Ara POV
"Ara"
Aku yang sedang berjalan di lorong ruang kelasnya sontak tersenyum lalu menoleh mendengar suara familiar yang baru manggil aku. Dan benar, Chika disana dengan wajah tidak terlalu bahagia.
"Ara maaf ya, aku mau bales pesan kamu waktu itu tapi hpku jatuh ke air gabisa nyala" katanya dengan nada sedikit memelas.
"Kok bisa?" tanyaku sedikit penasaran.
"Iya nih gatau, kesel banget" mukanya makin melas, tapi makin gemes haduh.
"Mau jalan-jalan gak Ra?" Raut mukanya seketika berubah menjadi lebih ceria dan bersemangat.
Kenapa tiba-tiba? Ah tapi sayang kalo nolak ajakan cewe cantik, mubadzir ga sih?
"Ra?"
Aku membuyarkan lamunanku ketika melihat Chika melambaikan tangan di depan mataku serta memanggil namaku, lagi. Entah sejak kapan, aku menyukai panggilan itu, nada itu, suara itu, dan orang itu.
"Boleh kak, mau kemana?"
"Kemana ya? Kamu ada ide gak?"
"Gimana kalo.."
kring
Bel masuk kelas tiba-tiba berbunyi, nyebelin banget, baru juga natap bentar, yang bunyiin bel gak pernah ketemu doi di pagi hari ya?
"Yaudah Ra, aku samperin lagi nanti ya, see you"
Chika melambaikan tangannya.. ke rambutku.
Tau gak sekarang aku cosplay jadi jaehyun kalo lagi ngemc, ngebug bentar dan ga lama pergi ke kelas tapi gabisa nahan senyum woi? ngeri ditanyain orang orangg.
"Ngapain lo senyam senyum" Tuhkan, blm juga brapa menit. Azizi menatap wajahku setelah merangkul bahuku dari samping, aku tidak menggubris pertanyaannya yang membuat dia berdecak kesal.
Maaf Zee, aku masih pengen haluin Chika.
**
Ini jam istirahat, aku sengaja menunggu di kelas walaupun tidak membawa bekal, karena Chika bilang akan menemuiku lagi. Iya sendirian, Azizi udh pergi duluan, dia orangnya ga tahan laper.
20 menit jam istirahat berlalu, temen-temen juga udah pada balik, tapi Chika belum datang juga, aku berniat untuk menemuinya saat bel pulang sekolah udh bunyi, mungkin dia lagi banyak tugas tadi.
"Ra" Suara Zee membangunkan tidurku sambil sedikit menggoyangkan lenganku.
"Udah bel" lanjutnya.
"Aku duluan ya" aku menepuk pundak Zee dan segera meninggalkan kelas menuju kelas Chika. Tapi kenapa lorong kelas sudah benar benar sepi tidak ada orang ya? Sampai depan kelas Chika, aku melihat dia menyapu teras kelasnya sendirian.
"Kak"
"Ah Ara, tunggu bentar ya, aku selesaiin ini trus kita pergi"
Tuhkan dia gamungkin lupa.
Chika masuk ke dalam kelasnya, tak lama kemudian keluar lengkap dengan tas ranselnya dan satu buku di tangannya.
Aku tersenyum saat Chika tiba-tiba menggenggam tanganku menuju gerbang dan keluar sekolah. Kita pergi ke salah satu pasar hiburan yang tak jauh dari sekolah, jadi bisa jalan kaki.
Chika benar-benar membuat hari itu menjadi lebih special daripada hari biasa.
Menggenggam tanganku kemanapun kita pergi, menyuapiku jajanan yang baru saja kita beli, hingga mengajakku foto bersama di salah satu stan yang menyediakan foto langsung jadi.
"Kamu atau aku yang simpen fotonya" Tanyanya sambil menyodorkan foto itu di depanku.
"Aku aja boleh?"
"Boleh dong" Chika memberikan foto itu lalu kembali memperhatikan sekitar untuk mencari permainan baru yang belum ia coba.
Aku juga masih merhatiin dia sampai tanganku ditarik untuk pergi ke stan melukis di sebrang sana. Kebanyakan anak kecil yang melukis disini.
"Mau ga?" Aku mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaannya barusan.
Raut mukanya seketika berubah menjadi lebih sumringah, ia pergi mengambil peralatan, membayar, lalu kembali dengan dua kanvas dan beberapa cat di tangannya.
"Duduk sini ya Ra" Dia mengambil tempat di pojok.
Yang awalnya aku hanya memperhatikan dia melukis, kini aku juga mengikutinya untuk melukis, lebih tepatnya mewarnai, karna kita hanya memberi warna gambar yang sudah ada.
Setelah lukisan itu selesai, aku mengajak Chika pulang karena hari sudah hampir gelap namun Chika menolak.
"Aku gamau pulang"
"Kenapa"
"Di rumah ga ada temen" Duh, ekspresi gemasnya itu loh. Kebayang ga?
"Nginep di rumahku aja"
"Boleh"
Hah? Kok mau sih?
"Ra"
"H-hah? ya kak?"
"Ayo pulang"
"Oh iya ayo" Dia gandeng tanganku lagi.
"Kamu kedinginan kah Ra?" belum mendapat jawaban dariku, Chika sudah mengelus tanganku dan sesekali meniup tanganku lalu menggosokkan dengan tangannya.
Sampai di halte, ia duduk mendekat denganku dan masih melakukan hal yang sama sampai masuk lalu turun dari bus.
"Dingin banget ya Ra?"
Aku menggeleng pelan namun Chika benar-benar masih menggosok tanganku yang membuat tanganku menjadi semakin dingin. Ini degdegan woi bukan kedinginan. Sudahi ini atau aku akan segera mengalami gejala kegemasan akibat ulah Chika yang sangat manis sore ini.
Aku melepaskan tangan Chika saat sudah sampai di depan gerbang rumah.
Masuk rumah ada bunda di dapur yang kebetulan berada di sebelah tangga menuju kamarku.
"Chika, tumben kesini malem, mau nginep?"
"Iya tante" Ia menjawab dengan senyum manis itu, lagi.
Ia benar-benar mau menginap? Trus kapan aku napas?
***
"Cil" Nyebelin banget si Vino panggil begitu di depan Chika. Aku yang tidak terlalu peduli hanya mengangkat dagu dan menatapnya seolah bertanya "apaan bang"
"Loyo bener kayak orang gak tidur"
Tau darimana?? Cenayang banget nih orang tua. Ya bagaimana bisa tidur, Chika mendekap badanku padahal aku sudah memunggungi dia. Aku benar-benar terjaga semalaman karna adegan itu.
"Tidur lah"
Kulihat Vino tersenyum mengejek di depanku. Seakan tak mau kalah, aku tak kalah tajamn menatapnya hadeh awas aje lu pak tua.
"Chika punya pacar?" Kali ini mama, sontak aku menoleh pada Chika untuk mendengar jawaban.
"Nggak punya tante hehe" Jawab Chika canggung.
"Habis ini juga bakal punya Chik, lo kan cantik, ya gak Cil?" Kata Vino dengan mengangkat alisnya dan tersenyum padaku.
Sh*t- orang ini sungguh ingin aku makan hidup-hidup.
Makasih yang udah nunggu <3
Gimana part kali ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
LOSE(R) - chikara
Fanfiction'aku sayang kamu lebih dari teman' 'maaf, aku gabisa' [ update sewaktu-waktu ]