16. Whisper

6.5K 1K 120
                                    

TAEYONG DAN Jungwoo memasuki villa dengan napas terengah-engah. Dahaga pun telah meronta-ronta di pangkal tenggorokan setelah keduanya asik bermain bulu tangkis di halaman belakang bersama Doyoung dan Taeil.

“Aku haus sekali. Apa masih ada semangka di kulkas?” tanya Taeyong.

“Aku akan memeriksanya, Hyung.”

Jungwoo kemudian melenggang ke dapur. Sementara Taeyong mengangguk setuju sebelum menoleh ke arah sumber suara lain—tepatnya pada sofa di samping jendela. Senyum Taeyong merekah saat mendapati Jaehyun, Mark juga Haechan tengah berbicara di depan smartphone. Ia cukup paham bahwa ketiga rekan satu grupnya itu tengah melakukan siaran langsung, sama sepertinya dan Yuta serta Taeil tadi.

Taeyong lalu menghampiri ketiganya. Ia memilih duduk di depan meja, menatap para anggota yang lebih muda darinya sembari mengulum senyum. Terlebih saat ia melihat Jaehyun sesekali melirik ke arahnya.

Tak lama berselang Jaehyun, Haechan dan Mark pun memutuskan untuk mengakhiri siaran langsung mereka di Instagram. Si pemuda Jeong kemudian mencondongkan badan, hendak mematikan live itu namun ia sedikit kebingungan.

Alhasil Taeyong lantas berbisik, “X...”

“Ah, oke. Ini sudah berakhir,” gumam Jaehyun lalu menatap yang lebih tua, “Terima kasih, Taeyong Hyung.”

Taeyong mengacungkan jempol. Sesaat setelahnya ia pun dibuat terkekeh saat Jaehyun menyodorkan air mineral untuknya—tak lupa pula membuka tutup botolnya.

“Kau yang terbaik,” bisik Taeyong lalu menenggak air mineral di tangannya.

“Kenapa sangat panas di sini? Apa kau tidak merasa panas, Mark Hyung?”

Haechan bersuara. Ia pun mengedipkan satu matanya ke arah si pemuda Canada. Memberi kode agar lelaki yang lebih tua satu tahun darinya itu paham.

Sayangnya, Mark justru memberi jawaban dengan berkata, “Kau sedang memegang kipas, apa lagi yang membuatmu panas?”

Tatapan Haechan seketika berubah menjadi datar. Ia kemudian menarik lengan Mark. Menuntunnya untuk berdiri seraya berucap, “Temani aku ke dapur.”

“Haechan, aku lelah. Kau bisa ke dapur sendiri,” tutur Mark pasrah.

“Jadi tidak apa-apa jika aku menghabiskan semangka di dapur sendiri?”

Mark berdecak. Harus ia akui jika kelemahan keduanya setelah tingkah menggemaskan Haechan adalah semangka. Alhasil, Mark lantas mengikuti langkah kaki yang lebih muda. Meninggalkan Taeyong juga Jaehyun yang hanya mampu menggeleng melihat mereka.

“Bagaimana? Apa kau menang?” tanya Jaehyun lalu ikut duduk di samping Taeyong.

Si pemuda Lee tersenyum tipis. Ia menutup matanya sejenak sembari menikmati semilir angin dari kipas yang diarahkan Jaehyun padanya. Setelahnya, ia kembali menatap yang lebih muda lalu bersuara.

“Tentu,” katanya, “Sudah kukatakan padamu jika aku yang terbaik dalam bermain bulu tangkis.”

“Kau belum menjadi yang terbaik jika tidak berhadapan denganku."

“Cih,” Taeyong terkekeh, “Baiklah, setelah ini aku akan mengalahkan mu.”

“Tapi setelah ini kita akan makan siang,” balas Jaehyun.

“Kalau begitu setelah makan siang.”

“Kita harus melanjutkan syuting setelah makan siang.”

Taeyong mendengus, “Lalu kapan aku bisa berhadapan denganmu?”

“Bagaimana jika malam ini? Aku akan menjemputmu di depan dorm.”

Off Camera | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang