7. Oh begitu....

300 37 2
                                    

    Pria tua yang bernama Diaz itu mengambil sebuha kertas dari dalam lemari. Dia melirik Elisa, kemudian menatap surat itu. "Ini adalah huruf kuno, tidak bayak orang yang mengerti bahkan orang dewasa sekalipun." Ujar Diaz.

    Elisa menunduk, takut. Bagaimanapun juga otaknya adalah otak remaja yang cerdas. Ia tak bisa berpura-pura polos seperti bocah 5 tahun pada umumnya. Bagaimana jika Diaz mengerahuinya?

     "Memangnya kenapa kalau dia tau?" Gumam Elisa. Benar juga, walaupun tuan Diaz tahu, apa masalahnya untuk Elisa? Sekarang ia hanyalah seorang  narapidana yang tidak mungkin dipercayai oleh orang lain diluar sana.

     "Tuan Diaz, bisakah kita bicara berdua saja?" Tanya Elisa, kemudian melirik Light. Light langsung mengerti dan keluar dari rumah kecil itu.

     "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan berdua denganku?" Tanya tuan Diaz. Sambil menghembuskan asap rokoknya.

    "Aku tau anda sebenarnya tidak bersalah. Semua itu adalah fitnah." Ucap Elisa.

       Tuan Diaz tersenyum miring. "Memangnya kenapa? Lagi pula tidak ada yang mempercayaiku."

     Elisa terdiam sejenak. "Jika tuan ingin membersihkan nama baik, aku bersedia membantu. Tunggulah beberapa tahun lagi."

    "Kenapa kau membantuku? Dari mana anak kecil sepertimu mendapatkan informasi? Bahkan kau juga mengerti huruf kuno yang sangat rumit."

    Elisa tersenyum. "Aku sebenarnya bisa melihat masa depan. Dan juga bisa melihat kebenaran di masa lalu." Ujar Elisa.

     Tuan Diaz mengangkat alisnya sebelah. "Kau tidak berbohong, bukan?" Tanya tuan Diaz. Elisa menggeleng.

     "Kelak putri Charlotte akan menjadi ratu dan mengendalikan pangeran mahkota, semua putri bagsawan akan dibunuh dengan fitnah-fitnah kejam, termasuk diriku. Seluruh keluargaku akan dibunuh. Karna aku tidak ingin itu terjadi, aku mulai menjalankan rencana untuk menghilangkan pion yang akan dipakai oleh anak itu. Kelak dia akan mendatangimu mengajak bekerja sama. Tapi bukannya nama baikmu terbersihkan, malah rencana Charlotre gagal dan menimpakan semua kegagalan itu padamu. Kau akan dipenggal bersama anak dan istrimu." Jelas Elisa.

    "Kau tidak mengada-ngada bukan?" Tanya tuan Diaz menastikan. Elisa menatap serius.

     "Kalau begitu negri ini akan kacau." Ujar tuan Diaz.

     Elisa tersenyum iba. "Padahal kau adalah pejabat yang sangat mempedulikan rakyat, kenapa ya kau sampai dikhianati?" Tanya Elisa.

      "Mereka tidak senang melihatku yang dicintai rakyat, dan ada juga yang iri karena pencapaian putriku. "

     "Kau memiliki putri?" Tanya Elisa.

      "Benar, dia sekarang bersama ibunya di distrik kumuh wanita."

      "Aku akan mengadopsinya. Aku ingin menjadikannya pelayan pribadiku. Setidaknya sampai aku remaja nanti, aku akan menyenbunyikan identitasnya. Bagaimana menurutmu tuan Diaz? Disana tidak baik untuk anak-anak seperti dirinya. Aku juga tak akan membiarkannya kelelahan di kediaman duke. Bagaimana menurutmu? Istrimu juga mau ikut, tidak masalah."

      Diaz tersenyum senang. "Tapi jika ketahuan, kamu sendiri yang akan mendapat masalah."

     "Tidak apa-apa aku akan dimaafkan karna masih kecil."

      Tuan Diaz berfikir sejenak. "Bawalah putriku, istriku tetap disana karna ada yang perlu diurusnya."

     "Apa itu?" Tanya Elisa curiga.

To Be Princess [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang