12 - Tidak Peka!

79 21 7
                                    

Bian dan Ino baru saja memasuki area parkiran sekolah, dengan satu motor yang dikendarai Ino dan Bian yang ada diboncengannya, mereka berdua sudah sangat lengket seperti sepasang kekasih. Dua laki-laki itu sudah berteman sejak mereka orok alias saat masih bayi, rumah merekapun berdekatan.

"No, No." Panggil Bian saat mereka berjalan dikoridor.

"Paan?" Sahut Ino malas yang berjalan disamping Bian.

"Misal kalo kita ke pantai, trus mau manggil ombak. Manggilnya om apa mbak ya, No?" Tanya Bian absurd terkikik geli.

Dahi Ino mengerut seraya berpikir, "tergantung."

"Tergantung apaan?" Tanya Bian penasaran menatap Ino sambil terus berjalan.

"Tergantung tu ombak cewek apa cowok, kalo cowok ya panggil om, kalo cewek ya mbak. Yakali kalo cowok dipanggil mbak, yang ada nanti dikira bencong!" Jawab Ino dengan otak setengahnya.

"Ombak emang ada jenis kelaminnya gitu?" Tanya Bian heran.

"Kalo gak ada, gak mungkin lo nanya kalo ombak dipanggil om apa mbak!" Jawab Ino makin ngawur dan ngasal dengan jawaban yang ia berikan pada Bian, biarlah otak Bian yang bego tambah goblog.

"Emang siapa si yang pernah manggil ombak?!" Sambung Ino heran dengan pertanyaan Bian yang tak masuk akal.

"Orang kalo nanya tuh artinya dia nggak tau, lah trus lo kenapa nanya ke gue yang jelas-jelas gak tau sama apa yang lo tanyain." Cerocos Bian saat mereka mulai menaiki gundukan tangga menuju lantai kedua kelas mereka.

Ino menatap Bian datar, "lo kalo goblok kurangin banyak bisa gak si?!"

"Lo kalo goblok kurangin banyak bisa gak si?!" Ulang Bian. Karna Bian tau segoblok-goblok dirinya masih tetap goblokan Ino.

Disatu sisi Beno yang sedari tadi berjalan perlahan mengikuti kedua laki-laki yang adu cek-cok itu hanya bisa geleng-geleng kepala, apa tidak ada hal lain yang harus mereka bahas? Ombak segala di bawa-bawa.

Om?

Mbak?

Beno terkikik geli, ada-ada saja!

Sinting!

Sudahlah, intinya mereka memang sama-sama goblog. Itu menurut Beno.

Bian memberhentikan langkahnya diikuti oleh Ino dan berbalik saat mendengar derap langkah di belakangnya, "buset! L 4!"

Beno sedikit terkejut, "apaan L 4?"

"Lo lagi, lo lagi!" Jawab Bian ketus sedangkan Ino menatap wajah Beno yang memarnya masih sangat terlihat jelas.

"Ben, Ben." Gumam Ino geleng-geleng kepala, "ganteng-ganteng jelek!"

Bian menggeplak kepala Ino. "Ganteng ya ganteng aja. Gak usah bilang ganteng tapi jelek, gada otak ya lu."

"Gue gada otak karna kepala gue sering lo geplak anying!" Balas Ino menoyor dahi Bian.

Beno memutar bola matanya malas dan melewati mereka berdua yang masih adu mulut, mereka tuh 11 12, yang satu goblok yang satunya lagi tolol. Kebodohan yang saling melengkapi menurut Beno.

Beno berjalan memasuki kelasnya dengan pandangan yang ia arahkan kepada gadis yang sedang duduk tepat di pojok paling belakang dengan melipat tangannya di atas meja dan kepalanya yang ia taruh dilipatan tangannya tersebut.

Beno menaruh tasnya di atas meja dengan pelan, ia memandang wajah Aeera yang sangat damai, mata gadis itu masih tertutup rapat, Beno duduk dengan mata memandang ke wajah Aeera yang terlihat sangat lugu. Beno tersenyum tipis, hatinya menghangat memandang wajah Aeera yang menenangkan.

Titik Temu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang