Seorang laki-laki dengan pengawakannya yang tinggi kerempeng berkulit sawo matang dan wajahnya yang manis membuat siapa saja akan mengalihkan pandangannya hanya untuk memandang wajah hitam manis laki-laki tersebut.
Ia baru saja keluar dari toilet dan berjalan di koridor sekolah menuju parkiran, lingkungan sekolah juga mulai sepi dan hanya ada beberapa orang yang mungkin juga sedang menuju ke parkiran.
Laki-laki yang nama aslinya adalah Ahmad Junaedi alias Juned dengan nama gaulnya adalah Njun.
Laki-laki itu memberhentikan langkahnya saat netra matanya melihat sosok laki-laki yang amat ia kenal baru saja menuruni tangga, berjalan beriringan dengan seorang gadis.
Njun memincingkan matanya menatap gadis yang berjalan beriringan dengan sosok laki-laki yang Njun kenal itu, Njun menganga tak percaya saat matanya sudah jelas melihat gadis yang pernah sekelas dengannya saat kelas 10. Aeera 'kan?
Njun terkekeh tak percaya, Aeera yang dijuluki si bisu dan si tuli itu kini malah berjalan beriringan dengan sosok laki-laki yang Njun kenal.
lantas Njun mengikuti dua sejoli itu perlahan dengan tubuhnya yang menempel dengan tembok, takut-takut jika keduanya menangkap basah Njun.
Njun semakin dekat dengan dua orang itu, ia mematung saat laki-laki yang bersama Aeera hendak menengok kebelakang, tapi sebelum itu Njun dengan refleks meloncat kesamping dengan estetik kedalam kelas yang sudah kosong, ia menjatuhkan dirinya dengan tengkurap. Takut ketahuan.
"Kaget gue bangsat!"
Njun tersentak mendengar suara itu, ia pikir kelas ini kosong. Njun langsung berdiri dengan tegak dan menatap gadis yang sedang menyapu di pojok kelas. Bukan hanya satu, tapi ternyata dua orang.
"Ayan lo?" Tanya gadis yang satunya lagi seraya tertawa terbahak-bahak.
"Lo kira mau slow motion apa?! Ngakak anjir." Timpal gadis yang berada dipojokan lagi dan tertawa terbahak-bahak sembari memegang perutnya dan tangan yang satunya tengah memegang gagang sapu.
"Berisik lu pada, terpesona kan sama gerakan gue yang estetik." Ucap Njun mencibir lantas segera pergi dari kelas tersebut yang Njun yakin itu adalah ruang kelas 10.
****
"Oi, oi, oi!" Njun berucap dengan lumayan keras saat Beno baru saja menginjakan kaki di markas mereka.
Beno menatap Njun yang duduk di atas tikar bersama dengan Ajun dan ...... seoarang perempuan berada disampingnya tengah bergelayut manja.
Beno menatap wajah gadis tersebut yang ternyata berbeda dengan gadis yang beberapa hari yang lalu Ajun bawa, laku sekali laki-laki itu. Pikir Beno.
"Apaan si lo?" Tanya Beno menatap Njun sekilas lantas menarik salah satu kursi yang terbuat dari plastik dan meletakkan kursi tersebut di dekat meraka lantas mendudukinya.
"Tadi pulang sekolah sama siapa ni bosqyu?" Tanya Njun dengan menaik nurunkan alisnya menatap Beno menggoda.
Beno mengernyit menatap Njun, "sendiri. Kenapa si lo?"
"Yakin sendiri?" Tanya Njun mengintimidasi.
"Napa si, Jun?" Ajun angkat suara nampak tak risih dengan perempuan yang menyenderkan kepalanya dibahu Ajun. Pakaian perempuan itu jauh dari kata sopan. Njun saja sempat bergidik melihat gadis berseragam seketat itu, mata Njun yang suci terasa ternodai.
"Ini si Beno, diem-diem deket sama Aeera." Ucap Njun tanpa melihat Beno yang kini menatap Njun bingung. Beno lah laki-laki yang tadi Njun lihat sedang berjalan beriringan di koridor sekolah bersama Aeera.
"Deket apaan si lo?!" Tanya Beno mengeraskan suaranya sedikit.
Sementara Ajun terkekeh tak percaya, "Aeera yang katanya bisu sama tuli itu?"
"Yap, betul," jawab Njun.
Ajun teridam 3 detik, ia menatap Njun sepenuhnya dan menyingkirkan kepala gadis yang sedang bersandar dibahunya. "Aeera yang pas kelas 10 sekelas sama kita, Jun?
"Yah, betul." Jawab Njun lagi.
"Seriusan Aeera yang bisu sama tuli itu?" Tanya Ajun lagi untuk memastikan.
"Yap, bet___"
"Dia gak bisu dan gak tuli." Beno memotong ucapan Njun dan menatap Ajun sinis.
Njun, Ajun dan Aeera memang pernah sekelas saat kelas 10, yang Njun tahu Aeera tak pernah berbicara dan Njun tak pernah mendengarkan suara Aeera, raut wajah gadis itu juga selalu datar tanpa ekspresi.
"Trus, apa namanya kalo orang yang gak bisa denger sama gak bisa ngomong?" Tanya Ajun terkekeh sinis, agak sedikit kesal dengan tatapan Beno yang begitu sinis.
Beno terdiam dan tanpa sadar tangannya yang ia taruh diatas pahanya mengepal.
Ajun terkekeh lagi, "seriusan? Cewek tunawicara dan tunarungu itu cewek lo? Aeera?"
"Gue gak pernah bilang dia cewek gue," jawab Beno sesantai mungkin meskipun dadanya sudah bergemuruh hebat. Ia sungguh tak suka dengan apa yang Ajun katakan.
"Halah, boong ya lu, Ben? Baru kali ini gue liat lo jalan di koridor bareng cewek. Lo juga dulu pernah bilang kalo lo itu males sama yang namanya perempuan, terus Aeera apaan? Bencong?" Celetuk Njun terlampau santai dan berniat hanya membuat lelucon yang malah memberikan dampak buruk pada Beno.
Ajun mendengus dan tersenyum miring, "see? Aeera? Cewek gak sempurna kayak dia lo sukain?"
Beno terdiam 4 detik, lantas terkekeh sinis, baiklah. Kita ikuti saja alurnya. "Terus cewek yang kayak gimana yang harus gue sukain? Kayak cewek jalang disamping lo itu? Heh?"
"Lo ngatain gue?!" Perempuan yang berada di samping Ajun itu bertanya dengan keras dengan wajah yang sudah memerah menahan kekesalan.
Jalang yang gak mau disebut jalang, heh. Beno terkekeh menatap perempuan itu dan menatap Ajun nyalang.
"Jaga ucapan lo," ucap Ajun tegas penuh penekanan.
Beno terkekeh sinis lagi, mencoba untuk berbicara sesantai mungkin. "Atau mungkin ..... lo jalangnya." Beno menunjuk Ajun dengan jari telunjuknya.
"Wadoooohhhh!" Gaduh Njun, "jalang bukannya julukan buat cewek pelacur ya?" Tanya Njun dengan polosnya tanpa sadar situasi.
Beno mengedikkan bahu. "Terus sebutan apa yang cocok buat cowok pelacur?" Tanya Beno dengan penekanan diakhir kalimatnya sambil menatap Ajun tajam.
"Kalo buat cewek itu jalang, kalo cowok .... juling mungkin," jawab Njun seraya berpikir lantas terkekeh.
"Maksud lo apaan si, Ben? Hah?!" Ajun kini berdiri dan sudah terpancing emosi.
"Apaan?" Tanya Beno dengan santai. Sedangkan Njun hanya melihat tak mengerti dengan apa yang terjadi kini.
"Kalo lo gak suka sama cewek gue gak usah gini caranya!" Tegas Ajun.
Beno terkekeh lagi dan lagi, menatap Ajun sinis. "Pernah gue bilang suka sama cewek lo? Gak sudi gue!"
Ajun berjalan cepat menghampiri Beno lantas menarik kerah kemeja Beno hingga membuat Beno berdiri dari duduknya, "cuma gara-gara cewek bisu itu lo bertingkah kayak gini?! Bajingan lo!"
Njun dan perempuan yang mungkin kekasih Ajun itupun berdiri dengan kaget melihat kedua insan itu yang bersiteru. Kenapa jadi begini? Pikir Njun.
"Ucapan lo terlalu sampah."
Bersambung.......
****
Jan lupa voment ya, share juga.
Cerita ini 100% imajinasi dari saya, suka tidak suka harus suka.
Silahkan jika ingin mengkritik, tetapi harus bijak dan sopan.
Jangan lupa follow akun saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu Rasa
Novela JuvenilAeera Gladista Ketenangan. Kesunyian yang membelenggu. Kesepian yang kian menjadi kesukaannya. Dan kegelapan yang menenangkan. Akhirnya Aeera dapat merasakannya. Ketika tidak ada yang bisa menemani setiap langkahmu, dan kamu merasa sendiri. Tenang...