SUNOO tiba-tiba saja mengejang tanpa peringatan. Jungwon yang sedari tadi masih mendengarkan permintaan orang asing keturunan penyihir Kim itu hanya bisa terpaku. Tubuh yang tadinya kaku sudah bisa bebas bergerak.
"Hey! Kenapa? Kau kenapa?!" Jungwon terus menggoyang-goyangkan kasar kedua bahu Sunoo tapi yang ditangkap pandangannya hanya bola mata Sunoo yang memutar ke atas tergantikan warna putih sepenuhnya.
Sesaat kemudian, sebuah tubuh transparan seorang perempuan melayang dari tubuh Sunoo, sebelah matanya mengerling pada Jungwon. Samar-samar penyihir muda itu bisa melihat dari gerak bibir arwah tersebut berkata,
'Jay berhak bahagia. Bahagiakan dia.'
Lalu berikutnya tubuh Sunoo ambruk dalam pelukan Jungwon. Cepat-cepat Jungwon membaringkannya ke ranjang yang dipenuhi boneka. Ia menyeka keringat Sunoo dengan memakai sihir penyembuh miliknya.
Badan Sunoo panas sekali seolah baru saja berjalan lama di bawah terik sinar matahari. "Jadi kau bukan penyihir keturunan Kim ya?" gumamnya kecewa.
Ia sadar dengan cepat bahwa Sunoo hanya merupakan wadah dari arwah penyihir Kim; perempuan cantik berambut panjang pirang bergelombang tadi. Di sekolah sihir, anak itu pernah mempelajarinya.
Ada beberapa penyihir tingkat atas yang ketika sudah mati, bisa keluar masuk dalam wadah baru. Dengan syarat tubuh itu memiliki darah Kim yang mengalir dalam dirinya.
"Kenapa harus Jay? Kenapa juga perempuan itu memanggilku kesini? Apa hubungannya dengan Jay?" gumam Jungwon sambil mengelus dadanya sendiri yang terasa semakin sesak saja.
Untuk waktu yang cukup lama dia bertahan disana, mengamati isi kamar dan hasil coretan gambar Sunoo di tembok juga kertas yang ditumpuk di nakas coklat samping ranjang.
Sebuah rintihan mulai terdengar beberapa menit kemudian. Itu adalah Jay yang sudah mulai sadar. Dia mendudukkan diri perlahan, memegang tengkuknya yang terasa kaku dan kebas. Ia baru saja dibanting oleh Sunoo dan fisiknya tidak terlalu bisa diandalkan untuk menangani hal itu.
"Jungwonnie?" panggil Jay dengan suara serak setengah merintih.
Jungwon yang masih asyik mengamati hasil gambar Sunoo menoleh padanya. Anak itu memberikan senyuman lembut pada Jay, merasa sedikit bersalah karenanya, Jay harus rela dibanting-banting dan dipermainkan Sunoo, meskipun itu bukan keinginan dari Sunoo sendiri.
"Masih sakit kah? Kalau iya aku akan mengobatimu." Jungwon mendekat dan berlutut di depan Jay.
"Harusnya aku yang bertanya, wajahmu pucat. Kau baik-baik saja kan?" Entah mendapat dorongan darimana. Ini pertama kalinya Jay peduli pada orang lain selain sahabat-sahabat dekat dan orang yang memang berarti di hidupnya.
Tangannya membelai wajah Jungwon lembut, memancing senyuman manis dari yang lebih muda. Jungwon meletakkan tangannya balik ke wajah Jay, mengusap wajah tampan berahang tegas itu.
"Aku baik-baik saja ko—"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Jungwon ambruk. Kepalanya membentur bahu Jay yang langsung memeluknya. Tubuhnya belum terbiasa dengan atmosfer di kota itu.
Sudah lebih dari 72 jam berlalu ia berada disana, nampaknya Jungwon membutuhkan penanganan agar tubuhnya terbiasa.
"Kau tidak baik-baik saja, kenapa memaksakan diri?" gumam Jay lirih, mengangkat Jungwon ala bridal dengan tenaga yang ia miliki. Meskipun rasanya badan akan remuk, Jay berdiri membawa tubuh ringan Jungwon dan bersiap pergi.
Ia melirik tetangganya sekilas. Sunoo tertidur pulas dan nampak tenang. "Aku pergi dulu Sunoo-ya," pamitnya lalu membuka pintu kamar Sunoo dan melangkahkan kaki keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lugia ✦ Jaywon
FanfictionA JAYWON STORY ft. JAKE SIM Jake yang sudah sekarat, berhasil melarikan diri dari kejaran prajurit kerajaan yang dulunya bernama Dinasti Matahari. Ia dikejar oleh seorang penyihir yang membawa keduanya terjebak di dalam kota bernama Lugia. warning...