Sebuah Cerita

2.6K 181 2
                                    

"Haikal, Shanin. Makasih ya udah nganter kami pulang. Sepanjang hari aku selalu ketakutan karena mantan suami aku kembali mengusik kehidupan kami," ucap Hanum masih sambil menggendong anaknya yang tertidur.

"Iya sama-sama. Kalau gitu kami langsung pulang ya. Assalamualaikum." jawab Shanin tersenyum. 

Shanin menghembuskan nafas lega karena akhirnya bisa mengatasi kecemburuannya dengan Hanum. Dia tahu betul wanita seperti apa Hanum itu. Wanita cerdas dan taat agama sejak dulu. Karena itu juga, Hanum adalah orang pertama yang pernah mendapat tempat di hati Haikal. Namun kini Hanum benar-benar sedang diuji dengan masalah yang begitu berat. Shanin sendiri tidak tahu apakah Hanum mampu melewati semua itu sendiri.

Semenjak bertemu Hanum di pemakaman beberapa hari yang lalu, Haikal juga menjadi lebih sering melamun. Shanin tidak tahu, apakah Haikal merasa menyesal menikahinya atau tidak.  Tetapi bagaimanapun juga hubungan pernikahan mereka harus tetap baik-baik saja. 

Keesokan harinya, Shanin merasa bosan karena hanya berada di rumah sepanjang hari. Toko kue tempat kakaknya juga sedang tutup untuk beberapa hari ini. Dia mengirim banyak pesan ke Haikal tapi hanya centang satu. Sesibuk itu kah menjadi dokter, pikirnya.

To : HUSBAND

Assalamualaikum kak.. 

Boleh nggak Shanin bawain makan siang ke rs?

Lagi sibuk ya?????

Kakk hallo, kapan online sih.

Oke. Shanin ke rs langsung aja ya.

Iloveyou.

***

Shanin turun dari taksi sambil membawa sekotak makanan. Setelah kecelakaan tempo hari, Abram tidak mengizinkannya lagi untuk naik motor. Sehingga itu membuatnya harus menaiki taksi setiap hari.

"Pagi Suster Sarah. KakHaikal ada?" tanya Shanin kepada salah seorang perawat yang ia kenal.

"Dia baru selesai operasi pasien tadi. Sepertinya sekarang baru solat di mushola."

"Oh oke. Makasih ya infonya."

"Siap," jawab Suster Sarah sambil berlalu pergi.

Sesampainya di depan mushola. Shanin duduk di depan kolam ikan yang terletak di luar mushola tersebut. Dia meletakkan kotak makan di sebelahnya dan mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Akhir-akhir ini Shanin memang sangat suka mengarang cerita karena banyaknya waktu luang.  Tetapi sebelum itu dia mengirim pesan kepada Haikal bahwa dia menunggunya di depan mushola. Meskipun entah pesan itu akan dibaca atau tidak.

Tiba-tiba seorang pria yang mengenakan jas dokter duduk di sebelahnya sambil berbicara dengan seseorang di telepon. Dan itu benar-benar mengganggunya yang sedang asik menulis cerita.

"Iya bro, aman! Ini gue udah pindah ke Jakarta. Salah satu rumah sakit terbaik juga disini," ucapnya.

Shanin menoleh ke arah pria itu dengan kesal. Namun dia juga sedikit terkejut karena pria itu adalah pria yang menolongnya dan Hanum kemarin.

"Kamu??" ucap Shanin terkejut.

Dimas menoleh ke arah Shanin dan tidak lama setelah itu langsung menutup teleponnya, "Oke udah dulu ya ntar gue telepon lagi."

"Heyy ketemu lagi kita. Kamu ngapain disini?" tanya Dimas dengan ekspresi senang.

Baru Shanin akan membuka mulutnya untuk berbicara. Namun tiba-tiba Haikal keluar dari mushola dan menghampirinya. "Shanin," panggilnya.

Shanin langsung menoleh dan segera menghampiri Haikal. "Ini, aku bawain makan siang."

"Yaudah ayo ke kantin."

Haikal memakan gurameh goreng dengan sayur buncis tersebut dengan lahap. Sepertinya dia menyukai makanan tersebut. 

"Enak," ucapnya.

"Iya. Shanin gofood tadi." Haikal langsung menghentikan kunyahannya saat mendengar jawaban Shanin. Ekspresi Haikal mendadak berbeda. Apakah karena mengetahui bahwa itu bukanlah masakan Shanin sendiri.

"Kenapa gak masak sendiri?" tanyanya masih berusaha santai dan melanjutkan makannya.

"Em..itu. Shanin kan belum pandai masak. Jadi daripada nggak enak,-"

"Kan banyak waktu luang untuk belajar. Kamu lagi nggak ada kegiatan apa-apa kan?" 

"Iya. Kapan-kapan Shanin belajar ya," jawab Shanin tersenyum.

***

Sementara itu Dimas yang masih berada di depan mushola terlihat serius membaca sebuah buku yang diisi dengan tulisan tangan. Yang tidak lain itu adalah buku Shanin yang tidak sengaja tertinggal.

Takdir Allah benar-benar masih menjadi misteri hingga saat ini. Rasa cinta memanglah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada hambanya. Tapi yang  menyedihkan adalah jika cinta ini tak pernah terbalas. Sampai saat ini aku tidak tahu, apakah dia benar-benar mencintaiku yang sudah menjadi kekasih halalnya ataukah dia masih berharap kepada cinta pertamanya. Lalu apa tujuan pernikahan itu jika dia masih memikirkan wanita lain?

"Kembalikan buku saya!" teriak Shanin sambil berjalan ke arah Dimas.

Dimas berdiri dan tersenyum ke arah Shanin, "Penulis ya?"

Shanin tidak menjawab dan berusaha merebut buku tersebut. Namun dia malah menaikkan tangannya. "Nulis kisah nyata??"

"Bukan urusan kamu." Shanin masih berusaha merebut buku itu, namun Dimas terus menghindarkan buku tersebut dari tangan Shanin.

"Ehem.." tiba-tiba Haikal hadir mengejutkan mereka.

"Dokter Dimas. Tolong jangan ganggu istri saya," ucap Haikal sambil menatap sengit.

Shanin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk merebut bukunya kembali dan langsung memasukannya ke dalam tas.

Dari sorot mata Dimas, dia terlihat kesal dan kecewa saat mengetahui ternyata Shanin adalah istri dari Haikal. 


BERSAMBUNG..


Jadi gimana ceritanya?? Hehe

Jangan lupa vote&comment yaa



Kekasih Halal HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang