Another Side

72 15 17
                                    

Hari minggu seharusnya menjadi hari istirahat untuk semua orang. Hari untuk tidur seharian, hari untuk nonton seharian, hari untuk scroll sosial media seharian, intinya hari yang tepat untuk melakukan hal yang tidak berguna selama sehari penuh. Tapi lihat, saat ini Ayara duduk di ruang tamu dengan setumpuk bukunya menunggu seseorang datang untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosen Kalkulus nya. 

"Weekend nih, masih belajar aja, lo." Ararya mengejek adiknya yang sedang sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Bacot si onta." sahut Ayara kesal membuat Ararya menghampirinya dan memberikan pukulan ringan di kepalanya.

"Gak sopan banget lo sama gue." Ayara mengabaikan Ararya dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela, melihat seseorang yang ia tunggu telah datang.

"Wih, udah diapelin aja lo, Ay. Parah sih gak cerita ke gue." ucap Ararya saat melihat teman yang sedari tadi adiknya tunggu.

"Mulut lo sini gue pel."

Kastara. Orang yang lagi - lagi menjadi teman sekelompoknya karena alasan teman sekelasnya kalau mereka terlalu malas untuk membentuk kelompok baru saat dosen Kalkulus mereka memberi arahan untuk mengerjakan tugas secara berkelompok. Maka dari itu mereka memutuskan untuk berkelompok dengan orang yang sama dikelompok Algoritma mereka. Katanya biar gak kebanyakan kelompok.

Mama Ayara membuka pintu dengan mengucap salam diikuti oleh Kastara. Keduanya bertemu di halaman rumah karena saat Kastara sampai, mama Ayara baru kembali dari berbelanja di warung dekat rumah.

"Ayara kebiasaan ya kalau ada temannya yang mau dateng gak pernah bilang. Kan gak enak sama tamunya, mama udah gak punya stok makanan." omel Mama Ayara setelah melihat keberadaan Ayara di depan pintu.

"Gapapa, tante. Kastara kesini kan mau ngerjain tugas bukan mau numpang makan." Kastara menunjukkan senyum manisnya ke arah ibu temannya itu dengan matanya yang juga ikut tersenyum.

"Lah? bisa senyum juga doi." batin Ayara heran saat melihat Kastara tersenyum kearah mama nya.

"Senyum kamu bagus ya, Kastara." puji mama Ayara. "Yaudah duduk dulu, nanti biar abangnya Ayara yang keluar beli makanan untuk kalian."

Ararya yang sejak tadi duduk diam di sebelah Ayara kini menegakkan badannya ingin protes. "Kok aku??"

Mamanya tidak menjawab, hanya memberikan tatapan sinis membuat Ararya menundukkan kepalanya. "Iya aku."

Kastara tersenyum melihat interaksi ibu dan abang dari temannya itu. Sedikit tidak menyangka kalau seorang Ararya akan senurut itu dengan ibunya. Jauh berbeda saat Ararya sedang bersama teman - temannya. Cenderung tidak berakhlak.

Mama Ayara meninggalkan ruang tamu setelah menyuruh Kastara duduk dan segera memulai mengerjakan tugasnya. Ararya pun ikut berlalu mengikuti mamanya menuju dapur.

Setelah keduanya pergi, Ayara memberi tatapan heran pada Kastara. "Ngapain lo pake baju item - item gitu? Kita mau nugas bukan layat."

"Ngelayat gue." balas Kastara singkat.

"Innalillahi, siapa yang meninggal?"

"Otak lo."

Ayara menatap kesal setelah mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Kastara. "Jangan lupa ini rumah gue. Gue usir ya lo."

"Yaudah." sahut Kastara ingin beranjak dari duduknya.

Ararya yang sedang membawa minuman untuk tamu adiknya itu ikut heran saat Kastara berdiri dari duduknya. "Mau kemana lo, Kas?"

"Pulang, diusir."

Ayara lagi - lagi menatap Kastara. "Gue becanda ya setan." 

"Belom juga tu kursi anget didudukin sama lo." Lanjut Ararya sembari meletakkan minuman yang telah dibuat mamanya.

Cyclamen | Jeno - HeejinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang