9. Kegagalan

204 29 0
                                    

........... night°

"Kyaaaa!!!! TIKUSS!!!"

Aku menekankan kalimat Tikus.

ZAP!

Storm berhasil membuat belasan tikus.

Tapi tak ada yang datang. Semuanya sunyi.

"Psstt! Teriak lagi coba! Bersama sama!"

Storm memimpin.

"1… 2… 3!"

"KYAAA!!! TIKUSSS!!!"

Suara kami menggelegar. Mustahil bila tidak terdegar dengan penjaga yang menjaga pintu yang sedekat ini. Kalau seperti ini, rencana brillian Storm tak akan berhasil!

Tiba tiba gw menyadari sesuatu. Ini ga pake kunci. Tapi pake pola yang canggih. 'Batas mencobanya cuma tiga kali, kalau tiga kali gagal, langsung dibawa kehadapan Raja'

Ada tiga kunci dalam satu pad tersebut.

Pola, sandi, pin.

"Guys! Lihat! kuncinya!"

"Smart!"

Kami mengotak ngatik tersebut masing masing satu kali. Yang pertama pola.

"Kalo pola kan susah banget!"

"Hweee... gw setuju ama Veli..."

Kita semua udah nyoba 2 kali masing masing pola.

"Sekarang sandi, ayo Veli, Milly, coba!"

Kami mencoba kata  yang masuk akal,

Tapi nihil.

Sandinya terdiri atas 5 kata.

'C'

Aku teringat waktu Ibu ku menceritakan, bahwa dulu aku akan dinamai nama lain.

Aku mengetik lagi.

'L'

"Milly? What are you doing? This is your last chance!"

Yaps! Kata kata Veli bener.

Tapi aku mengabaikannya.

'A'

"Stop!"

'R'

'Y'

'CLARY'

"JANGAN TEKAN OK LY!"

Suara cempreng Veli bergema.

Aku menutup mata pasrah dan tangan ku berpikir sendiri.

'BIP

BIP

BIP

OH MY GOD!!
I' m wrong!  Thats false.

2 penjaga datang padaku dan mengeluarkan ku tanpa membuka pintu penjara. Aku menembus jeruji jeruji besi itu.

Storm dan Veli ternganga.

.........

"Penyihir kecil, apa maksud mu datang kesini?"

Raja memulai pembicaraan.

"Aku bukan penyihir!" Jawabku lantang.

"Lucu sekali. Apa yang dapat membuktikannya? Radar sihirku menunjukkan,... Apa?! Apa apaan ini?! Dia tidak memiliki sihir?! Bagaimana bisa ia masuk ke dimensi ini?!"

"100 point for you! Itu yang dibilang semua orang saat aku bilang aku bukan penyihir"

Aku tersenyum lebar menahan tawa. Entah kenapa ini terasa lucu!

Saat aku tersenyum, wajah nya sangat tegang.

Ia berjalan mendekatiku. Yah, kuakui Raja terlarang ini masih cukup muda. Paling usianya 30-an? Cakep juga sih, beda tipis sama Eza gonino.

Dan Kalo dilihat bener bener, ini jauh lebih mirip apartmen jumbo dari pada kastil terlarang.

"Clary?"

Ucapnya tiba tiba. Tentu saja aku kaget.

"Tuan, 2 penyihir kabur!!"

Dia memalingkan wajahnya dan menatapku lagi

"Pergilah"

Ia berkata pelan. Dengan heran aku meninggalkan nya, dari bejalan hingga berlari. Tapi yang aku masih bingung, kenapa mereka bisa lolos? Dan kenapa ia bisa tau Clary?

*Veli pov

Setelah Milly dibawa pergi, 2 penjaga datang dan menjaga sel kami. Gw pun dapet ide.

"Pssstt! Storm! Pssstt!!"

Aku sedikit berbisik. Takut ketauan lah..

"Keluarin hologram tikusnya lagi!"

"Oh ya!"
ZAP!

Storm berhasil membuatnya. Kali ini puluhan tikus.

"Aaakhh!!! Tikus!!!"

"Apa?! Tikus?!" Kedua penjaga tersebut membuka pintu penjara dan berwajah pucat.

"Tunggu apa lagi?! Cepat tekan tombolnya!"

DUG

Aku tak percaya! Kata kata Storm bener! Tapi jeruji nya nggak kebuka.

"Storm? Ga berhasil!"

Storm tampak gelisah. BAM!

Pintunya kebuka!

"Veli! Tunggu apa lagi?!"

"Ya gw mau tolong Milly!"

Entah apa yang terjadi, gw pergi kebalik pintu penjara dan mengarah kerang utama. Tapi gw melihat beberapa penjaga berlari keruang penjara. Gw segera berbalik dan menemui Storm diambang pintu belakang. Melihatku, Storm berlari duluan, saat gw hendak berlari,

"Kena kau penyihir cilik!"

Kerah belakangku sukses ditarik oleh salah satu penjaga.

"Storm!!!"

Storm menengok kebelakang dan mengekspreksikan isyarat 'sorry'

"Milly!!! Storm!!!" Hweeee.. kan gw yang teriak.. masa gw yang jadi korban???? Hweeeee..... Gagal total! Kalo gw ga selamat, dicap kan misi ini Gatot! Ga mau tau!!! Hweeee!!

-------✨
Jujur. Pasti ga jelas lanjutannya. Hweee... gw juga sadar kok... chapter 10 terbit jumat ya..!! Dijamin!
Vote and comment plis

-------✨

WizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang