Implikasi; Jika p maka q

135 19 4
                                    

"Pagi ku cerah ku, matahari bersinar. Ku gendong tas merah ku di pundak"

Ararya bersenandung keras saat melihat Ayara sedang mengikat tali sepatunya hendak berangkat ke kampus.

"Berisik banget, kudanil" Ayara menatap sinis Ararya yang berdiri tepat dihadapannya. "Minggir ah, telat gue ntar."

"Yahh, jutek banget. Padahal gue mau nganter lo ke kampus. Yaudah lah lo keliatan gak minat gitu" ucap Ararya mencoba menarik perhatian Ayara.

"Emang gak minat. Gue berangkat sama Davina. Bye!" balas Ayara sembari mengibaskan rambutnya tepat mengenai wajah Ararya kemudian berjalan pergi meninggalkan Ararya sendirian di teras rumah.

"Yaallah, punya adek akhlaknya negatif banget kenapa sih?"

"KELUHAN LO MASIH BISA GUE DENGER YA BANG" sahut Ayara sedikit berteriak membuat Ararya mengelus dadanya pelan.

"Astaghfirullah."

(.◜◡◝)

Ayara dan Davina berjalan beringan menuju kelas mereka. Hari ini merupakan minggu ke-3 mereka menjadi mahasiswa baru, menjadi mahasiswa yang tiada hari tanpa bertemu dengan deretan angka yang bisa membuat beban kepala semakin terasa banyak.

Minggu ke-3 biasanya adalah minggu dimana mahasiswa menghadapi kuis yang rata rata diadakan secara tiba - tiba. Tidak ada yang menyukai kuis tiba - tiba, mereka bahkan belum belajar. Apa yang mau dijawab?

Awal masuk kuliah, Ayara pikir yang sejurusan dengannya pasti menguasai matematika. Tapi, ternyata kebanyakan temannya terlihat tidak paham juga setiap materi kuliah dijelaskan oleh Dosennya. Kadang Ayara berfikir 'Ini mereka pura - pura atau beneran gak ngerti? please jangan pura - pura. Gue gamau gak ngerti sendirian.'

"Ay, lo udah ngerjain tugas Pak Salaka?" tanya Davina kearah Ayara yang sedang mencoba merapikan rambutnya.

"Pak Salaka? Dosen apa?" Tanya kembali Ayara menatap Davina bingung.

"Gila lo?! Udah minggu ke-3 masih aja gak tau siapa dosen kita?" omel Davina. "Pak Salaka dosen Logika Matematika kita"

"Gue tau dosen kita, Dav. Cuma masih suka lupa aja" Ucap Ayara berusaha membela diri. "Oh, tugas yang p q p q itu bukan? Udah gue. Rajin kan?"

"Tumben amat lo? Udah berlogika nih sekarang?" Davina tersenyum mengejek Ayara yang sedang menyombongkan dirinya.

"Doain aja ya." balas Ayara sembari tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya pada Davina yang dibalas dengan tatapan malas Davina.

Tak lama setelah berakhirnya percakapan Ayara dan Davina. Pak Salaka datang memasuki kelas untuk mulai menjelaskan materi Logika Matematika hari ini.

"Selamat pagi semuanya. Tugas minggu lalu silahkan dikumpulkan pada ketua kelas lalu letakkan di ruangan saya" ucap Pak Salaka kepada mahasiswa nya. "Untuk hari ini saya akan adakan responsi berupa soal, nanti saya akan tunjuk kalian untuk menjawab. Soal responsi tidak akan jauh berbeda dengan tugas yang telah kalian kerjakan."

Seluruh mahasiwa kelas B sontak mengeluh pelan mendengar penuturan Dosen mereka. Dengan berat hati mereka mengeluarkan cacatan dan mulai membaca sebentar.

Ayara mengamati Davina yang sedang membaca catatannya sehingga membuat Davina tersadar dan membalas tatapan Ayara sembari menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya "kenapa?"

Ayara tersenyum senang ke arah Davina. "Firasat gue bagus. Gue yakin kali ini gue gak bakal ditunjuk."

"Iyain aja." balas Davina memutar kedua bola matanya malas.

Cyclamen | Jeno - HeejinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang