DIA BIDADARIKU

9 1 0
                                    

Aku suka gambarnya... ya komik itu seharga 250 rupiah yg dibelikan bidadariku setelah ku merengek cukup sebentar saja tidak perlu lama.

Komik itu menceritakan detail  tentang hiruk pikuk neraka setelah tokoh gareng dan petruk bermimpi dan  tertidur pulas  diatas kuburan saat mereka dalam perjalan pulang..mungkin puluhan episode yang sama yg membuatku hafal atas naskah dan jalur ceritanya .. 

Bidadariku ku genggam bajunya dari belakang ..agar mudah kutarik tarik saat mungkin ada tukang balon di sebelah tukang bubur di pasar jalan pejambon. 

Rutinitasku setiap pagi membuntuti bidadariku berbelanja .. membuatku harap harap cemas.. yaaahhh..apa yang akan aku bawa pulang dari hasil aku merengek dan menarik narik baju bagian belakang bidadariku..

Aku selalu teringat tentang  rendang,ayam,ikan ,lauk enak yg tertutupi di belakang plastik gula ,terigu atau rantang, yaa bukan karna ingin mengingat ngingat tapi karna itu semua terpahat dalam dalam di depan mataku dan di dadaku.. 

Lhohhhh tapi dia bidadariku ,yang membelikanku komik ,membelikanku balon, es mambo , bahkan mengantarkanku berjalan menuju sekolahku sejauh 2 sampai 3 kilo dari rumahku saat itu. 

Aku sudah bukan anak kecil lagi.. ohh iya donk!.... Aku sdh 6 tahun pikirku..aku sudah besar untuk bisa menerima bahwa makanan itu bukan hak ku ..ya .. aku bahagia dengan nasi sambalku ..disuapi oleh tangan bidadariku..aku mencintainya dengan rumit, aku olah setiap sela sela otak ku..dengan 6 tahunku yang kecil tapi memaksaku untuk berpikir bijak.. 

Apa alasanku untuk tidak menerima tentang lauk yang tertutupi plastik terigu,plastik gula dan rantang, sedangkan semua kebaikan bidadariku terbuka untukku, ini sama seperti saat di situasi aku ada di pundak bapakku ,bapak kandungku yg menggendongku si kecil berbaju kuning usia 3 atau 3.5 tahun .."pak arep nang ngendi iki...?..."

Bapakku menjawab.. "arep nang jakarta jalan jalan "  aku di gendong di atas pundak distasiun gombong lalu entahlah aku tak ingat terbangun dan sudah sampai stasiun yang di depanya penjual tahu putih di dalam kaleng.. "iki nang jakarta pa..?.." tanyaku .. 

"Iyaaaa"... Iki nang jakarta.. sampai lah disuatu rumah yang menurutku saat itu hangat.. 

" Ndo koe nang mriki wae yooo.. bapak arep ke pasar ndisit" iyo pa..jawabku."..aku dipertemukan dengan wanita seingetku berusia sekitar seperti diatas bapak ku.. dialah bidadariku istri dari kakak bapakku..

Sekecil itu aku harus mengolah rasa karna bapakku tidak pernah menjemputku lagi yang katanya pergi kepasar.. bapakku memberi tempat tinggal terbaik untukku ,bapakku mengorbankan prasaan cintanya untukku, untuk aku hidup layak bersama keluarga kakak bapakku .

#aku mengolah rasaku# tidak menangis hanya menunggu, tapi kulihat mataku sendiri dari usiaku saat ini..betapa berkaca kaca mataku saat itu menahan pedih, kecewa.."bapakku tdk pernah menjemputku dan itulah pertama kalinya aku mengolah rasa ku " 

Aku mulai terbiasa dipelukan bidadariku.. 

Terimakasih pak ..atas pelajaran mahal dulu "aku berbaju kuning diatas pundak bapakku melewati stasiun yang didepannya ada penjual tahu putih"

Menolak menyerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang