Pukul 15.00 WIB
Cici, Nur ,Parman, Yuda, Iqbal, Mur ,Sarah , dan tidak lupa Namaku "Nani mereka memanggilku" ..
Hari itu biasa biasa saja, tidak ada yg istimewa aku dengan rutinitas yang sama seperti anak kecil lainya ,pulang sekolah ,tidur siang ,lalu berangkat mengaji..tapi kolong jembatan rumah mur yang sering kami kunjungi sebelum berangkat mengaji membuat aku merasa nyaman dan mampu mengingat aku senang menjemput mur dan berkunjung ke rumah mur, rumah yang aku harus berjalan turun kebawah dari bibir sungai Ciliwung, tepat di bawah kolong jembatan rumahnya menghadap kesungai, beratap jembatan Pejambon .
"Wah asyik... Keren ...ucapku seperti itu.."
Rumahnya tidak berpintu hanya seperti memakai pelataran peluran yang dibuat seperti panggung dan disisakan untuk kami berjalan didepannya, terkadang aku menjemput Mur hanya sendiri tapi terkadang bersama teman lainnya.
Aku duduk di rumah MUr, dipelataran yang terbuat dari coran ,tidak keramik namun hitam dingin mengkilat ,Mur... Kamu kalo tidur menghadap kesungai ini?..
Iya ..kita sekeluarga kalo tidur ya madep sungai langsung , enak ya nan?!!! Tanyanya iseng kepadaku,
Bukan hanya enak nur tapi ini asyik , keren.. kamu bisa liat sungai yang mengalir sebelum tidur...
Tiba tiba disela sela pembicaraan kami ..."Bbraaaaaa...bbraaa... Hahahahahahaha hhahahah.." terdengar riuhan tawa dan teriakan dari seberang sungai rumah mur, dibawah kolong jembatan juga tentunya .gelap tidak terlihat hanya ada lampu 5 wat disana..
"Mur siapa mereka ? Tanyaku"
Itu bapak bapak sama mas mas kumpul disitu lagi pada maen gaplek begitu "Mur menjawab".
Berarti keluarga mur tidak sendiri disini, dia punya tetangga diseberang sana , tempat dimana bapak bapak dan mas mas itu bermain gaplek, gaplek dengan uang pikirku, karna kulihat samar samar ditengah tengah mereka banyak tumpukan uang receh kertas sepertinya.
Aku duduk menghadap ke kali dan aku berusaha tidak perduli kan mereka yang disebrang sana yg sedang bermain gaplek, samar samar lagi tdk sengaja terlihat ada botol botol ditangan mereka..
"Aku tidak perduli..
Aku terus menikmati kakiku kugoyang goyangkan duduk di rumah nur menikmati sungai itu.. sungai berair penuh dan coklat yang diujung sana ku ingat aku terjebur ke sungai dengan mba Yuni..
Kulihat juga ada seorang wanita lusuh dengan baju kemeja putih lusuh dan celana coklat , entahlah itu coklat atau hitam ..tidak begitu jelas , air tepat seukuran pahanya... Dia membawa seperti keranjang menyusuri sungai sembari mengangkat plastik plastik yang kebetulan lewat di sungai itu .
"Siapa itu mur?!...
"Itu Namanya Marela nan..
" Ngapain dia mur ? .
" Dia mencari plastik , dia tinggal sendiri nan di seberang sana sebelah tempat bapak bapak ngumpul itu, dulu dia orang kaya , tapi bangkrut , dan sekarang tinggal sendiri disitu, dan terkadang dia suka bicara sendiri, marah marah dan tertawa sendiri nan.."
" Mungkin dia gila kataku pada mur
"Ya mungkin nan...
Mur sudah selesai bersiap siap dan kami berpamitan dengan bapak dan ibu nya mur utk berangkat mengaji..
Kami naik ke atas jembatan .. menaiki anak tangga dari tanah...
Kami sudah ada di atas rumah nur dan berjalan seperti biasa..kulihat ada kepala keluar dari bawah jembatan. .laki laki yang kukenal ,orang itu kakanya Cici dan Eka si astronot..
Iya mereka ikut bermain gaplek disana..
"Masa bodohlah pikirku"..
Aku berangkat mengaji bersama Mur
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak menyerah
No Ficciónya aku belajar dari sana .. dari dia si "Aku kecil" luka yg memberiku rasa sakit sampai aku tak ingin menggenggam makananku..