Sore hari adalah waktuku bersama si bundar oranye, ada teman ataupun sendiri aku selalu menyempatkan untuk bergumul dengan dia. Kecuali kalau hujan mengguyur, bukan masalah takut hujan sih cuman, entah kenapa imun tubuh aku kurang sigap sama air hujan.
Dan sore ini, peluhku sudah menetes, membasahi pelipis, bahkan kaos Jersey basket sudah basah di bagian dada atas dan punggung, padahal saat ini aku sendirian, tapi mood dan semangatku sedang tinggi, apalagi ditemani senja yang cantik di hamparan ilalang.
Bola kubiarkan menggelinding ke pinggir lapangan, nafasku sudah ngos-ngosan. Akhirnya aku menjatuhkan pantat untuk duduk sebelum akhirnya mensejajarkan punggung di lantai lapangan basket. Lapangan ini catnya sudah memudar, begitupun dengan dua bangku di ujung dekat dengan tiang ring.
Aku sedang asik menikmati senja yang tidak lama lagi akan hilang, dia memberi warna oranye pada ilalang yang bergoyang di terpa angin. Damai, menenangkan. Tapi adzan maghrib membuatku bergegas untuk segera pulang. Sebelum meninggalkan, aku mengambil handphone dari dalam tas yang aku taruh di bangku usang lalu mengarahkan kamera ke arah barat.
"Mau aku fotoin?"
Aku menoleh pada suara yang tiba tiba hadir di belakangku.
"Elo!" Dengusanku terlalu keras membuat dia mencebik.
"Emangnya elo, tukang selfie terus di post di snapgram." Kataku ketus, memasukan handphone ke dalam tas dan mengeluarkan sebotol air mineral lalu menengguknya.
Sembari mengamati dia duduk dengan senyum manja ke arahku."Bukan gue doang kali, cewek cewek yang lain juga gitu, narsis untuk tetap menjaga kecantikan. Kalau gue tetap cantik kan elo juga suka ngeliatinnya, ya kan?" Dia mengambil tas punggunng dan memakainya.
"Pede banget sih lo! Emg gue suka liatin lo, siniin tas gue."
"Eh bentar dong Sam pulangnya, gue lagi butuh teman curhat ini. Please lah..ya? elo cuman dengerin gue cerita aja, nggak usah kasih solusi gue udah seneng banget Sam."
"Males banget, udah Maghrib juga!" aku selalu bicara ketus pada makhluk berambut sebahu ini. Kuraih dengan sedikit kasar tasku dari pangkuannya.
"Sebentaaar aja Sam. Ya?"
Mataku langsung tertuju pada lengan yang di pegang oleh si pengganggu mood ini.
"Gue udah bilang berkali kali, Nggak usah sok-sokan kedip kedip mata gitu, buayawati!"
"Kampret banget mulut lo," mulutnya yang mungil cemberut dan tanganku di lepas dari pegangannya. Entah ya, bibir dia itu sepertinya tidak mengalami tumbuh kembang, seakan-akan dari jaman dulu dia pindah kemari hingga saat ini masih saja sekecil dan setipis itu, disertai tai lalat tepat di atas bibir dan ikutan tidak berkembang juga. Apalagi kalau cemberut begitu, aneh banget bentuknya, lancip. Cuman bedanya sekarang dia lebih sering memakai pewarna bibir.
"Kenapa senyum? ketawa? Silahkan ketawain orang yang lagi patah hati ini. Puas puasin aja ketawanya, yang lebar gitu jangan ketawa sinis doang!"
Aku, lebih tepatnya menertawai apa ya?
Ah entahlah! Sangat tidak penting sekali harus duduk berdua mendengarkan ocehan dia, apalagi ocehan tentang mantan pacar dia. Heran, sering sekali dia bilang patah hati. Sesering itukah frekuensi pacaran dia sampai usia 17 tahun ini?
Aku terus berjalan cepat menuju rumah.
"Gue ke rumah elo ya?"
Dia ternyata mengikuti di belakangku. Tapi biarkan saja.
"Sam.. Sam Mahendra...." Dasar makhluk centil. Bisa tidak sih dia berbicara dan memanggil namaku tidak dengan nada centil manja gitu?
Aku masih malas menoleh dan tetap berjalan bahkan lebih melebarkan langkah kakiku.
"SAM!" Dia berteriak tepat ketika aku menggeser gerbang rumahku. Mama dan papa yang baru keluar dari dalam mobil di garasi menoleh pada kami.
Aku menoleh pada Sani dengan kesal, "mau lo apa sih! Rumah lo di depan bukan di sini. Udah Maghrib pulang aja sono gih! Jangan jadi cewek badung! Jangan suka ngejar-ngejar cowok kayak gini. Martabat lo sebagai cewek itu dimana sih, murahan banget jadi cewek!"
BRAANNGGG...!!!
"Sam !" Suara mama dan papa.
Ternyata gerbang menimbulkan bunyi yang lebih dari yang aku kira. Aku juga sedikit kaget tapi biarlah. Memang tujuanku membuat Sani kaget dan pergi. Karena biasanya jika ada Papa sama Mama, dia akan mulai berakting dan membuat mereka betah menerima dia sebagai tamu di rumah. Aku sedang muak melihat wajahnya!
***
Bersambung......
KAMU SEDANG MEMBACA
kumpulan cerita pendek
Randomhanya wadah untuk menampung beberapa cerita pendek hasil karya saya, Tsofie. terimakasih kalau anda sudah menyempatkan waktu untuk membaca apalagi berkenan memberi bintang. 💕