Di muka disebutnya ia pejuang
Perkara kehidupan katanya mapan di atas terumbu karang
Namun risiko hanyut bersama pecahan
Atau terkikis dengan keadaan
Sayangnya kata "mapan" sepertinya membuatnya seolah dialah pemenangnya
Tak disangka, duduk dia dalam sendirinya
Berpuluh kemudian beribu peluh jatuh dari pelupuk matanya?
Ruangan yang biasanya sunyi, kala itu akhirnya mengeluarkan bunyi bak lorong mati yang akhirnya berpenghuni
Sayangnya sunyi itu diisi dengan isak tangis, dari yang katanya sang pejuang
Ternyata...
Selama ini sunyi melukainya sedikit demi sedikit
Mencekik tiang ketangguhan dan keberanian dalam dirinya
Sunyi yang menjadi sesak
Luar biasa perkara sendiri
Membuat si tangguh menjadi pecandu tangis
Membuat si berani menjadi bisu
Terbuai angan - angan rindu yang segera berakhir temu
Menghapus jejak kesendirian
Hingga tak lagi hanya memandang piring ketika menyuapkan nasi
Karena kemudian ada pasangan bola mata lain yang akan nampak dipelupuk mata
Tak lagi merenung bersama perdebatan dalam pikiran
Karena kemudian mulut bekerja untuk melempar kalimat bahkan bibir menyunggingkan senyum dari apa yang telinga dengar
Lagi - lagi...
Terbuai ia akan angan - angan rindu
Karena fakta menepuk lamunannya
Membawanya kembali pada pelukan kesendirian
Dan...
Untukmu yang saat ini berada pada fase lelah dengan sendiri
Pergilah...
Pergi mencari lorong yang tak lagi sepi
Namun jika pencarianmu buntu, pulanglah, pulang ke tempat dimana keresahan akan sirna, pulanglah ketika jiwa dan ragamu tak sanggup menyangga pahitnya kesendirian
Tak apa, meski cita - cita di "sana" belum berada di genggaman
Tak apa
Menjadi kuat adalah keharusan
Namun mencari sandaran juga dibutuhkan
Manusia adalah "i'm not a robot"Tarakan, 22 April 2021
Rdf
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA
AventuraBila tak lagi mampu mulut mengucap, bila tak lagi sanggup hati memendam, coretan pena, penyatuan aksara, rangkaian kata demi kata, menjadi kalimat, menjadi paragraf, mengganti lembar demi lembar. Ungkapkan!!! Luluh lantahkan perasaan yang mencekam...