"Cepetan anjing! Astagfirullah enak banget ngomong an tambah jing." Ucap Ajun menepuk-nepuk bahu Beno.
"Bagus. Abis ngomong anjing langsung istigfar!" Balas Beno geram.
"Bacot lo, cepetan bego!" Kesal Ajun menepuk pundak Beno lebih keras sesekali menengok ke arah belakang.
Saat ini Beno dan Ajun sedang berada dalam satu motor dengan beberapa motor yang mengejar mereka, mungkin jika dihitung orang yang mengejar Beno dan Ajun kurang lebih ada 10 orang.
Entah menagapa Beno merasa bahwa ia selalu terkena sial setelah dipaksa bergabung dengan basis yang Ajun dan kawan-kawannya bangun, tanpa tahu siapa pemimpin sebenernya dari basis yang mereka bangun.
"Mereka ngapain ngejar kita si bangsat?!" Tanya Beno menatap kaca spion yang memperlihatkan beberapa motor mengejarnya dan Ajun.
"Ya mana gue tau bangke!" Jawab Ajun kesal, "apa musuh kita ya?"
"Kita?" Ulang Beno, "lo aja bangsat! Gara-gara lo gue kena sial mulu." Dampratnya.
"Karna lo udah gabung basis, berarti musuh gue musuh lo juga!" Ucap Ajun agak kesal.
"Nambah beban gue lo anjing!" Damprat Beno mengeraskan rahangnya.
Beno menabah kecepatan saat motor yang mengejar mereka mulai mendekat, ia mengendarai Motor sport CBR150R warna merah dipadukan dengan warna hitam milik Ajun.
Saat hendak berbelok motor yang dikendarai Beno dan Ajun tiba-tiba ugal-ugalan lalu tak lama motor itu berhenti ditangah jalan.
"Kenapa ini motor lo, Jun?" Tanya Beno seraya menstater motor itu terus menerus.
"Waduh, kenapa ni?" Tanya Ajun was-was menatap ke belakang saat segerombolan yang mengejar mereka makin mendekat.
Beno mendesah, "bensin lo abis bangke! Kenapa bisa sampe kering gini si anjing?!" Umpat Beno sangat kesal.
"Aduh, lupa isi bensin gue, Ben."
"Motor keren bensin nggak ada! Goblok!" Kesal Beno menstandarkan motornya lantas turun dari motor tersebut diikuti Ajun.
Beno dan Ajun terdiam saat segerombolan itu kini mulai menstandarkan motornya didekat mereka, orang-orang itu membuka helmnya lantas menghampiri mereka berdua.
Beno bergidik, semoga saja ia masih selamat dari sini.
Sungguh sial nasibnya harus berhadapan dengan orang yang bahkan ia tak tau mereka siapa.
"Mereka siapa, Jun?" Beno mulai bertanya berbisik pada Ajun.
"Anak buahnya Kasdut ni." Jawab Ajun balas berbisik menatap segerombolan orang itu.
"Kasdut? Unik amat." Jawab Beno mengatupkan mulutnya agar tidak terkekeh.
"Kagak tau gue, nama panggilan doang keknya, emang lucu si. Tiap kali gue sebut nama itu berasa pengen ketawa." Ucap Ajun cengengesan tanpa melihat situasi.
Segerombolan itu mulai mendekat seraya memperhatikan Beno dan Ajun dengan wajah garang.
"Arjuna 'kan?" Tanya salah satu dari orang itu dengan senyum miringnya menatap Ajun.
"Ngapain kalian ngejar kita?" Tanya Ajun mencoba tetap tenang.
Orang itu terkekeh sinis, "dapet salam dari Kasdut."
"Idih, gue masih normal." Jawab Ajun dengan wajah tengilnya.
Orang itu terkekeh lagi, "masih gede juga nyali lo."
"Gak gentar gue, gak gentar!" Ucap Ajun menatap nyalang orang yang berada dihadapannya.
Yang lain hanya terkekeh sinis sedangkan Beno hanya diam mendengarkan, ia tak tau ada masalah apa antara Ajun dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu Rasa
Teen FictionAeera Gladista Ketenangan. Kesunyian yang membelenggu. Kesepian yang kian menjadi kesukaannya. Dan kegelapan yang menenangkan. Akhirnya Aeera dapat merasakannya. Ketika tidak ada yang bisa menemani setiap langkahmu, dan kamu merasa sendiri. Tenang...