three

3.3K 362 18
                                    

Chika pov.

Ini hari pertama masa orientasi, karena aku hanya mengawasi tidak jadi pendamping siswa baru rasanya sangat bosan.

Aku memutuskan pergi ke kantin untuk sekedar membeli minum atau mendengarkan musik.

Niat awal mau menemui Dey, tapi dia sedang berada di kelas, perkenalan guru katanya.

Masa iya setaun disini gaada kenal guru, progam aneh.

"Ra"

Aku melihat ada teman seangkatanku, Fiony, anak PMR yang bertugas hari ini.

Bersama cewek yang waktu itu?

Dari kejauhan aku melihat percakapan mereka yang samar.

Ternyata Zahra ini memang dia manusia menyebalkan, udah kenal aja masih sok cuek.

Apa aku harus menjadi temannya?

Ah sepertinya akan diperlakukan sama dengan Fiony.

Walaupun begitu aku tetap mengikutinya setelah dia beranjak pergi dari kantin.

Sepertinya dia mau balik ke lapangan, tanpa membawa buku? Bukannya ada perintah untuk perkenalan ke kakak kelas ya?

"Zahra" Aku gayakin dia bakal noleh

"Ngapain disini? Bukannya suruh ngumpulin tanda tangan ya?" Lanjutku

Blm ada jawaban walaupun dia sudah menoleh

"Aku sekretaris osis, kakak kelasmu, sini mana bukunya" Kataku sambil menadahkan tangan.

Bukan buku dan bulpoin yang kudapat, dia malah melengos begitu saja.

"Heh gasopan kamu ya" Aku mengangkat tangan seolah akan membunuhnya kapan saja

"Zahra Khaulah"

Merasa kesal, aku mengikutinya menuju lapangan. Dan benar, dia memang semenyebalkan itu.

Tapi menarik.

"Aku harus berteman dengannya"

**

Author pov.

Seminggu sudah ospek berjalan. Chika sudah bisa kembali berbincang dengan Dey saat sebelumnya dia hanya bergulat dengan anak osis dan segala kegiatan melelahkan itu.

"Muka lu kenape dah" Dey membuka suara setelah melihat Chika yang duduk di sebelahnya terlihat lesu.

"Capek banget" Jawab Chika yang masih menadahkan kepalanya diatas tangan yang terlipat di meja.

"Orang gua liat lu kaga ngapa ngapain"

Chika menegapkan badan dan menatap Dey.

"GA NGAPA NGAPAIN KATAMU? MAU KUTONJOK PAKE TANGAN YG MANA KAU?" Chika menaikkan kedua tangannya tepat di depan mata Dey seperti akan segera memutilasi sahabatnya itu.

Dey sontak memundurkan badan dan menatap Chika ngeri sebelum akhirnya menurunkan tangan Chika.

"Kalem, lu lagi ngejar sape sih ampe kecapean gitu?" Sepertinya nada kalem memang cocok untuk keadaan Chika sekarang.

"Ada adik kelas nyebelin bgt, ga sopan, tp kalo aku bisa temenan sama dia, kayanya bakal jadi sesuatu yang waw"

Dey mengerit bingung, sahabatnya ini ternyata memang segila itu dengan pujian orang.

Wajah yang cantik, otak yang cerdas, sikap ramahnya saja masih kurang baginya.

"Kenapa waw?"

"Dia anak dancer, dikenal cuek dan ga peduli sama stranger"

LOSE(R) - chikaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang