13 - Anak Malang

65 15 0
                                    

"Kenapa, mang?" Tanya Aeera pada Mardi sang supir pribadi keluarganya saat mobil yang mereka kendarai berhenti secara tiba-tiba. Aeera juga melepaskan benda yang menyumpal telinganya dan mengenggamnya.

"Bentar ya, mamang cek dulu mobilnya." Ucapnya menengok ke arah Aeera, lantas Mardi keluar dan memeriksa kap mobilnya.

Aeera ikut keluar dan memperhatikan Mardi yang tengah menggaruk kepalanya.

"Kenapa si, mang?" Tanya Aeera lagi.

"Gak tau ni, Ra. Apa mogok ya? Mamang gak ngerti kalo soal beginian." Jawab Mardi menutup kap mobilnya.

Aeera menghela nafas ringan, memperhatikan jalan raya yang tidak terlalu ramai, "gimana ya?" Gumamnya menimang-nimang.

"Mamang pesenin ojol aja ya?" Ucap Mardi.

"Eh, jangan deh mang." Tolak Aeera, "mmm .... sekolah Aeera udah deket kan mang?" Tanya Aeera tak yakin.

"Udah si," jawab Mardi agaknya seperti kurang yakin.

"Kalo gitu, Aeera jalan kaki aja deh." Usul Aeera menatap Mardi yang raut wajahnya sedikit gelisah.

"Tapi, kalo jalan kerasa jauh, Ra. Nanti takutnya pas dateng ke sekolah kecape-an. Pesen ojol aja ya?"

"Aeera gak mau, mang. Aeera takut."

"Tapi___"

"Aeera jalan aja deh, mang." Potong Aeera saat Mardi belum selesai berbicara.

"Tapi .... apa neng Aeera tau jalan ke sekolah?" Tanya Mardi yang kurang yakin dengan anak majikannya ini, ia paham betul bagaimana sifat Aeera yang selalu memejamkan matanya saat Mardi mengantar jemputnya. Mardi juga tak yakin Aeera hafal jalan ke sekolahnya meskipun sudah 1 tahun lebih ia bersekolah di SMA Cendrawasih. Gadis itu agak sedikit aneh menurut Mardi.

Aeera bergumam, "dari sini tinggal lurus, terus belok kiri kan, mang?"

"Iya tapi__"

"Mang Mardi tenang aja. Aeera jamin Aeera gak bakal kenapa-kenapa." Ucap Aeera meyakinkan Mardi saat wajah lelaki tua itu terlihat khawatir.

"Tapi kalo jalan malah kerasa jauh loh." Ucap Mardi.

"Gapapa. Itung-itung olahraga," balas Aeera tersenyum tipis.

"Tapi__"

"Daaahhh." Ucap Aeera melambaikan tangannya dan berlari kecil menjauh dari Mardi.

"Hati-hati, Ra!" Teriak Mardi yang melihat Aeera mulai menjauh dari pandangannya.

****

Aeera masih berjalan pelan menyusuri trotoar dengan buliran keringat yang kini mulai berjatuhan dari dahinya. Ia menghela nafas, menatap gedung sekolahnya yang mulai terlihat.

Aeera mengurungkan langkahnya saat melihat anak laki-laki yang terduduk di halte bus seorang diri dengan alat musik ukulele yang berada disampingnya.

Tubuhnya yang kurus, baju yang sudah kotor, kulitnya yang dekil dan gelap serta wajahnya yang lesu. Aeera tak tega melihat pemandagan itu, Aeera menengok ke kanan dan juga ke kiri dan mulai melangkahkan kakinya menuju anak laki-laki tersebut.

Agak ragu juga untuk menghampirinya, Aeera bingung akan apa nanti jika sudah berhadapan dengan anak laki-laki tersebut.

Aeera kini sudah berada dihadapan bocah itu, anak laki-laki itu mendongak melihat Aeera yang berada dihadapannya.

"Ada apa ya, kak?" Tanya anak itu dengan ramah.

Aeera tersenyum dan duduk disampingnya. "Kamu pagi-pagi disini mau ngapain?"

Titik Temu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang