Part 4

4 0 0
                                    

Assalamu'alaikum, ak balik lagi setelah sekian lama🤗

Jangan lupa tinggalkan jejak disini. Komen, vote, follow, and share😘🎉

***

Mei, 2014

"Kamu kenal, sama cowok tadi?" tanya Bumi sambil menghempaskan tubuh di kasur empuknya.

"Enggak. Baru aja tadi waktu dia nyamperin aku hujan-hujanan. Kenapa emang?" jawab Hujan diseberang telepon.

"Aku tadi nanya Samudera, katanya satu sekolah sama kita. Awan namanya, dari jurusan IPA2," ucap Bumi menginformasikan.

"Oh, yaudah. Kamu gak tidur?" Hujan mengalihkan pembicaraan.

"Ini mau tidur. Kamu tidur juga gih, sekarang. Jangan lupa gosok gigi, berdo'a, dan langsung tidur. Jangan begadang nonton drakor terus sampe nangis-nangis. Besok yang disalahin aku lagi, kalo mata kamu sembab banget. Jangan lupa juga, kita besok jogging di taman komplek." Bumi mengomeli Hujan agar gadis itu tidak mengulangi kebiasaannya.

" Iya iya, bawel. Yaudah aku tidur dulu. Selamat malam, Bumi," pamit gadis itu.

"Selamat malam," Bumi mengakhiri pembicaraan mereka dan bersiap untuk tidur.

***

"Bumi, tungguin aku dulu kenapa sih?!" omel Hujan yang sedari tadi selalu tertinggal jauh di belakang Bumi.

"Kalo tau kamu lambat kayak gini, mending kemarin aku gak ajakin kamu buat jogging!" balas Bumi mengomel dan berhenti sejenak agar posisi mereka berdua sejajar.

"Yaudah, besok aku mau tidur aj... eh, itu bukannya Awan yang kemarin kita ketemu?" belum selesai gadis itu berbicara soal jogging, ucapannya teralihkan saat matanya menangkap sosok Awan yang sedang berlari.

Bumi menoleh. Dan benar saja, di sana ada Awan yang sedang berlari diantara orang-orang yang sedang berolahraga juga.

"Gabung sama dia yuk!" ajak Hujan yang langsung dihadiahi kernyitan oleh Bumi.

"Eh, Hujan, tunggu!" Bumi menyusul Hujan yang sudah berlari menuju Awan.

"Hai, Awan!" sapa Hujan setelah langkahnya berhasil mengimbangi laki-laki itu.

"Eh, kok kamu ada disini?" Awan sedikit terkejut dengan kehadiran Hujan. Laki-laki itu kemudian berhenti, begitupun Hujan. Bumi baru menyusul setelah sampai. "Oh, bareng Bumi juga," lanjutnya.

"Rumah gue sama Hujan gak jauh dari sini. Dan kami berdua juga sering joging kesini," kata Bumi dengan nada malas.

"Wah, kebetulan banget dong. Oh iya, gimana kalo habis ini kita makan bareng?" tawar Awan yang langsung membuat Hujan mengangguk antusias dengan ajakannya.

"Gak, makasih. Kami berdua ada acara habis ini bareng keluarga. Lo kalo mau makan, makan aja sendiri. Kami buru-buru mau pulang," tolak Bumi kasar. Hujan mengernyit heran. Setahu gadis itu, keluarga mereka tidak mengadakan acara apa-apa hari ini.

Bumi yang menyadari keheranan Hujan segera berkata, "barusan Mama bilang ke aku. Udah, ayo balik," ajak Bumi.

"Gimana kalo Awan ikut bareng kita aja? Itung-itung kenalan temen baru," celetuk Hujan yang langsung dihadiahi pelototan dari Bumi.

"Gak bisa! Ini acara keluarga. Jadi, gak ada yang boleh dateng selain keluarga inti." Bumi bersikeras agar Awan tidak ikut dengan mereka berdua.

"Masa sih? Kok Mama Papa gak kabarin aku kalo ada acara keluarga?" Hujan curiga. Jangan-jangan ini hanya alibi Bumi saja, agar Awan tidak ikut dengan mereka. Karena biasanya, jika ada acara apapun, gadis itu akan langsung dihubungi kedua orangtuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tangisan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang