11. Tears

1.6K 211 134
                                    

JUNGWON merasakan telinganya berdengung tanpa sebab yang pasti. Kalimat Soobin masuk ke telinga sebelah kanan tapi tak kunjung mau keluar dari telinga kiri, berputar-putar terus dalam benaknya.

Renjun itu kekasih Jay.

Mendengar namanya disandingkan dengan Jay saja sudah membuat Jungwon merasa putus asa. Apalagi ketika nama Renjun bergabung dengan frasa kekasih Jay, Jungwon tidak bisa membalas dengan kata-kata.

Sejak awal, ia sudah bergantung pada Jay. Baik secara fisik maupun mental. Mau disebut besar kepala atau bukan, Jungwon juga menganggap Jay merasakan hal yang sama dengan yang ia rasakan, meskit tak tersiratkan lewat perlakuan.

Jungwon berharap Jay belum ada yang punya.

Sikapnya selama ini yang bertingkah kasar dan seolah terganggu dengan keberadaan Jay, pelan-pelan mulai tumbuh menjadi ketertarikan. Tadinya ia mengira ketertarikan itu juga dirasakan Jay.

Namun ternyata perasaan itu hanya bersifat sepihak saja.

Ini pertama kalinya Jungwon begitu bergantung pada orang lain. Apalagi orang lain itu adalah orang yang baru ditemuinya. Dari orang asing menjadi sosok yang ia prioritaskan.

Bukan karena pesan arwah gentayangan penyihir Kim, tapi Jungwon memang sudah mulai punya rasa untuk Jay.

Perasaan sepihaknya itu terkonfirmasi sudah oleh ucapan Soobin. Jay sudah ada yang punya. Ciuman pertama Jungwon, ternyata bukan ciuman pertama Jay. Perasaan Jungwon yang mulai tumbuh untuk Jay, ternyata hanya angin lalu untuk profesor itu.

Renjun mungkin sangat hebat sampai bisa menjadi kekasih Jay. Itu pikir Jungwon. Ia tak sadar terdiam cukup lama sampai melewatkan percakapan Jay dan Soobin yang sepertinya membahas Renjun.

Jungwon tidak mau tau apa isinya.

Kepalanya menoleh ke samping. Kelopak mata yang sudah dipenuhi cairan hangat, akhirnya tumpah saat Jungwon berkedip pelan.

Air matanya mengalir seiring bibir bawahnya digigit putus asa. Tangan kanan menghapus jejak air mata itu dengan cepat lalu berbalik lagi ke depan untuk melihat Heeseung memergokinya.

Jungwon tidak berbakat akting. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Ia ingin lari dari situ saat ini juga tetapi akan tidak sopan jika kabur begitus aja di depan seorang walikota.

"Aku permisi dulu. Ada yang ingin kubicarakan dengan Jungwon." Heeseung lah yang menyelamatkannya dari perasaan sesak itu.

Keturunan keluarga Lee yang tersisa, menepuk punggung Jay dan memberikan senyum pada Soobin. Pergelangan tangan Jungwon ditarik sedikit kasar agar segera menyingkir dari sana, meninggalkan Jay dan Soobin menikmati waktu mereka membahas tentang sahabat yang tidak ada disana.

Kekasih Jay yang bahkan jauh lebih mengenal Jay daripada profesor itu mengenal dirinya sendiri.

Masih mengobrol dengan Soobin karena kesempatan seperti ini jarang sekali terjadi karena kesibukan masing-masing, Jay bisa melihat Heeseung melangkah menjauhinya bersama Jungwon.

Mantan asistennya itu merangkul tubuh mungil Jungwon yang masih lemas, menyandarkan kepalanya pada dada Heeseung. Jay melihat mereka sampai ujung lorong belokan. Samar-sama, mulutnya mengucapkan,

"Mianhae, Jungwonnie ..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lugia ✦ JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang