*Storm pov
gw terus berlari. Berlari menuju ruang utama lewat belakang. Alasannya sama kayak Veli, nyelamatin Milly. Gw dah sampe sambil ngos ngosan.
Gw lihat Raja sedang melihat kedepan dengan tatapan merana. Seperti baru kehilangan anaknya.
Aku segera pergi kebelakang bangku takhta dengan cepat. Bangku itu menutupi ku dengan sempurna. Dari bawah bangku tersebut, gw melihat kaki dengan sepatu perempuan. Segera setelah anak perempuan itu (yang kuanggap Milly) dibawa pergi ketempat penjara yang berbeda, seperti ruang isolasi.
Segera setelah berlalu nya mereka, gw
segera masuk kesana dan menemukan Veli terbaring lemah dibalik jeruji jeruji besinya.
"Vel! Vel! Bangun! Jangan tinggalin gw sendiri negara ga jelas ini! Soalnya keadaan Milly gw ga tau.."
Gw mulai menarik narik kakinya yang gw sampai raih.
"Vel! Veli!! Bangun!"
Aku terus menarik kakinya yang memakai jeans.
Kok perasaan ku ga enak ya? Ada rasa pedih yang ganggu. Beda rasanya sama duka orang meninggal.
Tiba tiba ada tangan yang mukul tangan gw.
"Ya elah Storm, nih gw udah bangun keles! Lagian lo jangan berisik! ketauan baru mampus lo!"
Veli cengengesan. Kok senyumnya Veli mirip seseorang ya?
Tanpa sempat berpikir lagi, suara langkah kaki terdengar.
"Nanti lo bakal diselamatin elah! Tunggu aja!"
Gw segera pergu dari tempat tersebut. Yahhh.. sendirian lagi gw.. saat gw buka pintu nya, gw denger ada suara langkah kaki lagi diatas. Segera gw pergi keatas dan mengendap endap. Terlihat bayangan orang disamping pintu.
"Hyaaa!!!"
"Aakh!!"
*Milly pov
"Milly! Lo hampir kena jotosku kan!"
Pas banget tangan Storm yang dikepal tepat mengerem didepan hidungku.
"Kok lo bisa lolos dari Raja itu?"
"Entahlah Storm.. Raja itu ga mirip kayak orang jahat.."
"Tau dari mana lo?"
"Raja bolehin gw pergi.. terus dia tau nama yang dulu dikasih Ibuku.."
"Mungkin dia Ayahmu??"
Aku terjatuh karena kaget.
"Ah, sorry.. sini gw bantuin"
"Uhuk! Lo ngawur! Kok lo ngomong gitu sih?"
"Muka lo ama raja ada miripnya! Terus lo tau kan anaknya yang kabur yang namanya Clary? Kesempatan terakhir lo kan lo nulis Clary"
"Hah? Nama anaknya raja Clary?!"
"Terus lo tau Clary dari mana?"
"Itu nama yang pengen ibuku kasih dulu"
"Trus apa hubungannya sama dimensi ini?"
"Entahlah, tapi suara alam bawah sadarku bilang kalau ini berhubungan"
"Ayah lo udah meninggal?"
"Nggak, masih hidup. Tapi ga tau dimana"
Bertepatan dengan itu, aku dapat penglihatan.
*penglihatan
"Yah? Kita mau kemana?"
"Ini kejutan"
Laki laki yang kupanggil Ayah itu menjawab sambil tersenyum. Dia membawaku kesebuah taman yang indah sekali, bahkan ada kastil nya. Sama persis dengan kastil terlarang ini. Bedanya jauh lebih indah. Sekelilingnya sangat subur. Aku tinggal disana dan Ayah mulai gila kekuasaan. Sekeliling perlahan lahan mulai berkurang keindahannya. Aku mulai benci pada Ayah dan meninggalkannya. Lalu aku mengadukan semua nya pada Ibu."Kau terlalu kecil untuk menghadapi semua ini. Kau akan mengingat ini kembali bila sudah saatnya."
Ibu memegang kepalaku lembut dan mulai mengucapkan beberapa mantra.
"Hai bu. Ada apa dengan adik?"
"Hai kak Ly. Aku tidak ingat. Tapi aku yakin pasti menyenangkan"
Ibu tersenyum memandang kami.
"Milly! Kok bengong?!"
"Storm! Huhuhuhu.... kata kata lo bener! Dia Ayah Gw!"
Storm terjatuh.
"Sorry.. tapi itu bener. Besok pagi gw bakal cerita tentang semuanya. Tapi satu hal yang gw bingung, GW PUNYA KAKAK??????"
"Emang lo anak tunggal?"
"Ya!"
Aku menatapnya heran.
"Tapi kita tetep nyelamatin Veli kan?"
"Ya iyalah! Tunggu... kok nanyain Veli? Lo suka ya???"
"Ah! Nga, ngaco lo!"
Storm meninggalkanku dengan wajah merah padam. Hehehe. Kayaknya bentar lagi aku bakal palakin PJ ke Veli sama Storm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizard
Fantasyketika aku mengucapkan janji, ternyata itu bukan janji biasa. dengan entengnya gw melangar janji tersebut dan membuat sahabatku menghilang secara ajaib. setelah satu minggu kehilangannya, aku memutuskan pergi ke rumahnya dan menemukan sebuah buku ma...