Bu Febby
Ya..Ya Bu Febby wali kelas kami yang cantik rambutnya pendek saat itu seperti demmy Moor memang lagi trand, bibir segar dengan lipstick berwarna pink menyala di padu dengan kulitnya yang putih kekuningan ciri khas Manado serta dengan tampilan enerjik dan suara serak serak basahnya.
Bu Febby wali kelas kami tinggal dilingkungan sekolah dan mempunyai dua orang anak yang bernama Lidya dan kakanya seorang anak laki laki entah aku lupa namanya, ketika aku mengingatnya mungkin akan ku kutulis namanya dengan tanda bintang di akhir buku ini .
Bu Febby bergembira sepertinya...
Anak anak... Kita akan ada acara pentas seni sekolah diacara perpisahan...
Siapa yang ingin mengisi acara....
Yaaaa.... Ilham kamu nanti menggambar papan tulis untuk pertunjukan ya buat panggungnya seindah mungkin "ilham memang anak yang pandai dengan hal hal seperti itu gambar dan tulisanya bagus, selera seninya juga bagus ,bahkan aku sering berandai andai menjadi ilham"
Selanjutnya Anggi, selanjutnya Merry, selanjutnya Warna (memang begitu namanya benar benar bernama warna), Selanjutnya dan selanjutnya mereka mempunya tugas masing masing.
Dan aku belummm ya aku belum punya tugas tapi aku ingin naik panggung...
Aku buuu aku buuu..Aku mau naik panggung, ya Minarni Mau mengisi acara dengan apa nanti menari atau menyanyi... ??.. Lalu " sigap saya menjawab menari Bu" ..
Baiklah ..kamu menari ya .. menari apa ??.. tanya Bu Febby kepadaku,
Aaa...aaa..menari jaipong Bu ya jaipong..Bu Febby pun meng iyakan dan menyetujui dan mencatat namaku.
Sontak aku tersadar heiiii ?!!!! Siapa yang bisa tari jaipong ucapku pada diri sendiri.. aku tidak pernah bisa menari , aku tidak pernah bisa sama sekali ,aku hanya sering mendengar alunan musik jaipong di setel sekeras kerasnya oleh keluarga kami setiap pagi, hanya itu saja..tidak menari.. tapi bagaimana ini ...?!!! Dengan gusar dan cukup membuat mulas perutku..
Tiba tiba...
Minarni besok gladi resik ya untuk tarianmu begitu juga dengan penampilan anak anak yang lain . Bawalah alat yg dibutuhkan dari rumah, begitu perintah Bu Febby seraya kami menjawab " baik buuuuu guruuu..!!!"
Pikirku melayang sepanjang perjalan pulang setelah sekolah, otakku berputar putar, mules diperutku datang dan pergi, jantungku berdegup tidak teratur, aku bohong pikirku..aku hanya ingin dianggap bisa.. tapi aku bohong ...
Ah sudahlah...
Pulang kerumah aku tidak bs tenang , kutanya bidadariku, ibuuuuu... Aku pinjam kudungan panjang ibu dan kaset jaipong untuk dibawa sekolah esok "aku mengutarakan tanpa semangat sama sekali" ..
Ibuku meminjamkan dan tibalah esok hari. .
Baik anak anak ... Hari ini kita tidak belajar.. kita akan gladi resik untuk acara pentas seni nanti..
Kulihat semua berjalan sempurna teman temanku yang lain hebat hebat. Tibalah giliran ku berbekal selendang dan kaset jaipong yang kubawa dari rumah... Ya Minarni mana kasetnya dan bersiaplah di depan...
Entah apa yang harus aku lakukan ketika itu..rasanya mau berdiri dari bangku duduk ku saja berat, aku keringat dingin, perutku mules ,aku berbohong.. tapi aku harus menyelesaikan ini pikirku..
Aku maju kedepan kelas dengan sekuat tenaga mengusir rasa kacau dalam diriku, musik disetel, selendang ku sudah dileher seperti penari jaipong yang sering ku tonton di TVRI kala itu.
Ku renggang kan kakiku.. kegerakkan tangan dan selendangku tak beraturan , bukan gerakan ragu, gerakan kacau balau yang ku buat,. .irama musik tarian semakin kuat dan tarian kacaukupun semakin kuat.. kala itu perasaanku geli menggelitik dan kacau, malu rasanya.. sampai dititik Bu Febby mematikan musik itu... dan akupun berhenti dengan panas tubuh dan keringat sebesar jagung yg sangat deras.
Kamu mau mengisi acara dengan membaca puisi Minarni?... Tanya Bu Febby kepadaku.. "Ma ma mau buuuu saya mau naik panggung" seingatku begitu aku menjawabnya..
Jadilah aku diberikan naskah puisi dan berlatih Bu guruku Bu Febby ku tercinta.. Lega pikirku.. Bu guruku tidak menyalahkan ku teman temanku tidak menertawakan ku saat aku menari kacau, temanku hanya terdiam heran menonton keanehan tarian kacauku selama 5 sampai 10 menit kala itu.
Tibalah hari dimana pentas seni itu digelar ..teman teman bersiap siap ada yang memakai tali rapia sebagai rok dan sebagai pom pom, ada yang bersiap siap untuk derama, dan aku baju seragam putih putih dengan kuncir dua dirambutku, Aku Membaca Puisi dan aku sukses.. itu kata Bu Febby ku akupun merasa begitu..
Aku dengan tarian jaipong kacauku,
Aku dengan puisiku
Aku dengan kesuksesan di depan panggung .
Semua itu membawaku menjadi perwakilan sekolah di tingkat kotamadya setiap ada lomba membaca puisi. Aku selalu menang, aku selalu juara aku juara satu pembaca puisi kala itu.
Aku bohong dengan tarianku, aku malu, dan ibu guruku menyelamatkanku ...
Aku juara puisi lagi dan lagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak menyerah
Sachbücherya aku belajar dari sana .. dari dia si "Aku kecil" luka yg memberiku rasa sakit sampai aku tak ingin menggenggam makananku..