SEORANG NENEK SEPUH, BERDIRI DI TENGAH JALAN.
Baru saja kami keluar dari jalan raya besar yang sangat ramai, saat ini kami mendapati seorang Nenek di jalan sepi, tidak ada kendaraan lain yang melintas selain mobil kami.
Klakson mobil terus Brian bunyikan, berharap Nenek itu mau menepi.
Tetapi suara klakson, tidak membuat Nenek itu bergeser, dan sepertinya Nenek itu sengaja menghalangi mobil kami."Nenek itu budek kali ya!" Ucap Brian kesal.
Brian mematikan mesin mobilnya, dan keluar dengan kemarahan.
"Eh Yan, kamu mau kemana? Udahlah, kamu tunggu disini aja, biar kita yang ngomong baik-baik sama Nenek itu!"
Bayu menahan langkah Brian. Bayu dan aku menghampiri Nenek, sementara Brian, Radit dan Rina menunggu di dalam mobil.
🍃
"Assalamualaikum, Nek,"
Bayu memberikan salam kepada si Nenek dengan lembut, namun Nenek itu tidak menjawab salam dari nya.
"Bisakah Nenek memberi jalan untuk kami sebentar? Mobil kami sulit melintas kalau Nenek ada ditengah jalan begini," Santun Bayu.
Nenek itu menoleh dan menatap kami dengan tatapan tajam, kemudian menunduk kembali seperti semula.
"Sebaiknya kalian pulang saja! Kalau tidak, hentikan perjalanan sekarang!"
"Tapi kami sudah hampir separuh perjalanan, kita sedang buru- buru Nek, kami tidak bisa berputar balik."
Kali ini Firda yang mencoba berbicara dengan si nenek perlahan.
"Jika tidak mau menghentikan perjalanan, beristirahatlah dahulu. Kalian bisa bermalam disini dan melanjutkan perjalanan nya lagi besok pagi." Usul Nenek.
Kami bertiga saling memandang.
Kenapa si nenek meminta kami untuk memberhentikan perjalanan?
Apa mungkin karena sudah malam? Ataukah, akan terjadi hal buruk jika kami tetap melanjutkan perjalanan? Oh tidak!"Iya sepertinya Nenek bener, hari sudah semakin malam, jalan disini juga sudah rusak dan pastinya gelap karena kita harus melewati hutan yang panjang. Pasti akan lebih sulit kalau kita terus melanjutkan perjalanan di malam hari." Jawabku membenarkan perkataan Nenek.
Tapi bagaimana dengan Brian? Apa mungkin, dia juga akan setuju?
🍃
DI DALAM MOBIL.
"Kok mereka lama banget ya?"
Brian mulai tidak sabar menunggu.
"Kelihatannya mereka masih ngobrol."
"Bukan ngobrol! Pasti Nenek perot itu nggak mau minggir deh! udah lah aku samperin mereka aja, lama!"
"Eh Yan, tunggu!"
Kami mengejar Brian yang sudah keluar dari mobil dan mempercepat langkahnya.
"Aduh bakal rame nih nanti, ayo cepat!"
Radit dengan cepat mengejar Brian, diikuti Rina dari belakang.
"Bay lama banget sih, ayo cepetan!" Brian meninggikan suaranya.
"Nenek! Tolong lah kerjasamanya, kami sedang buru-buru dikejar waktu. Jadi tolong Nenek minggir dulu sebentar!" Kata Brian, sukses membuat Nenek itu merubah ekspresi datarnya dengan tatapan nyalang.
"Eh Bay, Nenek ini bisa dengar kan?" Radit setengah berbisik.
"Tadi waktu kita ngomong, Nenek bisa denger kita kok, dia juga mau jawab,"
"Nenek, sudah budek ya?" Ucap Brian lagi, memancing kejengkelan kami yang mendengar.
"Jaga perkataan mu, Brian!" Senggol Rina, namun di tepis nya.
"Ya sudah begini saja, Nenek mau minggir, jalan sendiri atau harus aku paksa? Apa perlu kami gendong? Ya, mungkin Nenek sudah tidak mampu berjalan ke pinggir!" Ucap Brian semakin songong.
"Astaghfirullah Brian!"
Bayu mendekat, "Gini loh Yan dengerin aku! Nenek itu menyarankan kita agar menghentikan perjalanan sejenak dan bermalam disini karena sudah malam. sedangkan di sepanjang perjalanan pasti sangat gelap dan sepi. Ditambah lagi jalanan rusak, pasti akan lebih sulit lagi berkendara." Nisa berusaha menjelaskan.
"Iya Yan, kita lanjutkan perjalanan besok pagi aja ya." Sambung Firda
"Aku sih nurut aja gimana baiknya." Radit menyahut dari belakang.
"Kalian ini kenapa sih? Main nurut aja sama Nenek itu! Kita itu lagi dikejar waktu! Capek sekarang ya capek sekalian lah! masa harus di undur-undur sampai besok pagi?
Lagian yang nyetir mobil kan aku? Kalian tinggal duduk manis aja sih di dalam mobil."Inilah sikap buruk Brian, dia tidak pernah mendengarkan pendapat teman temannya, keras kepala dan sangat egois.
"Intinya kita lanjutkan perjalanan tanpa alasan apapun. Kita harus cepat sampai malam ini juga! Soal gelap? Gampang! Kan ada lampu mobil?
Soal jalan rusak, tenang aja aku sudah hapal sama jalan ini!"Brian terus mempertahankan pendapat nya sendiri, kami harus selalu mengikuti kata katanya.
"Emang kalian tau Nenek ini siapa? Siapa tau, ini Nenek orang gila kan? Yang dimana perkataan nya selalu ngawur!"
Percuma saja kami menghentikan perkataan Brian, kalau sudah bicara pasti tidak mau berhenti dan di kalahkan.
"Udah-udah diem Yan! Semakin melenceng aja kalo ngomong!" Rina menjitak kepala Brian.
"Kan Nenek itu yang mulai, Rin!
Ya sudah, sekarang Nenek mau di halusin atau mau di kasarin, nih?" Ucap Brian lagi.Benek itu berjalan ke pinggir jalan, tanpa sepatah katapun. Sepertinya Nenek itu sudah mempersilahkan jalan, agar mobil kami bisa lewat.
"Ayo gas! Buang buang waktu aja!"
Brian membalikan badan dan melangkah dengan cepat, menuju mobil yang di ikuti Radit dan Rina.
Semantara aku dan Bayu masih di sini. Ada perasaan tidak enak karena perkataan Brian tadi, kepada si Nenek."Maafkan teman kami ya, Nek. Maafkan perkataan Brian, yang membuat Nenek tersinggung." Kataku, berharap Nenek tidak sakit hati.
"Kami berharap, Nenek tidak sakit hati dan mau memaafkan kami, termasuk perkataan teman kami, Brian."
"Jangan berteman dengan orang yang salah! Sekali dia dalam masalah, sudah pasti kalian juga ikut terseret!" Kata Nenek. Kami saling memandang.
"Karena kalian membatu, tetap mau melanjutkan perjalanan, saya berpesan, tetap berhati hatilah.
Jangan keluarkan perkataan-perkataan kotor di sepanjang perjalanan, jaga etika dan sopan santun kalau mau selamat."Ucap Nenek penuh arti."Ma-maksud Ne--------?"
Belum sempat bertanya, Brian sudah berteriak ke arah kami.
"Hey, kalian, ayo cepat!"
"Kami pamit dulu ya Nek, terimakasih atas nasehatnya. In syaa Allah akan kami ingat, assalamualaikum,"
Nenek itu hanya menganggukan kepalanya, dan tidak menjawab salam dari kami.
🍃
Siapa sebenarnya Nenek itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK DI DUNIA LAIN
Misteri / ThrillerSINOPSIS : Kisah dari enam anak yang masih duduk di kelas 3 SMA, Bayu, Radit, Brian, Nisa, Firda dan Rina. Rencana mereka, untuk mengisi liburan panjang sekolah, yaitu berlibur ke desa Wunggeni, yang dimana disana ada Villa milik kedua orangtua Bri...