TDL 18 [Ketakutan Radit dan Bayu] ☑️

583 40 21
                                    

Aku memundurkan langkah, diikuti oleh Firda dan Rina.

Bayu dan Radit nyaris tidak bisa menghentikan langkah kakinya, mereka terus berlari ketakutan dengan nafas tersengal.

Sementara jerigen yang mereka bawa, di letakan di lantai dengan asal, entah apa isi di dalam jerigen tersebut, kami belum sempat bertanya, karena mereka masih sibuk mengatur nafasnya yang tidak beraturan.

"Kalian kenapa sih?"

Aku mendekat dan menjongkokan badan ku, sementara Brian masih di jaga oleh ketat Firda dan Rina.

Lagi dan lagi, mereka tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Aku bangkit dan mendekati Rina.

Ku tatap dalam-dalam, mata Brian yang terlihat kosong. Jangankan merespon, mengedipkan matanya saja tidak bisa Brian lakukan.

Sebenarnya kenapa dengan Brian?

"Ya Allah sembuhkanlah Brian,
berikan kemudahan kami, agar kami semua bisa pulang dengan selamat."

Aku mengusap airmata yang tertahan, aku tidak tega melihat Brian seperti ini. Airmata sukses luruh, begitupun dengan Firda dan Rina yang sedari tadi memperhatikan ku.

🍃

"Nis, ayooo bantu kita!"

Bayu mengejutkan ku. Entah kapan mereka bangkit dari tempat duduknya. Radit dan Bayu sudah berdiri di pinggir sungai, sudah tidak ada lagi ketakutan di wajah mereka.
Aku berusaha membantunya membawa satu jerigen ke pinggir sungai.

Sedangkan Bayu mengambil jasad Kiara yang masih tergeletak di lantai.

"Berat, Dit!"

Jerigen ini memang sangat berat, tidak terbayang bagaimana Bayu dan Radit membawa jerigen sambil berlarian seperti tadi.

"Apa isi di dalam jerigen ini?"

Rina bertanya, menghampiriku dan berusaha membantu.

"Minyak tanah." Jawab singkatnya.

Rina tidak berani bertanya lagi, meskipun ada banyak pertanyaan yang ingin di tanyakan kepada mereka.

***

Bayu membaringkan jasad Kiara di tepi sungai. Dua jerigen sudah siap untuk di tuangkan ke tubuh anak perempuan itu. Kami yang hendak melalakukan nya pun tidak tega, tapi ini lah permintaan Kiara pada kami.

Radit mengeluarkan korek api di dalam tas kecilnya, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.
Suasana pun berubah menggelap, langit yang sudah mendung, berubah menjadi hitam.

Secepatnya, Bayu memindahkan jasad Kiara. Dua jerigen itu pun, di bawa kembali dengan berusah payah.

Kami berlari dan berteduh di tempat semula.

"Kenapa selalu seperti ini, ya Allah,"

Ku sandarkan tubuhku di dinding, kedua tangan menutup wajahku. Ada rasa sedih di dalam hati, karena Allah belum mengizinkan kami untuk pulang.

***

Langit menggelap, rasa dingin mendadak kami rasakan, karena angin kencang yang tak henti-hentinya, hujan semakin deras, sehingga membuat suasana di hutan semakin mencekam.

Kilat petir terdengar begitu keras, bahkan cahaya petirnya menyambar pohon sekitar.
Kami menutup kedua telinga, karena kerasnya suara petir yang menggelegar, kecuali Brian. Seolah pendengaran nya tak mampu menangkap suara.

"Bay, ceritain ke kita. Ada apa di dalam, sampe kalian ketakutan tadi!" Desak Firda memecah suasana.

"Jangan ungkit lagi," Jawab Radit.

"Lalu kita harus ungkit hal apa? Masa kalian mau nutupin ke kita?"

"Fir, tapi ini bukan waktu yang tepat buat cerita," Sambung Bayu.

"Terus waktu yang tepat itu kapan? Kalo kita udah pulang ke rumah?" Sewot Rina.

Bayu mendekati kami, kemudian di ikuti Radit

"Sebenarnya, kita hampir tersesat di dalam!" Bisik Bayu.

"Tempatnya sangat luas dan banyak sekali ruangan di dalam. Kita memasuki ruangan satu persatu.
Allhamdulilah, belum sempet kita ngecek semua ruangan, Bayu udah nemu ruangan tempat menyimpan barang-barang, nah disana ada banyak sekali jerigen. Kebetulan, isinya ternyata minyak tanah!" Radit menjelaskan.

"Terus, kenapa kalian lari?"

"Nah itu masalahnya, pas kita nyari sampe nemuin tuh minyak tanah, memang aman.
Tapi pas kita mau keluar lagi, semua jalan yang kita lewati berubah total. Ruangan yang udah pernah kita masuki pun berpindah acak."

"Bukan hanya itu, disana kita denger banyak banget suara orang.
Mulai dari suara tangisan bayi, suara wanita tertawa melengking, jeritan wanita yang sedang merintih kesakitan dan bayangan hitam di dinding yang mencoba menghalangi kami keluar! Makanya kita lari," Jelas Bayu.

Kami yang mendengarkan nya pun ikut merasakan betapa takutnya Bayu dan Radit. Apalagi mereka lari dengan membawa beban berat, jerigen berisi minyak tanah.

Kami yang mendengarnya saja pun ikut merinding.

"Mungkin kalo ada Kiara, kita nggak mungkin kayak gini, ya!"

Dimana sebenarnya Kiara?

🍃

Bersambung..

 TERJEBAK DI DUNIA LAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang