Setelah sah menjadi istri Haikal, Shanin harus mengikuti kemanapun Haikal pergi. Tentu saja, karena Haikal sekarang sudah menjadi imamnya. Tapi malam ini Haikal yang menemani Shanin untuk tidur di rumah Abram. Karena baru tadi sore Shanin di bolehkan pulang dari Rumah Sakit dan dia juga belum mengemasi barang-barangnya.
"Silahkan masuk kak," kata Shanin sambil membuka pintu kamarnya. Ini adalah pertama kalinya ada lelaki yang masuk ke kamarnya selain Abram kakaknya.
Haikal tersenyum dan melangkah masuk ke kamar Shanin. Sesampainya di dalam mereka sama-sama duduk di ujung ranjang. Haikal memperhatikan setiap sudut kamar Shanin yang tertata dengan rapi. Sedangkan Shanin yang merasa gugup hanya meremas sprei kasur dengan erat.
'tenang Shanin tenang..., kalian udah halal.' batin Shanin.
Shanin berdiri dan mengambil handuk dari dalam almari, kemudian menyerahkannya ke Haikal. "Ini kak handuknya kalau mau mandi," ucapnya.
"Kamu nggak mandi?" tanya Haikal.
"Kakak duluan aja," jawab Shanin dengan segera.
"Oh..oke." Haikal bangkit dan menerima handuk dari Shanin.
"Makasih ya."
Setelah Haikal masuk ke kamar mandi, Shanin langsung bernafas lega. Betapa groginya hari pertama menjadi seorang istri. Beberapa kali Shanin menepuk-nepuk dadanya yang berdetak tak karuhan. Hingga tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari Abram.
"Kenapa kak Abram?" tanya Shanin.
"Hehe sorry. Kakak ganggu ya?"
"Enggak. Kenapa kak?"
"Ini kakak mau minjemin kaos buat Haikal." Abram mengulurkan sebuah kaos yang sudah dilipat rapi.
"Oh iya. Makasih ya kak, Assalamualaikum." Shanin langsung menutup pintu tersebut tanpa menunggu jawaban dari Abram.
"Dasar..pengantin baru," kata Abram sambil menggelengkan kepala.
Shanin langsung berjalan ke depan pintu kamar mandi dan mengetuknya pelan. "Kak, Shanin mau ngasih kaos dari kak Abram." ucapnya pelan.
Tanpa terduga, Haikal langsung membuka pintu kamar mandi dan menampakkan dada bidangnya. Sedangkan bagian bawahnya terbungkus handuk berwarna putih.
"Astaghfirullahal'adzim!" refleks Shanin langsung menutup mata dan berbalik arah sambil tangannya mengulurkan pakaian milik Abram.
Haikal sendiri pun hampir lupa jika saat ini dirinya sudah berstatus sebagai seorang suami.
"Eh maaf-maaf!" Haikal mengambil baju dari tangan Shanin dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.
"Loh..bukannya udah halal ya?" kata Haikal kepada dirinya sendiri. Detik selanjutnya Haikal hanya tertawa kecil mengingat kejadian tadi.
***
Untuk pertama kalinya mereka melaksanakan solat isya' bersama secara berjamaah. Di akhir solat pun Shanin tidak lupa untuk mencium tangan Haikal.
"Kak, bimbing Shanin ya," ucap Shanin.
"InsyaAllah Shanin," jawab Haikal tersenyum. Kemudian dia mendekatkan kepalanya dan mencium dahi Shanin dengan lembut.
Shanin tersenyum haru menatap Haikal. Dia tidak menyangka akan berjodoh dengan laki-laki yang sangat dia impikan sejak dahulu. Laki-laki yang dulu tidak pernah meliriknya sama sekali. Kini dia ada bersamanya, InsyaAllah akan bertahan sampai surga-Nya nanti.
"Makasih ya kak udah milih Shanin."
"Allah yang memilihkan kamu untukku Shanin," jawab Haikal tersenyum. Haikal sendiri juga merasa terharu saat melihat ketulusan wanita dihadapannya ini yang sudah mencintainya sejak lama.
"Yaudah kamu tidur duluan aja, aku mau baca Al Qur'an dulu." Haikal meraih Al Qur'an yang terletak di atas meja dan kembali duduk bersila di atas sajadah.
Shanin tekejut dan hanya mengangguk. Dia pikir malam ini mereka akan...ah sudahlah. Setidaknya Shanin merasa sedikit lega karena Haikal tidak melakukan apapun padanya. Lagi pula Shanin sendiri juga masih belum siap untuk mempunyai anak.
Lantunan ayat suci yang dibacakan Haikal lama-lama membuatnya mengantuk hingga akhirnya dia terlelap.
Setelah sekitar setengah jam mengaji, Haikal langsung berbaring di samping Shanin yang bahkan masih belum melepas jilbabnya. Entah dia lupa atau memang sengaja karena masih merasa malu.
.
.
.
.
Semoga tetap setia membaca ya manteman. Jangan lupa penasaran sama kisah dan konflik mereka selanjutnya :* :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal Haikal
Roman pour AdolescentsShanin sangat terkejut bahwa laki-laki yang datang melamarnya adalah Dr. Haikal Fahreza Ibrahim, ketua OSIS yang dulu sangat dia kagumi. Dulu maupun sekarang, Haikal masih terlalu sempurna untuk Shanin. Haikal yang dewasa dan Shanin yang kekanakan...