"Ayo .... ayo cepet, Ra." Ujar seorang wanita paruh baya yang berlari menggenggam tangan mungil anak perempuannya yang baru berusia 12 tahun.
"Kita mau kemana, bu?" Tanya sang anak dengan air mata bercucuran dan keringat yang sudah membasahi dahinya.
Sang ibu terus membawa anaknya berlari dengan kepala yang sesekali menengok kebelakang.
"Jangan sampai bapak kamu nemuin kita, Ra."
Dalam larinya, gadis kecil itu menatap sang ibu yang wajahnya dipenuhi lebam. Gadis itu menangis mengingat semua kelakuan bapaknya yang selalu kasar kepada ibunya.
"Tapi kita mau kemana, bu?" Tanya gadis yang dipanggil 'Ra' dengan gemetar. Ia juga menggenggam tangan sang ibu sama kuatnya.
Sang ibu juga tak tahu kemana mereka harus pergi, yang terpenting sekarang ia harus berlari secepat mungkin agar suaminya tidak menemukan keberadaan mereka. Ia sudah lelah hidup dengan suami yang suka main kekerasan, berjudi, dan mabuk-mabukan.
Ia tidak mau anaknya menjdi korban kekerasan suaminya, sudah cukup putrinya selalu menyaksikan hal-hal yang seharusnya tidak disaksikan diusianya yang masih dibawah umur.
Sang ibu terus berlari hingga tak sadar ia menyebrang jalan saat mobil sedang melaju dengan cepat.
Tiiinnnn Tiiiin ......
Brak
Mobil tersebut menabrak sang ibu dan anaknya.
"Ibu ...." ucapnya dengan lirih menatap sang ibu yang sudah berlumuran darah, sama halnya dengan dirinya yang terbaring tak berdaya diatas aspal yang kasar. Lantas gadis kecil itu menutup matanya karna merasakan sakit disekujur tubuhnya.
"Ra ...." ucap sang ibu dengan lirih dan mata yang mengerjap-ngerjap sambil mencoba menggapai jemari anaknya yang mungil yang sudah berlumur darah.
Laki-laki paruh baya keluar dari mobil dengan tergesa-gesa bersama wanita yang mungkin adalah istrinya.
"Astagfirullahaladzim, pah." Ucap sang istri histeris lantas segera berlari mendekati sang ibu dari anak tersebut. Sedangkan suaminya tercengag lantas segera mengangkat gadis kecil yang sudah tak sadarkan diri kedalam mobil.
"Bu ... bu, bertahan bu. Saya dan suami saya pasti akan bertanggung jawab." Ucap sang istri yang telah menabraknya dengan gemetar karna melihat darah yang sudah tercecer dimana-mana.
Laki-laki paruh baya itupun menghampiri istrinya dengan tergesa setelah memasukan gadis kecil itu kedalam mobilnya.
Baru saja laki-laki paruh baya itu hendak mengangkat sang ibu yang tengah berlumur darah tetapi lemgan itu memegang tangannya.
"Tolong ...." ujarnya sang ibu dengan lirih dan matanya yang berkedip-kedip.
"Saya akan bawa kalian ke rumah sakit," ucap laki-laki paruh baya itu yang terlihat khawatir.
"Tolong ...." ucapnya lagi.
Sepasang suami istri itu saling memandang tak paham dengan perkataan tolong yang dilontarkan oleh ibu tersebut.
"Ibu mau minta tolong apa bu?" Tanya sang istri sambil memegang lengan sang ibu.
"Tolong .... to-long jagakan putri saya. Rawat dia sebagai anak kalian sendiri. Tolong, jaga .... jaga dia____" setelah ucapan yang ia lontarkan dengan nafas yang tersenggal, sang ibu pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Sang istri langsung memegang tangan suaminya, "bawa ke rumah sakit, pah! Cepet pah!"
****
"Pasien sudah meninggal dunia." Ucap sang dokter prihatin, "tapi banyak lebam disekujur tubuhnya, sepertinya dia adalah korban dari kekerasan."
Sepasang suami istri itu saling pandang.
****
Gadis polos itu membuka matanya dengan perlahan, lantas mengerjap-ngerjap saat siluet cahaya mulai menyilaukan matanya.
"Nama kamu siapa sayang?" Tanya sang istri dari suami yang menabraknya dulu, memandang wajah lugu itu yang sangat polos.
Sudah hampir 2 minggu ia koma semenjak kecelakaan yang menimpanya yang merenggut nyawa ibunya.
"Aeera Gladista." Parau nya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu Rasa
Teen FictionAeera Gladista Ketenangan. Kesunyian yang membelenggu. Kesepian yang kian menjadi kesukaannya. Dan kegelapan yang menenangkan. Akhirnya Aeera dapat merasakannya. Ketika tidak ada yang bisa menemani setiap langkahmu, dan kamu merasa sendiri. Tenang...