TDL 16 [JEBAKAN] ☑️

557 46 12
                                    

"Kenapa pintu rahasia tidak di kunci!" Kata Ibu Susi dari balik pintu dengan lantang.

"T e l e d o r!"

Kami tak bersuara, dan sebisa mungkin diam tanpa gerakan.

Kami takut jika bu Susi akan mengunci pintu itu, ya Tuhan!

Keringat bercucuran, tak putus kami berdoa agar kami bisa keluar selamat dari mereka.

"Sudahlah, mungkin Widi yang lupa mengunci pintu rahasia!" Jawab bapak Bima.

"Waktu sudah menjelang malam, aku akan melihat anak tengil itu! Siapa tau dia sudah m4ti." Kata Ibu Susi membuka knop pintu dengan kasar.

"Tunggu apa lagi? Ayo ikut!" Teriak Ibu Susi, tepat di depan kami.

Kami berusaha menghindari langkah mereka yang terdengar aneh, karena posisi gelap gulita.
Syukurlah, mereka memang tidak bisa melihat kami, bahkan mereka tidak menyadari kehadiran kami

"Tidak ada waktu lagi, kita harus menemukan teman-teman si anak tengil itu malam ini juga!
Urusan anak yang ada di dalam jeruji, biarkan saja. Lambat laun dia akan m4ti, seperti yang lain nya!"

Bapak Widi menyusul dari belakang, dia meminta bapak Bima dan ibu Susi berbalik melakukan pencarian.

"Kesempatan, ayo kita keluar!"

Kami bergegas keluar melalui pintu yang masih terbuka lebar, sedangkan mereka masih ada di dalam ruangan.

Kami berhasil keluar.

Brian belum bisa mengenali kami, dia masih membisu, tatapan nya kosong.
Kami keluar dari rumah bapak Bima dan berjalan secepat mungkin, karena hari sudah menggelap.

Siang di sini terasa sangat pendek, sedangkan malamnya terasa sangat panjang.

Kami tidak berani mengeluarkan ponsel untuk penerangan jalan, karena mereka pasti akan melihat kami, terlebih dengan kejadian kemarin.

Satu persatu pohon menghilang, kami menyaksikan nya secara langsung.
rumah pun seketika menghilang dari tempatnya.
Perkampungan kini berubah menjadi pemakaman yang sangat luas.

Situasi semakin menggelap, tapi kami masih bisa melihat pohon beringin di ujung sana. Ada sedikit cahaya yang kami lihat di celah-celahnya.

Kami setengah berlari agar cepat sampai ke pohon tersebut, namun Brian semakin sulit di ajak berjalan cepat.

Tepat di samping mobil, cahaya yang kami lihat di dekat pohon beringin itu menghilang dalam sekejap, kemudian berubah menjadi gelap.

Pada waktu bersamaan, kami melihat cahaya dan bayangan pohon beringin itu muncul berlawanan arah, artinya cahaya tersebut berpindah tempat, tepat ke arah rumah bapak Bima.

Jadi kejadian semalam adalah jebakan. Bayangan yang memantul itulah, yang selalu membawa kami kembali ke rumah bapak Bima.

Pantas saja kami tidak bisa keluar dan selalu kembali ke tempat yabg sama.

Radit berusaha melanjutkan langkahnya, menerobos ke arah dua pohon beringin yang tiba-tiba menghilang itu.

Namun apa yang terjadi? Radit terpelosok dan tergelincir karena jalan sangat licin, terlebih lagi ada sebuah kubangan yang membuat salah satu kaki Radit masuk ke dalam nya.

Spontan Bayu meletakan jasad Kiara ke tanah dan segera menarik tangan Radit sekuat tenaga.

Usaha Bayu gagal, kami juga tidak tinggal diam, secepatnya kami pun membantu mereka. Alhasil, Radit berhasil keluar.

"Jadi kita mau ke arah mana?" Ucap Radit merebahkan badan nya ke tanah, sembari mengatur nafas.

"Bermalam dulu di sini, karena terlalu bahaya kalo kita nerusin jalan. Terlebih lagi, mereka leluasa kalo gelap gini."

"Masuk aja ke dalam mobil, tapi jangan nyalain penerang apapun.
Semoga mereka nggak curiga, kalo kita ada di dalam mobil." Usul Bayu.

"Tapi kunci mobil kan ada di Brian? Dia aja masih belum bisa kita ajak bicara," Keluh Rina.

Radit bangkit dan merogoh saku baju Brian, "Ketemu!"

Radit cepat-cepat membuka mobil dan kami semua masuk ke dalam.
Untunglah, kunci mobil masih tersimpan di dalam saku baju Brian. Apa jadinya kalau kunci mobilnya terjatuh atau di ambil oleh mereka?

🍃

Di dalam mobil, kami seperti orang buta.
Mata kami terbuka lebar namun tidak bisa melihat apapun.
Kami tidak berani mengeluarkan suara sedikitpun di dalam mobil, kami saling diam berharap pagi segera datang.

Radit memegang tubuh Brian agar tidak tumbang, karena badan nya semakin lemas. Sementara Bayu, memangku jasad KIARA di dalam mobil.

Doa kami panjatkan di dalam hati tanpa henti, untuk mendapatkan pertolongan dan kemudahan untuk keluar dari situasi mencekam ini.

Suhu badan Brian tidak bisa di kendalikan, tubuhnya semakin dingin seperti es batu.

Sedangkan kami, bermandikan keringat tapi Brian mengalami penurunan suhu drastis.

Apa yang terjadi dengan Brian sebenarnya?

🍃

Ada yang mendekat ke arah mobil. Semakin lama cahaya itu semakin jelas sedang menuju kemari!

Kami bisw bisa melihat dengan jelas, manusia aneh itu berjalan menuju arah mobil dengan jalan yang begitu aneh.

Mereka membawa semacam obor, tapi berbeda. Api itu menyala dalam wadah tabung berukuran besar dengan kanan kirinya.

Kami baru ingat! Keluarga bapak Bima memang selalu memakai tangan kirinya untuk beraktifitas apapun, bahkan saat makan dan minum.

Mereka semakin dekat dan berpencar.

Apa mereka sudah tau keberadaan kami?

Ya Allah apa yang harus kami perbuat sekarang?

🍃

BERSAMBUNG.

 TERJEBAK DI DUNIA LAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang