8. Mask Party

288 34 6
                                    

    Pesta topeng, adalah pesta anak-anak bangsawan yang digelar setahun sekali. Mulai dari keluarga bangsawan terendah akan ikut hadir, mempererat hubungan antar sesama keluarga terpandang. Mestinya anak-anak akan sangat senang bila ikut dalam acara itu. Namun lain halnya dengan Elisa yang kini terlihat murung dan juga bingung.

      "Tiga hari lagi Marie." Ujar Elisa.

       "Benar nona. Aku sudah menyiapkan beberapa gaun dan topeng. Sudah waktunya untuk menentukan pilihan anda." Jelas Marie antusias.

        Elisa menghela nafas. "Bukan itu maksudku. Kalau soal pakaian, semuanya akan baik-baik saja karna wajahku. Tapi masalahnya, diacara itu aku pasti akan bertemu sama putra mahkota."

       Marie berfikir sejenak. "Memangnya kenapa, nona?" Tanya Marie tidak mengerti. "Bukankah bagus jika nona bisa berteman dengan putra mahkota?"

        Risa berdecak sebal karena tidak ada yang bisa dijadikannya tempat curhat. "Keluar kau dari kamarku. Oh ya Marie, maaf jika aku membuatku sedih. Suasana hatiku memang sedang runyam."

       Marie heran dengan gelagat bicara nonanya ini. Ia seperti di perintahkan oleh orang yang seumuran dengannya. "B-baik nona."

     Sesaat sebelum Marie menutup pintu, Elisa terfikir sesuatu. "Marie!" Teriak Elisa. "Tunggu!"

     Elisa menghampiri Marie. "Bolehkah aku minta tolong?" Tanya Elisa dengan gaya imut. "Boleh ya?"

      Marie merasa tidak enak. "Nona boleh memerintahkanku apa saja, kenapa nona meminta tolong seperti ini? Saya merasa hina."

     "Aduhh..." Elisa memijit pangkal hidungnya. "Jadi begini sayang. Aku ingin seekor kucing. Bisa kan?" Tanya Elisa.

      Marie mengangguk lalu tersenyum lebar. "Tentu saja nona."

☆☆☆

    Waktu memang cepat berlalu. Tidak terasa, tiga bulan lagi Elisa berumur enam tahun. Artinya, sudah enam tahun Elisa meninggal dunia. Pasti semua orang sudah melupakannya.

    "Apa kau ingin kembali?"

      Elisa langsung terbangun dari tidurnya. Nafas gadis itu tersenggal-senggal. "Apa tadi itu?" Tanya Elisa, lalu meminum air di gelas yang sudah disiapkan pelayan sebelum ia tidur.

       Elisa menatap jari-jari mungilnya. "Apakah aku ingin kembali?" Tanya Elisa, bertanya pada diri sendiri. "Tentu saja. Jika bisa, aku ingin sekali kembali." Gumam Elisa.

     Rembulan bersinar terang, menyinari kamar Elisa yang gelap. Gadis itu menghidupkan lilin di dekat meja belajarnya. "Aku harus kembali secepat mungkin." Ujar Elisa yakin. Ia menulis sebuah surat yang entah untuk siapa.

     "Bagaimana aku bisa lupa." Gumam Elisa, setelah menulis surat tersebut.  "Apakah aku berharap memiliki keluarga disini?" Tanya Elisa pada angin, kemudian tersenyum kecil. "Padahal kehidupanku yang dulu sangat bahagia, lalu apa yang membuatku menjadi nyaman dengan dunia ini?" Tanya Elisa lagi. Ia terus bertanya sendiri walaupun tau tidak ada yang akan menjawab pertanyaan itu selain dirinya sendiri.

       "Aku sangat merindukan kakek."

   ☆☆☆

         
       "Wah nona sangat manis." Puji Marie.

       Elisa hanya tersenyum, menanggapi pujian jujur dari pelayannya tersebut. "Aku tau Marie, apapun yang aku kenakan akan terlihat sempurna."

        "Anda sangat percaya diri nona."

       "Tentu saja. Oh bagaimana dengan kucing itu? Padahal aku memintamu mencari kucing tiga hari yang lalu. Kenapa lama sekali?" Tanya Elisa.

To Be Princess [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang