Februari awal merupakan waktu pergantian semester untuk mahasiswa dari semester ganjil ke semester genap. Sama hal nya dengan Universitas yang Ayara jadikan tempat untuk melanjutkan pendidikannya.
Awalnya semua berjalan lancar seperti apa yang diharapkan Ayara saat akan menjadi mahasiswa baru. Memiliki setidaknya satu teman dekat, memiliki banyak kenalan dari berbagai fakultas, dan mengikuti organisasi. Satu yang disayangkan, Ayara mempunyai teman dari berbagai fakultas, tapi ia susah menjalin komunikasi dengan teman satu jurusannya. Hanya Davina yang Ayara andalkan.
Semester baru ini, Ayara mengira akan sama dengan sistem saat ia berada di bangku SMA. Teman sekelas yang sama, guru yang sama, dan mata pelajaran yang sama. Tapi ternyata tidak, semuanya berubah. Dan lebih sialnya lagi, Ayara harus terpisah dengan Davina.
"Bang, lo kok gak bilang gue sih sistem perkuliahan bakal begini" Ayara protes kepada Ararya yang tidak memberitahu apapun perihal perkuliahan padanya.
"Lah, lo gak tanya. Salah sendiri lah." balas Ararya memandang ke arah Ayara yang masih sibuk menata rambutnya.
"Inisiatif kek, laki bukan lo."
Kesal dengan jawaban Ayara, Ararya melempar satu kuaci yang ada dalam genggamannya ke arah Ayara. "Gak ada hubungannya, setan."
Ayara memeletkan lidahnya mengejek kearah Ararya kemudian berlalu dari hadapan Ararya menuju ke luar rumah menghampiri Davina yang sudah menunggunya untuk berangkat bersama ke kampus mengendarai motor Davina.
"Abis ngapain lo?" tanya Davina heran.
"Hah?"
Tangan Davina bergerak ke arah rambut Ayara dan mengambil sesuatu dari rambut temannya itu, kemudian menunjukkannya kepada Ayara. "Nih, ada kuaci nyantol."
"Keramas pake kuaci, lo?" tanya Davina meledek.
"Bang Arya ini tu, rese. Padahal gue ngomong baik - baik, eh doi malah ngelempar kuaci ke gue." jelas Ayara.
"Gak ada kata baik - baik di kamus kehidupan seorang Ayara, gue tau." ucap Davina yang dibalas dengan senyuman oleh Ayara.
"Yuk lah berangkat, bismillah aja ni gak lupa jalan ke kampus." ajak Davina. "Lo atau gue yang bawa?"
Ayara memukul pelan dahi Davina. "Lo lupa? Gue emang bisa bawa motor, tapi gue gak bisa belok."
"Lah iya."
(.◜◡◝)
Ayara dan Davina telah memasuki kelasnya masing - masing. Ayara di kelas A dan Davina tetap di kelas B. Tidak banyak yang Ayara kenali di kelas barunya. Ia hanya mengenali beberapa wajah tanpa tau siapa nama mahasiswa tersebut. Itu pun Ayara ingat karena mungkin mereka berada dikelompok yang sama saat ospek jurusan.
Ayara mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, sepertinya ia akan menyendiri untuk sementara waktu. Dia sulit untuk memulai obrolan dengan orang lain, semuanya terasa aneh dan canggung. Ayara pun memilih untuk duduk di barisan pojok belakang, tempat strategis untuk tidur katanya.
"Ayara?" sapa salah satu teman kelas nya membuat Ayara spontan menaikkan kedua alisnya dan memasang ekspresi bingung.
"Lo gak inget gue?" tanyanya kembali. "Padahal dulu pas ospek main games tepung, lo yang paling banyak numpahin tepungnya di kepala gue."
Mendengar penuturan temannya, Ayara meringis pelan. "Eh, iya? Duh maap. Gue gak asing sama muka lo, tapi gue lupa nama lo siapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cyclamen | Jeno - Heejin
Fanfictionorang terdekat pun bisa jadi orang asing ya, Kas? - Ayara percaya sama gue, ya? - Kastara ⚠️ Harsh word(s)