"Kas, lo yang kerjain lah, gue gak ngerti."
"Ya makanya belajar biar ngerti."
"Gak bisa gueeee."
"Yaudah."
"Apa?"
"Nama lo gue coret, biar gue individu."
Ayara menarik napasnya dalam berusaha mengontrol emosinya. Sebelumnya Ayara memang sudah memprediksi bahwa hal ini bisa saja terjadi. Diskusi antaranya dan Kastara tidak akan pernah berjalan dengan tenang. Harus berargumen terlebih dahulu.
"Tahan Ayara, sabar. Nilai lo aman sekelompok sama Kastara." batinnya.
Kastara mengalihkan perhatiannya kearah Ayara yang sedang memejamkan matanya. "Ngapain lo? Bantu ngerjain, malah mau tidur."
"Lo lama - lama gue hihhhhh." geram Ayara sembari menarik kertas tugas dan laptopnya kasar.
Hari ini merupakan jadwal kelas A untuk praktikum mata kuliah Algoritma Pemrograman pukul 10.35. Namun, karena Bu Ayu berhalangan hadir, beliau menitipkan tugas pada ketua kelas nya untuk mengerjakan beberapa soal dan sialnya harus dikumpul hari itu juga melalui e-mail yang sudah dituliskan Bu Ayu.
Seluruh teman - temannya mengerjakan dengan tenang dan damai, termasuk Devanka dan Keira. Tapi tidak dengan Kastara dan Ayara, Kastara yang tidak menerima keluhan Ayara, dan Ayara yang menyerah terhadap segala soal praktikumnya.
"Gak gitu, Ay." Kastara menginterupsi pekerjaan Ayara saat melihat input ngawur yang Ayara ketik.
"Gak boleh perotes. Kan gue udah bilang gue gak bisa, Kas." balasnya kesal
"Bisa. Kalo lo mikir lo gak bisa ya gak bakal pernah bisa." Kastara berucap sembari menarik kursi Ayara mendekat dan menaruh laptop Ayara ke tengah meja untuk memberi contoh pengerjaan praktikumnya.
"Ini tinggal lo salin aja soal yang ada di buku untuk diterapin ke programnya. Sebelum nyantumin rumusnya, lo tulis dulu apa yang mau lo cari. Turunan atau integral, kalo turunan kodenya bisa pake Dt, kalo integral bisa lo ketik Integrate."
Didekat tempat diskusi Ayara dan Kastara, Keira memperhatikan diskusi yang dilakukan oleh keduanya. Hal ini membuat Devanka ikut menatap kearah Ayara dan Kastara.
"Ngapa lo, Kei? Gue gak cukup ganteng buat lo pandangin sampe liatin Kastara" ujar Devanka tiba - tiba.
Keira menatap Devanka, "Gue bukan merhatiin Kastara, Dev."
"Terus?"
"Itu mereka udah mau selesai, lah kita masih kosong gini."
Devanka tersenyum manis kearah Keira, "Ehehe, sabar atuh neng. Biar abang yang beraksi."
Ucapan Devanka membuat Keira menaikkan sebelah alisnya bingung dengan maksud teman sekelompoknya itu. Kebingungan Keira semakin bertambah saat Devanka beranjak dari duduknya dan mulai berkeliling kelas menatap satu per satu layar laptop teman temannya.
Setelah mengelilingi ruang kelas, Devanka kembali duduk di samping Keira dan mulai mengetikkan sesuatu di laptopnya.
"Dah nih. Tinggal nomor terakhir, suruh nyari syntax buat grafik hati." Devanka menyerahkan laptopnya kepada Keira membuat Keira tanpa sadar membuka mulutnya takjub.
PLAK!
Keira memukul punggung Devanka. "Nyontek lo?!"
"Adaw, lo jangan kasar kayak Ayara dong, Kei." ucap Devanka sambil mengelus punggungnya yang terkena pukulan Keira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cyclamen | Jeno - Heejin
Fiksi Penggemarorang terdekat pun bisa jadi orang asing ya, Kas? - Ayara percaya sama gue, ya? - Kastara ⚠️ Harsh word(s)