PLEASE VOTE FOR IT!!
Cervera, Catalunya-Spain| 07:01 AM
"Aku sudah tahu. Kau tidak perlu menjelaskan!" Marc masuk ke rumah dan menemui Alex yang sedang duduk santai dengan ponsel di genggamannya.
"Maaf. Aku juga tidak bermaksud. Tapi dia memaksaku." Dalam raut wajahnya, Alex tampak dipenuhi penyesalan.
Marc ikut duduk di sebelah Alex. Laki-laki itu baru kembali dari Madrid. Ia bermalam di tempat Lucia sehingga baru sampai rumah pagi ini. Masih banyak yang harus diluruskan. Sebenarnya ini bukan masalah yang besar. Tapi tetap saja, semua seakan menganggu Marc.
"Kalian memang hampir menghancurkanku. Tapi, ya sudahlah. Aku sekarang sudah tahu kebenarannya." Marc mengedikkan bahu sekilas. Lalu tatapannya beralih pada Alex sepenuhnya. Dengan tatapan menyelidik. "Kau benar-benar tidak ada perasaan apa pun pada Lucia, 'kan?"
Cepat Alex menggeleng. "Well, tentu saja tidak. Seleraku bukan dia!" ucap Alex cepat. "Tapi aku membencimu!"
"Kenapa? Aku salah apa?"
"Alona pergi."
Dua kata yang Alex ucapkan sanggup menghentikan detak jantung Marc selama beberapa saat. Laki-laki itu jadi ingat apa yang ia katakan pada Alona sebelum pergi. Dia dalam masalah besar. "Pergi ke mana?" tanya Marc ketika sudah menemukan suaranya kembali.
"Aku tidak tahu. Ketika aku pulang dari luar, Alona telah berkemas." Alex kembali mengingat apa yang ia lihat kemarin. "Apa yang kau katakan padanya?"
"Dia mencintaiku."
Giliran decakan Alex yang terdengar. "Aku kan sudah bilang begitu. Kau saja yang tidak percaya!" Laki-laki itu tampak gemas oleh kelemotan kakaknya.
Dengan cepat Marc beranjak dari duduknya dan lari menuju kamarnya. Barangkali ada sesuatu yang Alona tinggalkan untuk Marc. Ia benar-benar frustrasi sekarang. Bagaimana kalau Alona membencinya? Apa yang akan Marc katakan pada Emilio dan orang tuanya?
Marc mencari di setiap sudut kamar. Dalam hatinya ia berharap bisa menemukan sesuatu. Sesuatu yang bisa menjadi petunjuk kemana Alona pergi.
Tatapan matanya berhenti pada sebuah kertas yang terletak di atas nakas. Marc mendekat dan segera meraih kertas itu. Ia membaca dengan pelan setiap kata yang tertulis di sana.
To: Marc Márquez
Marc...
Aku tahu kau kecewa dengan pengakuan ku. Aku paham betul apa yang kau rasakan saat ini. Kau kacau karena Lucia telah memilih Alex. Aku juga tidak menyangka bahwa kedatangannya bisa membawa pengaruh besar dalam hidupmu. Aku sungguh tidak mempercayai mereka. Aku berharap kalau mereka sedang berbohong seperti yang kau harapkan juga.
Aku minta maaf untuk segela hal yang pernah aku lakukan. Merepotkanmu setiap saat. Termasuk pengakuan ku. Aku mencintaimu. Dengan mengatakan nya pun rasanya sudah cukup bagiku. Jika rasa cintaku adalah beban bagimu, maka aku tak apa. Aku tak mengharapkan balasan perasaan ini. Aku tidak akan menuntut untuk dicintai.
Mungkin dengan pergi aku akan merasa lebih baik.
Mungkin kau juga bertanya-tanya sejak kapan perasaan ini muncul. Aku akan memberitahu tapi jangan salah paham. Sejak ulang tahunku yang ke lima belas tahun. Sudah lama sekali bukan? Harusnya aku jujur saat itu juga. Tapi aku terlalu takut. Takut kau akan marah dan membenciku. Sama seperti yang terjadi saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just NEED You | MM93 Fanfiction ✔
FanfictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!! DILARANG PLAGIAT!! Orang bilang, cinta pertama itu sulit dilupakan. Memang benar, Marc Márquez Alentà tidak bisa menampiknya. Ketika Lucia Rivera memilih pergi, Marc masi...