Mine?

446 14 4
                                    

Rendra : "Kalian kok telat datangnya? Habis ngapain?"

Gue melirik kecil ke arah tempat duduk Leon. Tepat di hadapan gue. Sedangkan GG di samping kanan gue. Sedangkan kursi lain ditempati oleh keluarga lainnya.
Dan mama Leon. Beliau meninggal tiga tahun lalu akibat kecelakaan mobil. Tadi Leon sempat menceritakan waktu di perjalanan, ketika gue bertanya kenapa waktu acara ultahnya gue gak lihat mamanya.
Mungkin salah satu alasan juga kenapa Leon sangat sayang kepada perempuan. Bahkan hal ini diakui oleh om Rendra. Karena Leon sangat menghormati sosok mamanya. Dan mungkin juga, karena alasan ini Leon malah dikenal playboy oleh kalangan perempuan di luar sana.

Selain Leon yang gue pastikan reaksinya, gue pun memastikan ekspresi GG.
GG diam. Gak menunjukkan ekspresi wajah entah itu kesal, marah, ataupun curiga. Datar seperti biasanya. Semakin membuat gue takut untuk berkomentar jika ditanya oleh om Rendra nanti.

Rendra : "Kok kalian diam aja? Kenapa? Ada rahasia diantara kalian sebelum perjalanan kemari."

Tanya beliau kembali ketika belum juga mendapatkan jawaban dari kami berdua.

Mau jawab apa gue? Bingung. Takut juga kalau gue dan Leon malah salah ngomong.

Leon : "Aku sama Olive tadi ada insiden kecil di jalan pa."

Giselle : "Insiden apa?"

GG bertanya dengan nada panik. Ada raut khawatir juga. Heboh banget si GG. Biasalah! Padahal gue terlihat baik-baik aja.

Leon : "Bukan hal serius kok, kak. Cuman tambal ban bentar."

GG menghembus napas legah.

Giselle : "Olive.."

Olive : "Iya G."

Olive : "Kamu kenapa diam aja?"

Olive : "Oh? Em gak papa G."

Astrid : "Jadi kamu calon tunangannya Leon?"

Glek.

What? Calon tunangan?

Siapa bilang? Ini kalau gak salah Tante nya Leon. Adik kandung om Rendra.

Giselle : "Maksud ibu?"

Astrid : "Maksud saya, pasti kamu sudah tahu Giselle. Bukankah kita sudah membicarakan hal ini bersama kak Rendra."

Giselle : "Maaf tapi saya belum mengetahui hal ini. Kapan kita membicarakannya?"

Rendra : "Waktu itu saat ultahnya Leon. Perkataan saya waktu itu bukan hanya sekedar gurauan. Saya serius untuk menjodohkan Leon dan Olive. Lagipula papa kam..."

Giselle : "Maaf pak. Tapi, saya rasa undangan makan malam ini tidak ada kaitannya dengan masalah perjodohan Olive dan Leon. Dan seingat saya tidak ada kesepakatan diantara kita mengenai hal ini. Jadi kita tidak bisa membicarakan nya hanya sepihak. Saya pikir makan malam nya sudah berakhir. Saya dan Olive sebaiknya pamit pulang. Terimakasih atas undangan makan malamnya. Hidangannya sangat lezat. Kami permisi."

GG berpamitan seraya membungkuk rendah. Gue menatap om Rendra, Leon dan juga keluarganya dengan perasaan bersalah. Gak ada pilihan gue harus ikut GG pulang. Demi apa pun gue merasa suasana nya benar-benar berubah menjadi mencekam. GG tidak berpaling. Berjalan tegas tanpa memperdulikan tatapan mengintimidasi dari om Rendra beserta keluarganya.

Sedangkan Leon, ia terlihat sedih dan kecewa. Sepertinya dia udah bisa menebak reaksi GG.
GG gak akan pernah setuju dengan perjodohan itu. Bahkan gue aja gak tahu kalau gue dijodohin. Jangankan gue, GG aja heran. Benar-benar gak habis pikir gue. Om Rendra gercep banget.

Sekarang kita lagi dalam perjalanan pulang. GG terlihat serius menyetir. Dan ada perasaan aneh. GG gak tenang. Ia seakan sedang berpikir keras akan satu hal.

MY POSSESSIVE SISTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang