TDL 24 [Kiara pov] ☑️

563 53 12
                                    

** POV KIARA **

Ketika mendengar perkataan Kakek, aku terdiam. Perlahan aku menjauhi semuanya, berjalan dan duduk di bebatuan besar di tepi sungai.

Sementara mereka, sedang memikirkan bagaiamana caranya agar bisa pulang membawa kak Brian dengan arahan Kakek.

Mereka pasti sangat bahagia saat ini, setelah menghadapi hal yang sulit di lalui, bahkan hanya mereka lah orang pertama kali yang berpeluang bisa pulang dengan selamat.
Mereka pasti senang, karena bisa pulang, kembali ke dunianya, bertemu dengan keluarganya di rumah.

Sedangkan aku?

Kenapa aku tidak seberuntung mereka dulu, Tuhan!

Bukan tak ikhlas, namun aku juga ingin merasakan bagaimana rasanya pulang bertemu dengan keluarga.

Air mata mengalir deras, rasa tak ingin kehilangan teman seperti mereka membuat luka dan pedih membekas di dalam hati, namun aku tidak mau egois, mereka harus pulang dengan selamat!

🍃

Siapa Kakek itu?

Mereka memang belum mengenal, siapa sebenarnya sang Kakek.

Ribuan tahun yang lalu, Kakek Darto adalah seorang pasien rumah sakit ini.
Dia adalah salah satu korban, tragedi meninggal masal.

🍃

Lima tahun yang lalu, aku merasakan ketakutan hebat. Kesedihan selalu menemani kemanapun aku melangkah pergi, bahkan saat itu aku hanya bisa menangis tersedu-sedu, merindukan rumah dan keluarga, ingin pulang tapi tak bisa.

Namun seiring berjalannya waktu, aku sadar, menangis tidak bisa membawaku pulang, aku harus bisa menerima kenyataan bahwa inilah takdir yang sudah Tuhan gariskan untukku.

Dengan menangis dan meratapi hidup, semakin membuatku jauh dari kata ikhlas menjalani takdir-Nya.

Aku tidak bisa keluar dari tempat ini, dan juga sulit kembali ke dunia asalku.
Meskipun kerinduan ini menyiksaku setiap waktu, dimana saat mengingat kebersamaan dan kebahagiaan yang pernah menghiasi hidupku dengan orang-orang tersayang, kini harus menerima kehampaan, kesepian terjebak seorang diri di tempat terkvtvk ini.
.
.

Lima tahun sudah, aku menahan kerinduan yang mendalam, namun aku
hanya bisa ikhlas dan pasrah mengikuti jalan takdirku, dimana aku selalu melangkah seorang diri, aku tak punya seorangpun teman, bahkan aku tidak punya tempat tinggal di tempat ini setelah berhasil keluar dari rumah bapak Bima yang jahat.

Aku bingung harus melangkah kemana lagi, karena ingin kembali ke jasadku saja selalu gagal saat mencobanya berulang kali. Saat itulah, terpaksa aku harus meninggalkan jasadku disana.

Setelah itu, aku bertemu dengan Kakek Darto. Dia memberikan tempat tinggal untukku, yaitu sebuah bangunan rumah sakit tua yang sudah terbengkalai ribuan tahun yang lalu.

Aku berteman dengan Kakek Darto selama ini, karena dia lah Kakek baik hati yang mau menganggapku seorang cucu dan teman di sini.

Nyatanya, bukan kakek Darto saja yang tinggal di rumah sakit ini, namun ada banyak sekali penghuni rumah sakit, mereka lah korban meninggal masal pada saat itu.

Tetapi hanya kkek Darto lah yang sangat peka, dia begitu mengerti perasaanku, kemampuan kakek Darto yaitu bisa menampakan diri, dan bisa berinteraksi dengan bangsa manusia.

🍃

Dahulu, tempat ini adalah sebuah pedesaan yang padat sekali akan penduduk.
Awal mula pedesaan di bangun diatas tanah makam yang sudah puluhan ribu tahun ada. Tidak ada yang tahu, asal mula makam tersebut.

Sungai di bawah jurang yang curam ini adalah sungai misterius pada masanya.
Bagaimana tidak?
Air sungai ini tetap mengalir deras, meskipun musim kemarau panjang melanda desa. Bahkan saat musim hujan melanda, air sungai tidak pernah keruh dan selalu jernih.

Desa yang kaya dan makmur, semua orang bergelimpangan harta yang tiada habisnya. Hasil panen melimpah ruah setiap tahun nya. Namun sayang, tidak ada satupun tempat ibadah di tengah rumah megah nan mewah hingga Tuhan murka.

Kemakmuran sedikit demi sedikit musnah, kemiskinan pun melanda, banyak orang kelaparan dan kehilangan akal.
Kebiasaan buruk orang dahulu, tidak suka beribadah, mereka lekat dengan kemusrikan, kaum pecinta sesama ada di mana-mana, bahkan tidak ada hukum di dalamnya.

Saat itu Allah benar-benar murka dan menurunkan azabnya, berupa kekacauan dan kehancuran desa dengan tragedi meninggal massal.

Setelah itu, banyak orang yang meninggal mendadak, warga sekitar di landa dengan penyakit menular berupa HIV dan virus menular lain nya, hingga akhirnya seluruh warga terjangkit dan di rawat di rumah sakit ini.

Rumah sakit menampung sebagian besar dari warga yang butuh penanganan segera, bahkan masih ada banyak sekali warga yang tidak bisa di terima di rumah sakit karena banyaknya pasien.

Saat itulah kejanggalan terjadi! Pembunuhan tanpa jejak bermunculan, Kakek Darto adalah salah satu pasien yang meninggal karena pembunuhan tersebut, beliau lah saksi bisu kejadian saat itu.

Hanya saja, kakek Darto berbeda dari yang lain. Dia tidak pernah sekalipun menyekutukan Tuhan nya, yaitu dengan melakukan hal yang melanggar agama.
Oleh sebab itu banyak sekali orang yang membencinya karena dianggap sok suci.

🍃

Para dokter yang berada di rumah sakit, berubah menjadi sangat jahat. Dia membunuh satu persatu pasien sampai habis tidak tersisa.

Sebenarnya itu hanyalah jelmaan mahluk yang menyerupai dokter yang sedang bertugas. Dokter yang sesungguh nya sudah meninggal lebih dulu di dalam gudang yang terkunci.

Sampai saat ini, masih menjadi pertanyaan sejarah. Entah itu karena dendam atau ada hal lain.

Hingga akhirnya, desa ini menjadi desa mati. Tidak ada satu warga pun yang selamat, sawah-sawah, kebun-kebun dan tanah berjuta hektar mereka tinggalkan.

Rumah mewah dan uang yang banyak sudah tidak berguna lagi, hingga akhirnya terjadilah tsunami besar yang melanda dan menghancurkan desa ini.

Tetapi hanya rumah sakit inilah yang masih berdiri kokoh meskipun sudah banyak sekali kerusakan.
Terutama makam yang berada di atas jurang, itulah pemakaman luas yang masih tetap ada sampai sekarang, itulah tempat tinggal keluarga Bima.

Aku tidak tau, misteri keluarga bapak Bima itu, hingga mereka senang menjebak manusia yang sengaja mereka sesatkan.
Mereka menarik manusia agar bisa menjadi kelompok nya.

🍃

"Aku terbebas dari mereka saja sudah sangat bersyukur.
Aku tidak boleh mengeluh lagi, aku tidak boleh menangis lagi, aku sudah tenang disini dengan kakek Darto yang baik. Terlebih lagi pasti orangtua dan keluarga ku sudah lama mengikhlaskan kepergian ku.
Aku harus menerima kenyataan dan takdir yang Tuhan berikan untu ku saat ini. Lima tahun, aku telah bersusah payah mengiklaskan dan menerima takdir hidupku."

Aku berjanji pada diri sendiri, akan menghentikan pengendara mobil agar tidak memasuki wilayah ini, agar mereka tidak melanjutkan perjalanan. Aku yang mengalihkan perhatian mereka, tapi tak jarang mereka tidak bisa peka dan berfikir aku lah si hantu yang berusaha mengganggu perjalanan mereka.

🍃🍃🍃

POV_AUTHOR

"Bawalah satu jerigen minyak tanah ini untuk pengganti bahan bakar mobil," Kata Kakek.

Kami menoleh ke arah Kiara, dia sedang duduk di bebatuan besar di tepi sungai.

Kami ingin sekali menolong Kiara dan membawanya ikut pulang bersama, tapi kami tidak bisa melakukan apapun.

Bagaiamana dengan jasad Kiara nanti?

Apakah sempat kami membakar jasad anak perempuan itu sebelum gelap?


BERSAMBUNG

 TERJEBAK DI DUNIA LAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang