Hujan tak kunjung mereda, kami sudah menggigil karena derasnya air hujan yang langsung mengenai badan kami.
Berteduh di bawah atap yang sudah rusak dan berlubang di mana-mana, angin kencang terus saja berhembus begitu saja tanpa henti.Terlebih lagi, dengan keadaan Nisa sekarang ini. Badan nya demam tinggi, wajahnya pucat pasi, sampai bibirnya bergetar karena dingin tak tertahankan.
Jilbab dan baju gamisnya memang sudah basah kuyup sejak tadi.Tidak mungkin Bayu dan Radit kembali ke mobil, untuk mengambil baju ganti disaat seperti ini.
Keadaan di luar sangat berbahaya, hujan petir membuat Bayu dan Radit mengurungkan niat.
Terlebih lagi mereka memang kami tahan agar tetap di sini karena tidak mau terjadi hal yang tidak di inginkan.Suasana semakin mendekati gulita, artinya proses pergantian malam sedang terjadi.
"Gimana ini? Udah malem, hujan juga belum reda. Masa kita tetep di sini aja?
Mau nunggu sampe kapan?""Nisa juga demamnya makin tinggi!" Ucap Firda menggigil.
"Kita masuk aja ke dalem, berteduh di sana."
"Ta-tapi kata kamu, di dalem nakutin kan? Masa kita malah masuk!" Protes Rina.
"Liat deh keadaan kita, Rin? Basah kuyup! Hujan semakin deres, mau sampe kapan kita di sini? Terlebih lagi Nisa, dia lagi demam tinggi. Bayangin deh jadi Nisa," Ucap Bayu.
"Bener kata Bayu. Apapun resikonya, yang penting kita bareng. Ya nggak sih?" Kata Radit.
#BRUKKKKKK
"A r r g g h h ..."
Pandangan mendadak berkunang kunang, sakit kepala membuat mata perlahan menciut, rasa dingin yang luar biasa sudah tak terasa sama sekali, aku terjatuh dan hilang kesadaran.
.
."Astaghfirullah, Nis!"
Firda dan Rina berteriak ketika melihat Nisa terjatuh.
"Nisa pingsan!" Histeris Firda. Rina pun semakin panik, begitupun Radit dan Bayu yang tak kalah panik.
"Tidak ada pilihan lain, kita harus masuk! kita harus kembali lagi ke dalam, ayo Dit!" Ucap Bayu.
Bayu membopong Nisa dan segera masuk ke dalam. Sementara Firda dan Rina mengikutinya dari belakang dengan menuntun tangan Brian yang sedari tadi diam tanpa sepatah kata. Radit bertugas membawa jasad Kiara di belakang mereka.
"Kita harus cari ruangan, dimana saat pertama kali kita di tolong Kiara." Kata Bayu.
Bayu seperti tidak memikirkan tadi, yang dia pikirkan hanya mencari tempat yang aman untuk kami semua, terutama Nisa yang sedang tidak sadarkan diri.
Langkah Bayu begitu cepat, dia selalu mengingatkan kami agar senantiasa berdoa di dalam hati, untuk keselamatan masing masing.
Terlihat di wajah Bayu yang sudah sangat lelah membopong Nisa, namun lelah itu tidak ada apa apanya dengan rasa khawatir nya terhadap Nisa.Kami masuk ke ruangan satu persatu, namun hanya ruangan kosong yang hampa.
"Bay, lihat! Ada cahaya lilin di sana." Tunjuk Rina.
Tanpa waktu lama, Bayu langsung menghampiri, begitupun kami langsung mengekor. Ternyata cahaya kuning itu berasal dari api kecil yang menyala di atas botol kaca berisi minyak tanah.
Cahaya remang dari damar tersebut, ada di dalam jalan berlorong. Di sini kami merasakan sesuatu yang aneh, terlebih dengan bau kapur barus yang tiba-tiba menyeruak begitu saja.
S r e e e e e k k !
Terdengar suara langkah kaki seseorang dari balik tembok. Apakah itu suara langkah Kiara?
Kiara pasti datang lagi untuk menolong kami! Namun siapa yang muncul dari balik tembok itu?
Ternyata seorang Kakek tua
Itu suara langkah seorang Kakek yang sudah sudah sangat sepuh, wajahnya keriput dan berjalan sedikit bungkuk.
"Siapa kakek itu?
"Apa dia juga bukan manusia?"
Kami memundurkan langkah, kecuali Bayu. Dia tetap berdiri kokoh disana, persis sangat dekat dengan sami Kakek.
"Maaf Kakek, kami sama sekali tidak ada niat untuk mengganggu.
Izinkan kami berteduh di sini sebentar, Kek. Karena salah satu teman kami sakit, dia pingsan tidak sadarkan diri. Terlebih lagi, di luar sedang hujan deras di sertai petir dan angin kencang.
Apa boleh, kami istirahat di sini? Kami berjanji tidak akan mengganggu," Ucap Bayu kepada Kakek penuh harap.Sebenarnya Bayu tahu, Kakek itu bukan lah manusia. Tapi rasa takut itu berhasil ia singkirkan jauh-jauh dan berharap Kakek itu baik dan mengizinkan kami bermalam di sini.
Perlahan, Kakek itu mengangguk. Namun Kakek itu masih membisu, raut wajahnya kaku tanpa exspresi.
Ia berjalan lebih dulu, memberi isyarat agar kami mengikutinya.Kakek itu berjalan dengan langkah nya yang lambat. Sampai akhirnya kakek itu berhenti tepat di depan salah satu ruangan.
"Ruangan ini, k a a a a a n?"
Tak salah lagi, ini ruangan yang sedang di cari-cari!
Kakek itu mempersilahkan kami untuk segera masuk dengan bahasa tubuh.
Sebelum Kakek itu pergi, Bayu memberanikan diri untuk bertanya lagi kepada si Kakek.
"Maaf sekali lagi, kalau boleh bertanya, apakah Kakek tau, dimana anak kecil yang juga tinggal disini, namanya Kiara."
Bukan nya menjawab, Kakek itu tetap diam. Sorot matanya tajam menatap jasad Kiara yang ada di tangan Radit, kemudian menatap tajam ke arah berdirinya Brian dengan tatapan penuh arti.
Kakek itu kemudian menggeleng perlahan dan pergi begitu saja.Kami masuk bergantian ke dalam ruangan.
Ada pakaian yang tergeletak di atas ranjang, tiga stel gamis, jilbab panjang berwarna putih, dan dua jubah untuk laki laki.Siapa yang menyiapkan ini semua? Apakah Kiara? Apa Kiara tau kami datang kemari? Atau malah Kakek itu yang menyiapkan ini semua?
Nisa sudah di baringkan di ranjang oleh Bayu, Firda dan Rinalah yang membantu Nisa mengganti pakaian basahnya.
Tapi kenapa baju laki laki hanya ada dua pasang? sedangkan kami bertiga.
(Bayu, Radit, Brian)
"Pakein aja buat Brian, bajuku nggak terlalu basah," Bohong Bayu.
Radit membawa baju tersebut dan hendak memakaikan ke Brian, tapi ...
"Bay! Bajunya Brian kering loh! Nggak basah sedikitpun." Tutur Radit.
"Gimana bisa? Tadi Brian juga keujanan kan? Terus pas kita kawal sampe kesini, bajunya basah kuyup kok!"
Rina dan Firda mendekat dan menyentuh baju Brian, ternyata benar apa yang di katakan Radit.
Entah kenapa, banyak keanehan pada diri Brian.
Siapa Kakek itu?
Dimana, Kiara?
Apa yang terjadi pada Brian?
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK DI DUNIA LAIN
Mystery / ThrillerSINOPSIS : Kisah dari enam anak yang masih duduk di kelas 3 SMA, Bayu, Radit, Brian, Nisa, Firda dan Rina. Rencana mereka, untuk mengisi liburan panjang sekolah, yaitu berlibur ke desa Wunggeni, yang dimana disana ada Villa milik kedua orangtua Bri...