Matanya mengerjap dengan buram melihat keadaan sekitar dengan remang-remang.
Ia mengangkat tangannya ketika melihat sebuah jarum inpus menancap pada lengannya.
Ia sadar ia berada di mana.
"Haruto.."panggil seseorang di hadapan wajahnya
Haruto menatap wanita itu dengan senyum lemahnya
"Nara gue seneng Lo gakpapa"
Wanita yang di hadapannya itu tersenyum kecil, senyum favorit Haruto.
"Gue baik-baik aja,Lo juga harus tetap baik ya,jangan sampe terluka"
Haruto mengangguk
"Gue suka sama Lo"Nara tersenyum lagi
"Haruto!"
Haruto tersadar,ia mengerjapkan lagi matanya,ia memandangi lagi wajah wanita di hadapannya
"Mama?"tanya Haruto lemah
Apa ini tadi Haruto lihat di hadapannya itu Nara bukan lisa.pikirnya
"Haruto kamu masih belum pulih tapi mama seneng kamu udah siuman"ucap Lisa kegirangan
"Sebentar ayah panggil dokter dulu"hanbin berlari keluar ruangan
"Ma,Nara dimana?tadi dia sini"
Lisa terdiam,rasa sesak itu kembali menyerangnya
"Ma,tadi jelas-jelas haru liat nara"
"Haru,Nara gak bisa di tolong"ucap Lisa perlahan menjelaskan
"Apa maksudnya?"tanya Haruto cemas
Lisa terisak bagaimanapun Nara dekat dengannya bahkan ia punya rencana untuk menjodohkan Haruto dengan Nara
"Nara udah gak ada,dia udah pergi"
Satu cairan bening keluar tanpa di Perintah dari mata pria yang berbaring itu, dadanya sesak mendengar kenyataan yang sangat pahit ini.
Wanita yang di cintainya sudah pergi untuk selamanya.
Gara-gara dirinya.
"Ini sudah satu bulannya kamu di rawat di rumah sakit,keadaan kamu sering lemah"jelas Lisa ia mengusap rambut surai hitam anaknya
"Berarti Nara udah pergi untuk selama itu?"tanya Haruto lagi
Lisa dengan tangisnya mengangguk
"Jihoon di penjara untuk satu tahun"
"Kok gak seumur hidup?dia kan udah ngilangin nyawa orang"ucap Haruto tak terima
"Siwon tak setuju dengan itu dia masih remaja dia masih punya cita-cita,dan orangtuanya juga meminta maaf dan mengganti rugi atas kelakuan anaknya"jelas Lisa lagi
Haruto masih menatap Lisa dengan air mata yang terus mengalir dari mata sayunya, sebelum hanbin dan dokter datang untuk memeriksa keadaan Haruto.
"Lo udah sadar juga" ucap Yoshi melangkah menghampiri Haruto dengan buah-buahan di tangannya
Haruto tersenyum tipis
"Maafin gue"
Yoshi menepuk pundak Haruto seraya menguatkan temannya ini "jangan ngerasa bersalah,yang salah di sini bukan Lo"
"Tapi Jihoon dari awal ngincer gue"
"Ini semua takdir tuhan"
Yoshi menenangkan Haruto padahl dirinya juga masih butuh di kuatkan,selama kepergian Nara Yoshi menjadi pendiam,jarang main dan juga selalu mengunci dirinya di kamar.
Karna ia sering menangis diam-diam.
"Bang Hyunsuk gak Kesini?"tanya Haruto bingung
"Dia masih gak mau ketemu Lo, mungkin masih takut atau trauma"
Haruto menunduk merasa bersalah
"Jadi kapan Lo jenguk Nara di sana? soalnya Lo keduluan asahi"
"Hah!"
"Permisi, Haruto"
Keduanya mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berdiri di ambang pintu
"Somi?"
"Lo pembohong!"pria itu menahan sesak oleh Kenyataan
"Katanya Lo mau jadi temen gue, sekarang gue gak punya temen Ra"Asahi menahan tangisnya
Nada suaranya sudah terdengar bergetar
"Sekarang temen gue Yoshi lagi.kenapa Lo harus pergi secepat ini?"
Asahi mengusap Air mata yang tiba-tiba lolos dari matanya dengan senyum kecewa "Gue suka sama Lo,gue kira Lo gak bakal bohong soal Lo mau jadi temen gue"
"Lo wanita pertama yang mau ngajak gue jadi temen Lo sekaligus lo cinta pertama gue Ra".
KAMU SEDANG MEMBACA
Pudar || Watanabe Haruto [SELESAI].
Fantasy√PUDAR:Mengubah tulisan takdir ❝Mimpi atau halusinasi aku tak peduli. tapi jika berakhir tidak membahagiakanmu itu sama saja di luar rencana ku ❝ "Terimakasih telah menunggu hingga musim semi".