TDL 17 [Harapan] ☑️

545 45 21
                                    

"G r r r r h h!"

Mereka mengeluarkan suara aneh, yang menakutkan.
Suara yang terus mereka keluarkan di setiap langkahnya, membuat kami langsung menutup kedua telinga, sakit rasanya mendengar lengkingan keras itu.

Jantung berdetak kencang, spontan kami menahan nafas saat mereka semakin dekat dengan mobil.
Bau busuk menguar menembus ke dalam mobil, mual dan ingin rasanya muntah, namun sebisanya berusaha kami tahan.

"Cari di tempat lain, mungkin mereka tidak ada di sini!" Perintah bapak Bima.

Semuanya sangat patuh padanya dan perlahan menjauhi mobil.
Allhamdulillah, Allah masih melindungi kami, sehingga mereka tidak menyadari ada kami di dalam mobil.

🍃

Suasana semakin terang, padahal pagi bari saja datang, tetapi terasa sudah pukul duabelas siang.
Kami melihat ke luar melalui kaca mobil, dan memandang kesana kemari,memang tidak ada matahari yang terlihat.

"Ayo semua, nunduk!" Perintah Bayu.

Ternyata ada bapak Bima dan bapak Widi sedang berjalan, menuju kemari melewati mobil.

Apakah mereka sedang mencari mangsa selanjutnya lagi?
Bapak Bima dan bapak Widi sudah berlalu pergi dan tidak terlihat lagi.

"Ayo cepet turun, lanjuti ke tempat Kiara Bay!" Seru Radit.

"Tunggu, jangan turun dulu!"

"Kenapa, Nis?"

"Coba nyalain mobilnya sekarang Bay, siapa tau udah bisa hidup,"

"Iya Bay, siapa tau mobil kita mogok juga karna ulah mereka semua!" Sambung Firda.

"Oh, oke!"

Bayu memindahkan jasad Kiara ke Radit.
Ekspresi Radit berubah kaku seketika ketika memandangi wajah Kiara.

"Kamu takut, Dit?" Tanya Rina

"Ah, eng--engga kok!"

"Tahan takutnya, Kiara itu anak baik. Lihat lah, jasad nya berbau wangi dan seger kayak belum meninggal." Ucap Firda.

"Ngomong doang mah emang gampang, Fir!" Kesal Radit.

MESIN MOBIL BISA DI HIDUPKAN

Benar saja, mesin mobil sudah bisa hidup kembali. Akan ada harapan besar kami bisa keluar dari sini!

Mobil perlahan melaju keluar melewati dua pohon beringin yang berdampingan.
Dengan cepat mobil menuju ke tempat tinggal Kiara.

Jalan rusak membuat Bayu memelankan laju, sehingga waktu terasa sangat cepat berlalu.
Kami turun dari mobil dan menuruni jalan m licin dan terjal yang di penuhi bebatuan berlumut.

Mobil parkir tepat di atas jalan menurun.
Bayu bersusah payah menuruni jalan licin dengan berhati hati, karena kedua tangannya sedang membawa jasad Kiara.

Sedangkan Radit, memapah berjalan nya Brian yang semakin sulit di ajak berjalan.

"H u u h h !" Kami berhenti sejenak.

Sudah terlihat tempat tinggal Kiara, yang dimana ia tinggal di sebuah rumah sakit terbengkalai sudah lebih ratusan tahun yang lalu.

Mungkin dulunya wilayah ini adalah sebuah desa besar, tapi entah apa yang terjadi di masa lalu, sehingga wilayah ini menjadi jarak pemisah antara dua dunia.

Kami melanjutkan perjalanan dengan cepat, langit yang cerah berubah menggelap dalam beberapa detik saja.

Kami memanggil nama 'Kiara' saat kami sampai di depan bangunan besar rumah sakit, karena kami tidak berani masuk tanpa Kiara.

Mengapa Kiara tidak menampakan diri dan menemui kami? Dimana dia?

Di samping gedung, terdapat sungai kecil yang mengalir jernih, tepatnya ada di dasar jurang yang menjulang tinggi.

"Ayo Bay, bertindak cepet! Kiara kan berpesan supaya kita membakar jasadnya? Setelah itu, kita bisa cepet pergi dari tempat ini." Kata Rina.

"Iya, tapi dengan cara apa? Kita cuma punya korek api! Bahan bakar pun kita nggak punya." Jawab Bayu.

"Ayo Dit!"

"Kemana?"

"Kita masuk!"

Bayu meletakan jasad Kiara dan menarik tangan Radit segera.

"Kita harus masuk, siapa tau di dalem ada sesuatu. Kalian tunggu disini!"

Akhirnya kami setuju dan menunggu mereka keluar.

🍃

Cukup lama, mereka belum juga keluar dari dalam.

30 menit berlalu.

Kami sudah tidak sabar menunggu.
Baru saja hendak melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam, mereka keluar dengan wajah pucat.
tiba-tiba mereka berlari sekuatnya dengan membawa dua jerigen berkuran besar.

Apa yang mereka bawa?
Kenapa mereka lari ketakutan?

🍃

BERSAMBUNG.

 TERJEBAK DI DUNIA LAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang