia mendudukkan dirinya di kursi paling belakang, sebelah jendela. Itu seolah sudah disiapkan untuknya, oleh Papanya.

Dia begitu asik memerhatikan landscape gedung olahraga sekolahnya sampai tidak sadar kalau guru wali mereka sudah memasuki kelas.

"Queen Elsa, tolong berikan saya perhatian juga," ucap Pak Junghwan.

Walau Aera menolak dipanggil Elsa frozen, tapi dia selalu menoleh karena terbiasa oleh panggilan itu. Jadi dia menoleh dan dengan datar mengatakan.

"Aera, Park Aera," ucap Aera.

"Kalau begitu jangan bereaksi saat dipanggil Elsa!" olok Shuhua, dan dihadiahi tatapan Aera.

"Hentikan Aera!" ucap Jeonghan mencegah Aera memantulkan perasaannya.

TERLAMBAT. Shuhua terjatuh dari kursinya dan kepalanya mendongak ke atas, dia memegangi kepala belakangnya, seolah ada yang menarik rambutnya ke belakang. Padahal itu semua adalah apa yang Shuhua bayangkan untuk melukai Aera. Jeonghan berdiri dan beranjak menuju meja Aera, mengabaikan beberapa teman mereka yang beteriak dan Pak Junghwan yang mengepalkan tangannya karena malas dengan situasi ini.

Dengan tatapan berapi Jeonghan meminta Aera untuk berhenti. Sedangkan Aera tidak bisa berhenti, dia merasa sudah cukup berbuat baik pada jalang sialan seperti Shuhua yang merasa dirinya lebih baik dari anak anjing. Saat Jeonghan bersiap menarik lengan Aera, berdirilah Wonwoo disana, diantara keduanya.

"Tidakkah kau lihat Aera hanya diam di tempatnya dan tidak melakukan apapun, Lee Jeonghan?" ucap Wonwoo mencengkram pergelangan tangan Jeonghan.

"Kau tidak tau apa-apa Wonwoo. Penyihir ini,-" ucap Jeonghan tak sampai.

"Dia permaisurimu, kau tau itu. Bagaimana bisa kau menyebutnya penyihir sedang kau tidak akan pernah bisa hidup tanpa dirinya? Kau mungkin membencinya, tapi kau membutuhkannya," ucap Wonwoo setengah berbisik.

Aera membelalakkan matanya tak percaya. Dia pernah membaca dialog itu disebuah buku sejarah. Itu benar-benar mirip, bahkan sama persis. Dia berdiri dari duduknya dan menutup matanya memeluk Wonwoo dari belakang. Bergumam kecil dengan mengatakan 'Jangan biarkan dia tau siapa kamu Wonwoo'.

Aera On Dutty | SEVENTEEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang