Where is Abram?

3K 233 2
                                    


"Aku tidak sabar menunggu hari itu tiba. Hari dimana kita saling memiliki satu sama lain."- Shanin Lalitha.

-------------------------------------------------------


"Mas, kamu nggak boleh kasar gitu dong sama Shanin! Setiap orang itu punya kemampuan yang berbeda."

"Semua orang bisa kalau berusaha! Tapi dia emang nggak ada niat untuk merubah semua itu kan?!"

"Tapi mas, terlalu memaksa dia seperti itu juga nggak  baik. Toh banyak kok orang yang sukses meskipun dia lulusan SMA. Semua orang punya bakat yang berbeda."

"Aku melakukan ini semua untuk kebaikan dia!" Abram mulai mengeraskan nada bicaranya kepada istrinya. 

"Sorry, aku harus menenangkan diri untuk sementara waktu." Abram memasukkan beberapa pakaian ke dalam tas ransel kemudian berjalan keluar kamar.

"Kamu mau kemana mas?" Auliya berusaha menghentikan Abram, namun suaminya itu tetap kokoh dengan pendiriannya.

"Nggak lucu tau nggak mas?! Jangan kaya anak kecil gini dong!" bentak Auliya. Namun Abram telah masuk ke dalam mobilnya kemudian keluar dari gerbang rumah.

Auliya tidak bisa berbuat banyak. Kini dirinya hanya termenung di ruang tamu sembari menunggu Shanin pulang. Tidak lama kemudian, Shanin memasuki rumah dan terkejut saat melihat Auliya meneteskan air mata.

"Kakak kenapa?" tanyanya.

"Mas Abram pergi Shanin," jawabnya sembari menghapus air matanya.

"Apa?!" Shanin terkejut dan tidak tau harus berkata apa selain meminta maaf. "Pasti ini semua karena Shanin. Maafin Shanin ya kak," ucapnya.

"Nggak papa. Nanti kalau pikirannya sudah tenang, dia juga akan pulang." Auliya tersenyum sambil memegang salah satu tangan Shanin. 

****

SATU MINGGU KEMUDIAN

Sudah tepat satu minggu namun Abram belum juga pulang. Bahkan dia tidak pernah datang ke kantor. Abram hanya memantau perusahaannya melalui email dari beberapa karyawannya. Selama Abram tidak hadir dikantor, dia mempercayakan beberapa orang kepercayaannya untuk mengawasi pekerjaan kantor serta pabrik. Sehingga perusahaannya tetap berjalan lancar.

Shanin dan Auliya pun sangat khawatir karena Abram tak kunjung pulang. Padahal sebentar lagi Shanin akan melangsungkan pernikahan. Padahal Abram harus menjadi wali nikah Shanin. Nomor hp-nya juga tidak bisa dihubungi hingga saat ini.

Tidak tahu harus mencari kakaknya dimana. Akhirnya Shanin memutuskan untuk pergi ke RS Global Keluarga untuk menemui Haikal.

"Sus, saya mau ketemu dokter Haikal."

"Mohon maaf mbak. Dokter Haikal sedang melakukan tindakan operasi," jawab salah satu suster tersebut.

"Ada perlu apa ya mbak?"

"Nggak papa sus. Bilangin aja, saya nungguin disini ya," kata Shanin kemudian duduk di ruang tunggu.

Setelah Shanin pergi, ketiga suster dibagian informasi tersebut mulai membicarakannya.

"Siapa sih itu?!" tanya suster Tina.

"Biasa lah. Kan kalian tau sendiri dokter Haikal itu pasiennya banyak. Kadang ada yang nggak mau kalau nggak diperiksa sama dokter Haikal!" sambung suter Gina.

"Yakin dia pasiennya?' tanya suster Tina lagi yang memperhatikan Shanin tampak sehat.

"Iya lah. Siapa lagi? Selama ini dokter Haikal nggak pernah pacaran kan?!" sambung suster Diah.

Beberapa saat kemudian Haikal mendatangi mereka dan ketiganya sama-sama salting saat melihat Haikal dihadapan mereka. "Saya ada janji sama berapa pasien lagi sus?" tanyanya.

Belum sempat suster itu menjawab, Shanin langsung menghampiri mereka saat melihat sosok Haikal berdiri disana.

"Kak Haikal."

"Shanin?" Haikal terkejut dengan kehadiran Shanin. Ketiga suster tersebut juga merasa cemburu saat mengetahui ternyata Haikal mengenali Shanin.

"Pernikahan kita sebentar lagi tapi Kak Abram belum juga pulang, Shanin nggak tau harus cari dia kemana!"

Ketiga suster tersebut terkejut dan saling menatap saat Shanin menyebut kata pernikahan. Haikal yang tidak ingin privasinya diketahui orang pun langsung mengajak Shanin bicara diluar. "Ayo kita bicara diluar," kata Haikal kemudian berjalan mendahului Shanin.

Setelah Haikal dan Shanin pergi, ketiga suster tersebut langsung menempelkan kepalanya diatas meja dengan lesu.

"Hari patah hati serumah sakit di Indonesia," ucap suster Tina kemudian dijawab anggukan lemas kedua temannya.

Sementara itu Haikal dan Shanin masih bingung memikirkan keberadaan Abram berada saat ini. Tiba-tiba Shanin teringat dengan Pamannya di Jogja. Mungkin saja saat ini Abram berada di sana. Cuma Paman Ahmad lah satu-satunya orang yang sangat dekat dengan kakaknya tersebut.

"Kak aku tau,-"

DRTT..DRTTT 

Tiba-tiba handphone Haikal berdering. Shanin langsung menghentikan ucapannya dan membiarkan Haikal mengangkat telepon.

"Iya, hallo?"

"Dokter, pasien di kamar Firdaus nomor 5 kritis!"

"Baik, saya segera kesana."

"Nanti sepulang kerja aku datang ke rumah kamu oke? kita bicarain masalah ini." Shanin mengangguk dan membiarkan Haikal untuk menangani pasiennya. Setidaknya sekarang Shanin bisa menebak keberadaan Abram.

.

.

.

.

Siapa yang nggak sabar nungguin part Haikal sama Shanin menikah dan uwu-uwuan jadi suami istri. Jgn lupa vote dan komen nya yaa biar makin semangat nulis, hehe xD

Next---->



Kekasih Halal HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang