Ujian Akhir Semester akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Banyak mahasiswa yang antusias, bukan antusias dengan ujiannya, tapi dengan libur semester yang ditunggu - tunggu. Tidak ada yang istimewa di semester genap ini, semuanya sama, yang berbeda hanya tugas yang kian menumpuk.
Juga, satu semester ini Ayara lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Kastara. Selain karena tugas kelompok dari berbagai mata kuliah, terkadang Ararya juga menitipkan Ayara pada Kastara untuk mengantarnya pergi dan pulang kuliah.
Sebenarnya tidak ada hubungan khusus antara keduanya, mereka berteman. Tapi, kadang orang menganggap mereka lebih dari teman. Ayara heran, memang tiap laki - laki dan perempuan kalau sering bersama menandakan mereka memiliki hubungan spesial? Siapa yang berpendapat seperti itu? Kayak anak kecil aja.
Seperti biasa, pagi ini pun Ayara berangkat dengan Kastara, berjalan beriringan dari parkiran masuk ke dalam jurusan mereka.
"Widihh, makin nempel aja ni pasangan kita." Devanka menghadang Ayara dan Kastara sebelum memasuki jurusan mereka. "Iya banget lo, Kas. Sekarang mah jalannya sama Ayara, lupa lo dulu sama gue terus?"
Kastara menatap datar Devanka. Temannya yang satu ini memang kayaknya gak hidup kalau gak nge-drama. "Gue sama lo terus kan karena lo nebeng gue terus."
"Ya.. gak perlu diperjelas sih harusnya."
Devanka kemudian mengalihkan pandangannya ke Ayara dan merangkulnya. "Pagi cantik, daripada sama Kastara mending sama gue yuk ngantin, gue beliin telor gulung dua rebu."
"Ogah, jauh - jauh lo dari gue, suka bikin gue sial soalnya." Ayara melepaskan rangkulan Devanka dengan kasar.
"Astaghfirullah ukhtii, lambemu."
"Lo ngapain si, Dev? Buru masuk, kelas udah mau mulai juga." Kastara menengahi percakapan keduanya sebelum Ayara bertambah kesal.
"Elahh, rajin amat. Si Ibu gak masuk noh cek grup. Asik pacaran sih." cibir Devanka.
"Lo ngomongin kita pacaran sekali lagi gue tabok ya mulut lo." Ayara menginjak keras kaki kanan Devanka kemudian pergi memasuki jurusan.
"Yaallah kaki gue" ucap Devanka sembari menahan rasa sakitnya. "Kas, gue kayaknya gabisa jalan deh, tanggung jawab lo, gara - gara cewek lo nih."
Kastara menatap sebentar kaki kanan Devanka lalu beralih menatap kaki kiri milik temannya itu. "Bacot."
"AW! KASTARANJING." teriakan Devanka membuat orang yang berlalu-lalang menoleh ke arahnya. "Yaallah kaki gue, beneran gak bisa jalan ini. HEH KASTARANJING BALIK ANJIR NGAPA KAKI KIRI GUE DIINJEK JUGA SIALAN."
(.◜◡◝)
Ayara menuju ruang kelasnya sambil sesekali melihat jam yang terpasang di pergelangan tangannya. Lima menit lagi kelasnya akan dimulai, entah yang dikatakan Devanka benar atau tidak, yang pasti saat ini ia tidak dapat memastikan melalui grup kelasnya karena ponselnya ada pada Kastara dan juga omongan yang keluar dari mulut Devanka yang bisa dipastikan benar hanya 20% sisanya tidak pernah bisa dipercaya.
Ayara mempercepat langkah kakinya menaiki anak tangga menuju lantai dua, namun saat dipertengahan jalan, ia kembali dihadang. Kali ini bukan Devanka ataupun teman absurd seperjuangannya, ia adalah Keira, teman dekat di kelas Ayara.
"Kenapa Ay? Buru - buru banget kayaknya." tanya Keira
"Loh, lo ngapain turun? bentar lagi kelas, kan?"
"Engga kok, si Ibu gak dateng karena ada keperluan." Jelasnya pada Ayara. "Lo belum cek grup kelas ya?" tanya Keira lagi.
"Belum, hp gue sama Kastara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cyclamen | Jeno - Heejin
Fiksi Penggemarorang terdekat pun bisa jadi orang asing ya, Kas? - Ayara percaya sama gue, ya? - Kastara ⚠️ Harsh word(s)