Minggu pertama di semester dua belum terlalu produktif, hanya beberapa mata kuliah yang sudah langsung memasuki materi karena dosennya tidak berubah, sehingga dosen mereka tidak perlu memperkenalkan diri lagi.
Perkenalan dengan dosen baru hanya seputar nama, alamat, dan riwayat pendidikan. Seharusnya hanya itu. Tapi, Devanka dengan percaya dirinya bertanya pada setiap dosen muda perempuan yang mengajar di kelas A dengan pertanyaan, "Ibu, udah nikah belum? Ingin memaksakan diri."
Ayara tidak heran lagi dengan semua kelakuan teman adu mulutnya itu. Yang ia herankan saat ini adalah mata kuliah Apresiasi Matematika. Apa? Kenapa perlu? Maksudnya, matematika sudah merepotkan banyak orang, menambahkan beban pikiran. Lalu apa yang bisa diapresiasi? Apa nanti saat perkuliahan berlangsung ia harus berdiri memberikan standing ovation kepada matematika? BIG NO. Gak dulu.
Tapi, setelah mendengar penjelasan Davina yang lebih dulu memasuki materi Apresiasi Matematika, katanya mata kuliah ini tidak akan merepotkan. Semua dosen sudah sepakat bahwa nantinya tidak akan ada kuis, tidak akan ada UTS, dan tidak akan ada UAS. Jelas hal ini terdengar menyenangkan ditelinga Ayara. Mereka tidak perlu bersusah payah, hanya perlu membuat sebuah makalah diakhir semester dua nanti.
"Sumpah seneng banget gue sekarang terbebas dari Logika Matematika." ucap Ayara penuh haru. "Maaf Pak Salaka, tapi matkul bapak emang masyaallah ngajak baku hantam banget."
Keira, Davina, dan Yuna hanya diam menyaksikan drama yang diciptakan Ayara untuk dirinya sendiri. Keira dan Yuna pun sudah mengetahui hubungan Ayara dengan Logika Matematika yang tidak pernah baik.
"Tapi, Ay. Lo belum masuk materi Algoritma Pemrograman ya?" Tanya Yuna dibalas gelengan oleh Ayara.
"Emang Kenapa?"
Davina menyenggol pelan lengan Yuna agar tidak mengatakan apapun pada Ayara. "Biarin, kasian tu anak udah banyak drama perkuliahannya dari semester satu. Biar seneng dulu, bersusah - susah kemudian." bisik Davina pelan.
"Terbalik goblok." Yuna memukul pelan kepala Davina.
Suasana kantin yang tidak begitu ramai dan suasana hati Ayara yang sedang dalam kondisi sangat baik adalah perpaduan yang sempurna menurut Davina. Sebentar lagi hal baik pasti akan terjadi.
"Mari kita hitung~" batin Davina
Tiga
Dua
Sa-
"Karena mood gue lagi baik pake banget. Gue traktir kalian makan siang hari ini." ucap Ayara dengan ceria.
"Kan, apa gue bilang."
Davina langsung tersenyum lebar mendengar perkataan Ayara, begitu pun dengan Yuna. Tanpa menunggu instruksi dari Ayara, keduanya segera beranjak untuk memesan makanan.
"Emang bener - bener gak ada akhlak" ucap Ayara menatap ke arah Yuna dan Davina. "Loh? Lo gak ikut pesen, Kei?" lanjutnya bertanya pada Keira yang belum beranjak dari tempat duduknya.
"Eh, gak papa, Ay. Gak enak gue sama lo. Masa bayarin kita bertiga sih." balas Keira tak enak hati.
"Gak papa kali, Kei, pesen aja. Gue kasih informasi nih ya. Gue begini gak sering, paling banyak setahun tiga kali." jelas Ayara menunjukkan cengirannya pada Keira.
"Oke klo gitu. Cuss pesen makanan." ucap Keira menarik tangan Ayara untuk memesan makan.
(.◜◡◝)
Cogan FMIPA😎
TodayAgam
| PDevanka
| P = babi
KAMU SEDANG MEMBACA
Cyclamen | Jeno - Heejin
Fanfictionorang terdekat pun bisa jadi orang asing ya, Kas? - Ayara percaya sama gue, ya? - Kastara ⚠️ Harsh word(s)