TANPA pikir panjang, tanpa menyempatkan diri untuk melihat siapa yang baru saja berniat untuk menembaknya dan malah mengenai Jay, Jungwon melompat jatuh mengikuti gravitasi untuk menyelamatkan Jay.
Profesor itu sudah kehilangan kesadaran karena terkena efek dari tembakan ultrasonic tersebut. Jungwon memajukan kedua tangannya meraih Jay, namun kerasnya aspal sudah semakin dekat dengan mereka berdua.
Berhasil mendekap tubuh tak sadarkan diri Jay, Jungwon hanya bisa memanjatkan doa pada Dewa Matahari. Paling tidak jika harus mati karena benturan dengan daratan, ada Jay yang membersamainya.
Namun tanpa sepengetahuannya sebuah mobil terbang melesat di bawah mereka berdua. Mobil yang tadinya atapnya terbuka itu kemudian menutup secara otomatis saat Jay dan Jungwon sudah masuk sepenuhnya di dalam sana.
"Yang Jungwon, kau tidak papa?" tanya orang yang mengendarai mobil tersebut.
Ternyata itu adalah mobil patrol polisi Lugia. Park Sunghoon yang mengemudikannya, lengkap dengan seragam polisinya, ia melesat dengan kecepatan tertinggi di udara, tak lebih tinggi dari jajaran gedung-gedung pencakar langit disana.
"Jay, kumohon sadarlah!" Jungwon menepuk-nepuk pipi Jay, mencoba menyadarkan sang professor.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Sunghoon cemas. "Dia baru saja sembuh dari luka yang kau berikan, kenapa sekarang dia mendapatkan luka parah lagi?"
Jungwon tercekat, berkeringat dingin. Dia meraba punggung Jay, tempat dimana tangannya sedari tadi ada disana. Basah disana, Jungwon semakin takut. Saat ia menarik perlahan tangannya dari sana, hanya warna merah yang dilihatnya.
"Mungkin tembakan itu mengenainya. Dia berusaha melindungiku ..." Jungwon menangis tanpa bisa menghentikan rasa gemetaran di tubuhnya.
Ingatan dimana Jay menyelamatkannya dan mengorbankan diri, terus menghantui. Penyihir itu tidak menyangka lukanya akan separah dan sedalam ini. Jika tembakan tadi mengenainya, mungkin Jungwon bisa benar-benar mati.
"Apa dia masih bernafas?" Sunghoon yang terus melajukan mobilnya itu seolah terburu-buru dikejar sesuatu.
Beberapa droid kemanan lalu lintas sempat beberapa kali menyalakan lampu merah peringatan karena Sunghoon menyetir sekaligus melanggar kecepatan maksimal.
Jungwon menempelkan telinganya pada dada bidang Jay. "A-ada detak jantung tapi samar. Bagaimana ini?" Penyihir itu membawa kepala Jay dalam dekapannya.
Tubuh Jay yang terbaring dalam pangkuannya terus ia peluk, dahinya dicium. Tangan Jungwon yang tadi terkena darah dari punggung Jay, ditempelkan kembali ke tempat semula. Jungwon mulai mengerahkan sihirnya agar luka itu menutup.
"Apa kau bisa bawa aku ke tempat yang memiliki banyak energi sihir? Kekuatanku yang sekarang tidak cukup untuk menyembuhkan Jay. Aku takut jika aku pingsan sebelum dia benar-benar sadar." Jungwon menatap wajah memejam Jay yang pucat itu dengan lelehan air matanya yang terus berjatuhan.
"Aku tidak tau apapun tentang sihir. Tapi jika kau bisa menjelaskan padaku ciri-ciri tempat seperti itu bagaimana, aku mungkin bisa mengantarmu kesana."
"Energinya sedikit tidak stabil, banyak pepohonan tumbuh disana, sering mendapatkan sinar matahari, dan—" Jungwon tercekat karena sesuatu melintas dalam benaknya.
"Apalagi? Apa aku harus membawamu ke hutan? Disana banyak pepohonan, untuk masalah energi, entahlah aku tidak begitu paham."
"Tolong bawa kami pulang," perintah Jungwon telak.
"Banyak droid utusan walikota disana. Kau tidak akan aman disana." Sunghoon jelas menolak karena kediaman kakaknya sudah pasti diawasi. Mengingat Heeseung dan Jake saat ini juga sudah mencari Jay dan Jungwon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lugia ✦ Jaywon
FanfictionA JAYWON STORY ft. JAKE SIM Jake yang sudah sekarat, berhasil melarikan diri dari kejaran prajurit kerajaan yang dulunya bernama Dinasti Matahari. Ia dikejar oleh seorang penyihir yang membawa keduanya terjebak di dalam kota bernama Lugia. warning...