Kejelasan

3.4K 272 1
                                    

'Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu.' - Hadits riwayat At-Tirmidzi

-------------------------

Berada di satu mobil bersama Haikal sangat membuat Shanin canggung. Benarkah pria disampingnya adalah sosok yang sangat dia idolakan sejak dulu. Haikal yang dulu dan sekarang sama saja, selalu bersikap cuek kepadanya.

Bedanya hanya, mungkin saat ini mereka sudah terikat oleh sebuah hubungan. Tetapi entah hubungan yang seperti apa. Kedua keluarga mereka hanya bertemu kemudian membicarakan tentang pernikahan.

"Kak," ucap Shanin memulai pembicaraan.

"Hm?"

"Sebenarnya Shanin belum siap untuk menikah akhir bulan ini sesuai permintaan tante Mila," jujurnya.

"Terus kapan?" tanya Haikal.

"Emang kakak udah siap ya menikah secepat itu sama Shanin?" tanya balik Shanin.

Haikal masih terdiam dan belum menjawab pertanyaan Shanin.

"Berikan satu alasan kenapa kakak milih Shanin," kata Shanin lagi sebelum Haikal sempat menjawab pertanyaan sebelumnya. 

"Harus dijawab?" kata Haikal setelah menghentikan mobilnya di lampu merah.

"Iya dong, soalnya kan kakak dulu nggak pernah suka sama Shanin. Kenapa tiba-tiba sekarang mau," kata Shanin mengingatkan.

"Kok nggak dijawab?" protes Shanin menunggu jawaban.

Haikal kembali mengemudikan mobilnya dan hanya mengabaikan perkataan Shanin.

"Nggak dulu, nggak sekarang. Tetep aja dicuekin!" kesal Shanin.

"Kak??" panggil Shanin lebih lembut.

"Pokoknya, saya mau menikah akhir bulan ini seperti permintaan Mama," jawab Haikal.

"Kok nggak nyambung jawabnya? Shanin kan tanya kenapa kakak mau nikah sama Shanin." Shanin masih belum puas dengan jawaban Haikal.

"Mama sakit parah. Kanker darah. Mungkin usianya nggak akan lama lagi. Saya cuma mau menuruti permintaan mama, saya ingin beliau bahagia," jawab Haikal yang masih fokus mengendarai mobilnya.

"Jadi cuma karena mama? Terus kebahagiaan Shanin gimana?" tanya Shanin menahan kesal dan sedih secara bersamaan. Terlihat benar kekecewaan yang mendalam dari gadis itu.

Namun Shanin berusaha menegarkan hatinya. "Kenapa nggak nikah sama Hanum aja?" tanyanya.

"Saya nggak tahu dia ada dimana."

Hanum adalah teman dekat Haikal semasa SMA dahulu. Yang Shanin tahu, hanya Hanum lah satu-satunya wanita yang paling akrab dengan Haikal.

Berbeda dengan Shanin yang baru hijrah dua tahun yang lalu, Hanum sudah menjadi wanita yang taat beragama sejak duduk di bangku SMA. Dulu Hanum juga termasuk ke dalam 20% perempuan di sekolahnya yang sudah mengenakan hijab.

"Berarti, kalau ada Hanum. Kakak akan nikah sama dia?"

"Dia cuma sahabat."

FLASHBACK

"Haikal, kamu yakin akan kuliah ke Amsterdam?"

"Iya Hanum. InsyaAllah, setelah pendidikan dokter aku selesai. Aku akan datang untuk ngelamar kamu," kata Haikal meyakinkan Hanum.

Shanin yang mendengar perbincangan mereka hanya bisa menyandarkan tubuhnya dengan lemas di balik pohon. Tidak akan ada Haikal lagi di sekolah ini, bahkan di kota ini. Dan dia juga harus berusaha menghapus nama Haikal di dalam hatinya.

FLASHBACK END

Setelah kepulangannya dari Amerika. Haikal tidak pernah menemukan keberadaan Hanum. Entah kenapa tiba-tiba Hanum memblokir semua kontaknya. Dan dari informasi yang Haikal dapat dari teman-temannya adalah kenyataan bahwa Hanum telah menikah dan tinggal bersama suaminya di kota Yogyakarta. Suaminya adalah seorang dosen di salah satu Universitas di kota kecil tersebut.

"Shanin tetep gak siap untuk menikah akhir bulan ini. Ini terlalu buru-buru, apalagi Shanin juga masih ragu sama kakak," ujar Shanin.

"Permisi. Assalamualaikum." Shanin langsung keluar dari mobil tepat setelah Haikal menepikan mobilnya di depan gerbang Universitas Kesatuan Bangsa.

Beberapa teman Shanin pun terkejut saat melihat Shanin diantar oleh seseorang yang mengendarai mobil seharga milyaran rupiah tersebut.

"Lo sama siapa?" bisik Febi dengan kegirangan.

"Sopir grab!" jawab Shanin kemudian langsung berjalan meninggalkan teman-temannya.

Febi yang merasa ada yang aneh dengan sikap Shanin langsung mengejarnya.

"Kok cemberut?" tanya Febi.

"Nggak papa kok," jawab Shanin tersenyum.

"Jadi gimana soal calon suami kamu?" tanya Febi.

"Dia lelaki idaman gue banget," ucap Shanin.

"Bagus dong. Jadi kapan kalian menikah?"

"Soal itu, masih gue pikir-pikir lagi feb. Gue tiba-tiba ngerasa ragu dan belum pantes aja. Secara dia dokter, sedangkan gue?"

"Jangan insecure gitu dong. Justru Allah itu memberikan kita jodoh untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain," ucap Febi memberi semangat.
.
.
.
.
.
.
.
Next lagi dong 😍❤

Kekasih Halal HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang