07 - Suara Hati Arjuna

90 17 0
                                    

"Ucapan lo terlalu sampah." Tekan Beno segera menepis tangan Ajun dengan kasar.

"Lo bilang cewek gue jalang apaan hah?! Ucapan lo yang sampah!" Murka Ajun.

Beno menghela napas, menyilangkan kedua tangannya di depan dada lantas bersandar pada tembok, menatap Ajun santai. "Kalo bukan jalang trus apaan? Lonte?"

"Gak beres nih." Gumam Njun menatap keduanya.

"Lo pisahin sana," perempuan itu menyenggol lengan Njun. Sedangkan laki-laki itu mendelik, tak suka jika tangannya disenggol-senggol oleh seorang perempuan yang mau-maunya saja menjadi pacar Ajun.

"Lo aja sana!" Jawab Njun jutek.

Ajun menghela napas berat mencoba meredamkan emosinya, "jangan mancing-mancing emosi gue, Ben."

"Gue gak pernah mancing-mancing." Ucap Beno malas, "Aeera juga bukan pacar gue. Gak usah sotoy."

"Kalo bukan pacar trus kenapa lo jalan bareng dia di koridor?" Tanya Njun masih penasaran.

Beno mentap Njun, "jalan bareng di koridor bukan berarti dia cewek gue."

"Tapi lo gak pernah kayak gitu sebelumnya, lo suka sama Aeera?" Tanya Ajun yang emosinya sudah kembali pulih.

"Suka gak suka, urusannya sama lo apaan?" Beno balik bertanya.

"Gue cuma nanya bangsat!"

"Pertanyaan lo aneh, kenapa tiba-tiba lo keliatan emosi gitu pas tau gue sama Aeera jalan bareng di koridor? Hah?" Beno kini mentap Ajun menyelidik, sedikit curiga juga dengan tingkah Ajun yang tiba-tiba emosian. Ajun bukanlah tipe orang yang gampang terpancing emosi hanya gara-gara perempuan.

"Ah bener juga," timpal Njun. "Dan baru kali ini lo marah pas ada yang bilang cewek lo jalang. Biasanya juga lo fine-fine aja tuh. Tapi ini?"

"Gak usah bahas, dah males gue." Ucap Ajun berbalik hendak melangkah pergi menghampiri perempuannya tetapi pergelangan tangannya sudah dicekal oleh Beno.

"Atau jangan-jangan .... lo suka Aeera?" Tanya Beno tak yakin dan melepaskan pergelangan tangan Ajun yang sempat ia pegang.

Ajun diam mematung dengan punggung yang masih membelakangi Beno, entah apa yang laki-laki itu rasakan, yang jelas ia tak suka Beno bertanya seperti itu kepadanya.

"Kenapa diem?" Tanya Beno melihat Ajun yang hanya diam mematung. Firasat Beno sudah tidak enak, ada benarnya yang dikatakan Njun. Mengapa Ajun bisa semarah itu hanya karna masalah yang sepele? Semoga saja Ajun tidak benar-benar menyukai Aeera.

Ajun berbalik menatap Beno, "kalo iya gue suka sama Aeera lo mau apa?"

Beno tersenyum miring, "mustahil lo bisa dapetin dia."

"Gak usah so tau, bahkan gue lebih dulu kenal sama Aeera dibanding lo," ucap Ajun menatap Beno tak suka.

"Lo pikir gue peduli?" Tanya Beno.

Ajun mendengus dan segera membawa gadisnya pergi dari sana, malas juga meladeni Beno.

"Dia beneran suka sama Aeera?" Tanya Njun masih tak percaya sambil menatap Ajun yang sedang mengambil motornya.

Beno hanya mengedikkan bahu.

"Gak ngerti lagi gue," ucap Njun geleng-geleng kepala lantas memilih masuk ke dalam markas menemui Berto dan juga Isan yang ada di dalam.

Baru saja beberapa ia melangkah masuk ke dalam markas tetapi Njun sudah dikejutkan dengan dua makhluk yang ternyata sedari tadi menyaksikan perdebatan antara Ajun dan Beno dari balik jendela.

"Buset, lu berdua pada ngapain bego?!" Ucap Njun menggeplak kepala Berto dan juga Isan. Mereka-lah yang tengah mengintip.

Dua makhluk itu sedikit terkejut, lantas dengan cepat kedua makhluk itu menarik Njun membawanya menjauh dari Beno, takut-takut jika Beno mendengar ucapan Njun.

"Berisik somplak." Tegur Berto menjitak kepala Njun.

Njun meringis, "lah bego, lu berdua ngapain pake segala ngintip."

"Kita tadi denger ribut-ribut di luar. Yaudah lah, dengan inisitatif, gue ngajak Berto ngintip lewat jendela." Ucap Isan.

"Inisitatif apaan kampret!" Damprat Njun.

"Inisiatif bego!" Ucap Berto merevisi ucapan Isan.

"Lah tadi gue bilang begitu anjing!" Ucap Isan ngegas.

"Lo bilangnya inisitatif sompret!" Balas Njun menggeplak kepala Isan yang begonya melebihi batas itu.

Isan mengaduh, lantas menatap Njun. "Gue gak bilang gitu dah perasaan."

"Perasaan doang." Celetuk Berto geram.

Pertikain merekapun berakhir dengan Njun yang menjelaskan detail masalahnya bermula. Mereka hanya manggut-manggut mendengarkan dan sesekali mengangkat suara untuk bertanya.

****

"Atau jangan-jangan .... lo suka Aeera?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Beno itu terus saja terngiang dalam pikiran seorang Arjuna Bratadewa.

Ajun mengendarai motor sport nya dengan kecepatan sedang, ia baru saja mengantarkan pacar barunya itu, yang Ajun pastikan dalam beberapa hari akan ia putuskan.

Entah menagapa ia tak suka saat mendengar Beno berajalan bersama Aeera di koridor sekolah, entahlah. Sejak kelas 10 Ajun memang sering memperhatikan Aeera, Ajun juga tidak bodoh. Ia sangatlah yakin Aeera tidak tuli, terlihat dari caranya menulis dan memperhatikan guru saat sedang mengajar.

Aeera Gladista.

Nama itu yang selalu terpatri dalam ingatannya, hanya gadis itulah yang mampu membuat seorang Arjuna Bratadewa penasaran akan sosok yang sebenarnya dari Aeera.

Arjuna penasaran dengan suara milik Aeera, selama satu kelas dengan Aeera, ia tak pernah sekalipun mendengar suara Aeera.

Arjuna penasaran mengapa Aeera seakan-akan tak bisa mendengar segalanya.

Ada apa dengan gadis itu?

Pernah terbesit dipikiran Arjuna untuk mendekati Aeera, tapi ia segan. Takut jika Aeera tak suka jika ia mencoba mendekatinya, sudah banyak teman perempuannya dan laki-lakinya dulu yang mengajak Aeera mengobrol tetapi Aeera tetap diam acuh tak acuh.

Itulah mengapa Aeera sering disebut bisu dan juga tuli.

Semua tentang Aeera sungguh seperti teka-teki yang membuat Arjuna harus memecahkannya, tetapi ia urungkan karna ia tak berani. Sepengecut itu dirinya, tak pernah berani mendekati Aeera.

Dan Arjuna berharap rasa ini hanya sebatas penasarannya saja.

"Atau jangan-jangan .... lo suka Aeera?"

Pertanyaan itu membuat Arjuna bimbang dan tak yakin dengan rasa penasarannya, karna sampai sekarangpun .... ia masih saja sering memperhatikan Aeera dalam diam.

****

Part ini mengandung kata-kata yang sedikit.
Hanya sedikit curahan hati dari seoarang Arjuna Bratadewa.
Arjuna bukan seorang playboy, tapi Arjuna lah sang penakluk hati. Azeeekk.
Jadi jan lupa voment, tidak pernah bosan mengingatkan untuk voment.
Follow akun saya.

Salam hangat dari saya.

Titik Temu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang